Ovan terkejut, ia sungguh tak mengira akan mendapatkan sebuah berita besar yang membuatnya tercengang. Ia sangat terkejut dengan pengakuan Barbara bahwa dirinya sekarang sedang hamil."Kau dengar, Dave? Barbara mengaku dirinya hamil anakku?" katanya dengan wajah berseri menatap Dave meminta dukungan dan penjelasan, barangkali Dave sudah tahu lebih dulu darinya. "Kenapa dia tidak mengatakannya padaku? Bagaimana denganmu, apakah kau sudah mengetahuinya?""Hei, mana mungkin aku tau. Barbara bisa saja sedang bergurau dan membuat sensasi. Jangan terlalu berharap, bisa saja ini sebuah trik untuk mengacaukan pesta pernikahan ini."Ovan mulai ragu, mungkin saja ucapan Dave adalah yang sebenarnya, bahwa Barbara mengatakan hal itu untuk sekedar membuat kekacauan. "Tapi bagaimana kalau ternyata Barbara memang hamil anakku? Bukankah seharusnya aku bahagia?"Lalu mereka sama-sama terdiam, saat Barbara melanjutkan ucapannya."Malam ini, aku akan memperkenalkan siapa sebenarnya suamiku itu..."Tak
"Tentu saja, Pa. Tentu saja aku masih mengingatnya dengan jelas. Aku masih bisa merasakan aroma panas dan menakutkan dari kecelakaan itu. Akan tetapi apa kaitannya dengan semua ini? Papa membuatku semakin tak mengerti," katanya, sembari menatap wajah ayahnya yang terlihat gelisah."Bukan papa tidak merestui kalian, akan tetapi kalian akan selalu terancam jika kita tidak menyelesaikan semua ini dengan baik.""Maksud papa?""Menikahi Leo bukan berarti pernikahan yang sesungguhnya, Barbara."Kali ini Barbara terkesima. Ia tak pernah melihat ayahnya berbicara tidak serius soal pernikahan dengan Leo. Bahkan Leo mendapatkan segalanya dari ayahnya dan terkesan membenci Ovan. Sandiwara apa lagi ini?"Pa, sudahlah, sekarang Leo tidak bisa menggangguku lagi dan aku sudah mengumumkan pernikahanku. Kenapa papa begitu kuatir?"Anton Bagaskara kuatir, karena tau siapa yang dia hadapi saat ini. Bahkan Leo telah memegang satu kelemahan yang bisa menghancurkan seluruh perusahaannya."Kau tak mengenal
Leo tersenyum jahat, melirik ke arah Barbara yang masih dalam balutan gaun putihnya. Lalu iapun memutar kepalanya ke arah Anton yang menunggu jawabannya."Tuan Anton, kau sangat tidak tulus menyerahkan putrimu. Bagaimana aku bisa percaya kepadamu sebelum aku menyentuhnya, menikmati malam pertama kami?" ujarnya menyeringai dan sedikit mengedipkan sebelah matanya dengan suara yang pelan Anton mengepalkan tinjunya, merasa kesal dengan sikap Leo."Aku hanya menikahkan, dan itu sudah sesuai dengan kesepakatan kita. Barbara menikahi kamu, meskipun ia tidak menerima sepenuhnya, akan tetapi ia mengalah demi keinginan ayahnya, kenapa kau tidak percaya bagaimana aku meyakinkan Barbara untuk menerima orang sepertimu?" kali ini Anton harus lebih membuat Leo yakin. "Seharusnya dulu kau tidak menyakiti hatinya, seharusnya kau menjadi lelaki yang mengerti perasaannya, jadi kenapa aku harus begitu susah?""Kalau begitu, aku akan memberikan rekaman itu setelah kami berada di kamar pengantin kami. Bis
Ah, ini membuatnya benar-benar frustasi. Ternyata masalah ini tidak sederhana seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Menyusup di sebuah kamar dimana istrinya bersama dengan pria lain, apa yang akan terjadi di dalam sana? Haruskah ia menyiapkan belati untuk menusuk jantung pria itu? batinnya bergejolak tak menentu."Ovan, aku percaya kepadamu, bahwa kau pasti bisa melindungi istrimu."'Sial! Ini benar-benar bodoh! Seharusnya biarkan saja apa yang sudah berlalu, tanpa harus menanggung resiko sebesar ini,' gerutunya dalam hati, akan tetapi ia hanya menatap kosong pada pria tua di hadapannya itu."Malam ini, sebuah tempat telah disiapkan. Aku berharap kau mempersiapkan diri dan pengawalku akan memberitahu rencana secara menyeluruh segera."Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengangguk.***Barbara menatap jengah pada pria yang duduk di hadapannya. Ia sangat tahu pasti bagaimana Leo begitu bersemangat untuk menyentuh tubuhnya. Akan tetapi ia berusaha keras mempertahankan dirinya dengan men
Leo membeku saat Anton Bagaskara menawarkan penawar untuk dirinya. Ia mulai berpikir keras apa maksud penawar yang dikatakan Anton tersebut."Apa maksudmu, brengsek?!" seketika Leo marah dan memaki pria di sebrang telepon."Kau hanya akan mendapatkan penawar racun yang ada di tubuhmu setelah aku yakin rekaman yang kau simpan itu ada di tanganku. Bagaimana?"Leo merasa geram. Ia menjatuhkan ponselnya dan berlari ke ruangan kamarnya. Ia teringat bahwa ternyata Barbara masih ada di kamar mandi. Iapun berlari ke pintu kamar mandi dan menggebrak -gebrak pintu tersebut."Barbara! Buka pintu ini! Cepat!" teriak Leo kencang dan menggebrak terus dengan tangan dan tubuhnya."Ingat Barbara! Kalau aku mati, kamu juga harus mati! Ingat itu!" teriak Leo semakin menjadi.Barbara terpaku di ruangan tersebut dan menatap ke wajah Ovan yang juga tegang."Tidak, jangan pernah dibuka. Dia pasti nekat untuk mencelakaimu, Barbara."Barbara hanya mengangguk pelan. Ia tidak tahu apa yang terjadi, akan tetapi
Leo menyeringai, ia tak tahu harus bagaimana saat ini. Rasa sesak serasa hampir mencabut nyawanya. Ia menatap Anton Bagaskara nanar antara marah dan takut, takut kalau ancaman Anton Bagaskara benar-benar terjadi."Kau masih juga tak menyerah, Leo? Kau tahu bukan, bahwa sebenarnya rekaman itu tidak begitu berguna bagiku dan putriku. Akan tetapi aku sedang menolongmu dari rasa bersalah. Kau mengatakan kau sangat mencintai Barbara, tapi nyatanya kau rela Barbara menderita sekian lama. Itu artinya kau adalah penjahat yang sebenarnya.""Tidak! Aku sangat mencintai Barbara, mana mungkin aku berharap dia menderita!" bantah Leo dengan napas tersengal-sengal. Ia mulai bersandar di dinding sebelah pintu karena merasa gemetar. "Lalu apa yang menyebabkan kamu menyembunyikan kebenaran? Apakah kau mendapatkan sesuatu?"Leo melambung dalam sebuah ingatan yang kini terasa payah untuk diingat lagi. Sangat mungkin pengaruh racun itu mulai menjalar di kepalanya."Berikan penawar itu...aku akan menyerah
"Orang sepertiku? Kau pikir siapa kamu merasa lebih cantik dari siapa? Bahkan aku tidak pernah punya seorang maid sangat jelek kecuali sekarang ini!" Dave berkata sambil mencibir. Karena kesal ia memotong-motong bawang bombai sangat kasar dan tak beraturan."Aku memang jelek, tapi lebih suka lelaki yang tidak cerewet seperti suara balon pecah.""Aish! Tak kubayangkan hidupku punya maid yang keras kepala dan banyak tingkah."Barbara dan Ovan tersenyum-senyum melihat perdebatan mereka dan juga Ceila dengan santai membuat sereal tanpa perduli dengan keributan kedua orang di hadapannya."Kalian bertengkar setiap hari?" tiba-tiba Ovan berkomentar. "Itulah sebabnya Ceila sangat terhibur.""Ah, aku merasa kesal, aku akan mengganti maid ini dengan yang lebih baik. Setidaknya lembut dan keibuan dalam berbicara. Aku bersedia membayar mahal untuk maid yang lebih baik. Oh ya, jangan lupakan, yang cantik dan seksi sehingga aku tidak bosan dan mual saat melihatnya."Barbara terkekeh."Kau pasti dap
"Mana ku tahu? Aku hanya tau kalau Selen adalah sahabat Barbara dan juga mantan kekasih Leo. Aku juga tak mengerti hubungan kalian yang rumit," celetuknya. Seolah semua serba kebetulan bukan? Dave juga kekasih Selen, lebih sekedar pacar mainan saja bagi Dave karena dia tidak pernah berkomitmen untuk menikahi perempuan."Tapi...apa maksudmu kalau Leo juga mantan Selen sama seperti Barbara, sedang mereka bersahabat?""Yah, begitulah yang dikatakan sebagai pagar makan tanaman. Apa kau tau bagaimana Barbara terluka pada saat itu? Bahkan dia ditinggalkan pada saat kakinya lumpuh." lalu Ovan menatap tajam pada Dave, "Bagaimana menurutmu, apakah saudari perempuan kamu mendapatkan karma atas kelakuan kakaknya yang sepertimu?" cibir Ovan, sambil tangannya terus menskip banyak sekali video yang tersimpan."Ah...kau bicara apa, aku cuma bersenang-senang sama seperti mereka, kenapa seolah aku yang cari korban?" kilahnya sambil terus melihat isi file tersebut."Ini benar-benar gila! File ini beris
"Apakah kisah kita juga termasuk yang unik?" kali ini Risa berkata sambil senyum-senyum."Kita? Apa kau sungguh mencintaiku?""Jawab saja pertanyaanku!"Drett dreett dreett!Ponsel Dave berdering dan pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya.["Halo, ada apa?"]["Kenapa galak begitu? Aku mengganggumu?"]["Tidak, tapi kau merusak aktifitasku."]["Oh sayangku, tapi hari ini kau harus segera datang karena ini sangat penting, Dave."]["Barbara, kau selalu saja menganggap penting masalahmu. Kau bisa bilang dari sekarang, ada apa dan kenapa kami harus datang?"]["Terserah, kau harus datang! Titik!"]Klep!"Siapa?" Risa bertanya."Siapa lagi kalau bukan saudara perempuanku yang bawel itu, heh?" kata Dave, tapi dia malah tersenyum. "Bersiaplah, kita harus datang ke rumah mereka."Tak ada jawaban, Risa hanya bergegas sesuai kata Dave. Di rumah Anton Bagaskara, mereka berkumpul dengan aneka macam hidangan. Mereka dengan sengaja mengundang Dave dan Risa dan juga Veina.Anton Bagaskara terlihat
Pagi mulai merayap memancarkan sinarnya. Dari setiap asa yang terbersit, selalu ada cara untuk menempuh harapan yang ingin ia wujudkan.Harapan terbesar yang hampir ingin dicapai manusia adalah mereka ingin menikmati bahagia di hari ini.Doa dilantunkan, dipanjatkan demi mengharapkan takdir yang baik untuk dirinya dan orang yang dicintainya.Siapa yang tak ingin bahagia?Mustahil bagi manusia untuk berharap tidak bahagia.Akan tetapi pada sebagian hidup yang ia jalani, ia harus menempuh ujian sampai ia akan tahu di akhir ujian itulah kebahagiaan yang sebenarnya.Bahagia itu relatif, demikian kata sebagian orang.Seorang yang membutuhkan uang, ia akan bahagia saat mendapatkan uang yang ia inginkan.Seorang yang membutuhkan kasih sayang, maka ia akan mengharapkan kasih sayang dan cinta dan ia akan bahagia karenanya.Sebagian orang memilih untuk tidak perduli dengan pencapaian orang lain, ia merasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya, bersyukur dengan apa yang ia miliki.Ia menutup ma
"Maafkan Ceila, Bu. Dia sedikit takut," kata Risa dengan memeluknya."Takut? Apa ini? Kenapa dia harus takut denganku?" heran Veina."Mom, kau memang menakutkan, Ceila kan belum mengenalmu, jadi wajar kalau dia takut dengan wajah seram Mommy," kata Dave kemudian, dia berbicara dengan sedikit mengulas senyum."Apa apaan, kau omong kosong ya?"Risa ikut tersenyum karena kelakuan Dave yang menggoda ibunya."Masalah ini sedikit rumit menjelaskannya, Bu. Yang jelas Ceila tahu Ibu baru di penjara seperti ibunya."Veina merenungkannya, Risa mungkin sedang mengatakan kalau Ceila memiliki traumatis bahkan saat bertemu dirinya."Baiklah, aku bisa mengerti. Padahal aku sangat ingin memeluk cucu Perempuanku, eh, kenapa sampai takut begitu...ufh," keluhnya. "Tapi, cepatlah berkumpul bersama Barbara, kita harus punya foto kenangan yang bagus, oke?""Baik, Bu."Risa akhirnya membujuk Ceila untuk berkumpul bersama keluarga dan mengatakan bahwa Selen tidak mungkin ada di tempat pesta tersebut. Ia sung
"Anu...kamu sekarang...""Ya, tentu saja aku harus ada di sini, ini adalah pernikahan putriku. Bagaimana kabar kalian, apakah semua baik?""Iya... tentu saja kami baik. Dan kamu, apakah menetap di sini sekarang? Aku dengar kamu ada di Belanda.""Benar, aku memang di Belanda kemarin, tapi sekarang aku akan menetap di sini.""Di rumah ini?" kata salah seorang menyahut."Tidak. Sekarang aku masih dalam masa tahanan, tapi kalau sudah bebas nanti, aku mungkin akan membeli rumah di sekitar sini.""Apa maksudmu dalam masa tahanan? Apa kau.... melakukan kejahatan?" tanya salah satunya ragu, sementara yang lain saling melihat. Mereka makin memperhatikan penampilan Veina yang sangat mewah dan mencolok, memangnya kejahatan apa yang dia perbuat?Pandangan mata mereka mulai berubah canggung, sepertinya ada sedikit rasa takut pada Veina."Jangan kuatir, aku bukan pembunuh kecuali dengan terpaksa," kata Veina dengan tersenyum yang membuat para wanita itu semakin gugup.Saat itu Lena juga ikut mendek
Warna bahagia meliputi suasana sebuah aula pertemuan milik Anton Bagaskara. Gedung megah itu memiliki kesibukan yang tak biasa pada hari itu.Penjagaan ketat di berbagai tempat samasekali tidak menghilangkan suasana rileks dan bersahabat menyambut siapapun yang hadir dalam undangan pernikahan Ovan dan Barbara.Bahkan saat mereka melihat semakin ke dalam, maka mereka akan menyaksikan lebih banyak keindahan dan suasana bahagia yang semakin kentara."Aku merasa gaun ini menonjolkan bentuk perutku yang semakin besar, suamiku. Apa ini masih enak dilihat? Jangan salah faham, aku bukan malu karena hamil, tapi aku kasihan kalau sampai desainer pakaian ini kecewa saat melihatku dalam bentuk tubuh seperti ini," katanya.Ovan hanya tersenyum geli karena Barbara malah sangat gugup dengan bentuk tubuhnya."Kau memang sangat jelek sekarang ini. Tapi itu sih bukan salahku."Mendengar jawaban Ovan yang tak memiliki beban itu Barbara jadi sangat kesal."Kau bilang tak bersalah? Baiklah, aku akan memba
Persidangan berjalan sangat lancar. Sebab, tidak ada bantahan baik itu Selen atau Leo dalam menanggapi dakwaan hakim. Mereka hanya pasrah dan menunduk dalam atas semua yang mereka dengar.Percuma saja melawan, toh semuanya sudah ketahuan."Dengan ini, maka pengadilan hukum pidana memutuskan untuk Nyonya Selen mendapatkan hukuman pidana selama dua belas tahun karena percobaan pembunuhan terhadap sahabatnya sendiri, dan denda senilai lima ratus juta rupiah atas kerusakan yang telah ditimbulkan."Tok Tok Tok!Suara riuh menggema di dalam ruangan tersebut. Mereka senang dengan keputusan hakim atas Selen."Selain itu, kami juga memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada Saudara Leo selama sepuluh tahun penjara karena telah menyembunyikan bukti dan percobaan pelecehan kepada saudara Barbara."Tok Tok Tok!Kembali suara riuh ruangan itu menggema atas apa yang mereka dengar dari keputusan hakim.Tidak ada lagi keberatan yang akan mereka, Leo dan Selen sampaikan kecuali pasrah dengan putusan
Dave sedikit terkesima, ia melupakan sosok kecil putrinya yang mungkin akan terluka saat melihat Selen mendapatkan hujatan di pengadilan nanti. Ia tak seharusnya membiarkan Ceila menyaksikan hal itu."Kau benar, kurasa kita tidak perlu datang dan mengikuti jalannya pengadilan. Lebih baik kita pergi bersama ke suatu tempat untuk rekreasi. Aku akan mengatakan hal ini pada Barbara dan meminta maaf.""Atau sebaiknya kau saja yang datang? Aku akan menjaga Ceila dan tidak menyinggung hal ini. Jangan sampai Ceila sedih karenanya."Dave berpikir sebentar, ia juga penasaran soal jalannya pengadilan, tapi juga ingin menghabiskan waktu bersama Risa dan Ceila alih-alih melihat mantan kekasihnya yang menyedihkan."Dave, kau melamun?""Eh, bukan begitu. Aku sedang berpikir kalau Ceila sampai melihat hal semacam itu, pastilah akan menjadi traumatis di hari akan datang."***Keesokan harinya, mereka memang sudah sangat ramai berkumpul di pengadilan. Antusias kerabat Barbara terlihat memenuhi teras pe
"Wow, kenapa kalian tidak memanggil kami? Kami bisa saja datang ke sana dan membalas perbuatan mereka.""Hentikan omong kosong kamu Dave! Ovan sudah menyerahkan semuanya pada polisi, nggak perlu repot-repot. Kau hanya perlu mengangkat semua tas itu, oke?"***"Baik, karena semua sudah berkumpul, mari kita melanjutkan pembicaraan kita soal pesta pernikahan Barbara dan Ovan.. Aku ingin pesta pernikahan ini dibuat sangat meriah dan berkesan.""Tunggu! kenapa pernikahan ini diselenggarakan tanpa keluarga Ovan? Ini sangat tak biasa," protes bibi Barbara. "Bukan tak percaya, tapi ..""Bibi, mereka punya tempat tinggal yang sangat jauh. Mereka sangat kesulitan. Toh orang tua Ovan telah tiada, untuk apa memaksakan diri?" jawab Barbara sedikit berbohong. "Barbara, apakah semua baik-baik saja? Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di sana?"Barbara menarik tangan Lena dan membawanya ke kamar miliknya."Bu, aku tidak bisa menceritakan semuanya sekarang ini. Akan tetapi aku pasti akan menceritakan
Ovan yang sudah kembali dengan banyak makanan di kantong belanjanya melihat Barbara terlihat sangat pucat."Sayang, apa kau baik-baik saja? Kau terlihat sangat pucat. Ada apa?"Barbara tak menjawab, ia hanya memberikan isyarat untuk Ovan melihatnya dengan menunjuk ke arah Laptop."Apa yang terjadi?"Pria itupun masuk ke mobil dan melihat laptopnya.Ovan sangat terkejut karena melihat serombongan orang menyusup ke dalam rumahnya. Bukan satu atau dua orang, tapi ada sekitar tujuh orang pria. Mereka sungguh mengincar apa yang ia miliki. Terlihat beberapa orang berjaga dan yang lainnya memeriksa kotak perhiasan. Mereka sungguh perampok dengan persenjataan lengkap berupa senapan dan senjata tajam. Semua fenomena itu, persis seperti apa yang ia takutkan.Itulah sebabnya ia tidak mau mengambil resiko nyawa, tidak akan!"Kau sudah melihatnya bukan? Kau bisa melihat betapa kejamnya mereka ini. Bahkan dengan apa yang mereka lakukan itu tidak seorangpun yang bisa melarangnya. Aku sangat yakin me