Share

Jangan Baper Karena Zaweel

Penulis: ZB
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Pernah mencintai, tetapi disakiti. Tolong, perasaan jangan mudah terbawa suasana. Hanya karena kata-kata mutiara belaka."

Tit!!

"Astagfirullah! Kenapa, Bang?" tanya Haziya panik ketika suara klakson bunyi bertubi-tubi, hampir saja ponsel di tangannya terjatuh. 

"Itu tadi ada kuyang lagi cabutin uban," jawab Zaweel dengan wajah datar menunjuk ke depan. 

"Kuyang? Apaan itu kuyang? Kucing Persia?" 

Zaweel terbahak atas kepolosan Haziya. Kekesalannya hilang sudah, sejak dipanggil beberapa kali tidak ada sahutan dari perempuan yang duduk di samping karena terlalu sibuk dengan ponsel. 

"Ponselnya baru ya, dilihatin mulu?" sindir Zaweel ketika Haziya menyimpan ponsel silver itu dalam tas. 

Ketika sebuah notif masuk atas nama Diana, kesadarannya seolah terjebak dalam rumah Oren. Membaca tulisan Diana yang mengisahkan tentang kandasnya rumah tangga dia dengan Shabir. Seolah ikut terlarut dalam masa lalu yang menguras air mata. 

"Baca apaa sih kok nangis?"

"Eh?" Haziya spontan menyeka sisa bening di ujung pelupuk. 

"Kita di mesjid?" alih Haziya ketika menyadari mobil berhenti di tempat parkir Masjid Abu Dauh Beureueh yang terletak tidak jauh dari kawasan pasar Beureunuen.

"Iya, sudah azan, kita salat asar dulu?" ajak Zaweel seraya mematikan mesin. Keduanya turun, lalu bergegas menuju tempat wuzu, kemudian melaksanakan ibadah karena sudah memasuki waktu salat asar. 

Hanya kepada Allah semua bisa kita curahkan, kesedihan, kesusahan dan hanyalah kepada Pemilik Seluruh Alam kita meminta apa yang kita inginkan. Bersujud menyembah-Nya, membuat hati tenang dan damai. Segala beban di pundak luruh dalam bisikan hati. 

"Ya Allah, sabarkanlah hamba dalam menerima ujianmu. Permudahkanlah urusan hamba dengan Bang Shabir, bahagiankanlah dia dengan kelurga barunya, begitu pun juga dengan aku dan keluargaku. Jauhkan aku dari hati pendendam, ikhlaskan aku menerima semua ketetapanmu. Aamiin." 

Haziya melipat mukena setelah selesai berdoa, kemudian menyimpannya di tempat penyimpanan. Dia segera pamit setelah bertegur sapa sebentar dengan jamaah sesamanya. Tidak ingin membuat Zaweel terlalu lama menunggu, apalagi jika ibu-ibu tadi tahu kepergiannya dengan bukan mahram. Jangan sampai ada kesalahpahaman, serta menghindari banyak mata memandang. Berharap tidak ada yang mengenalinya. 

"Kenapa buru-buru begitu?" tanya Zaweel setelah duduk di bangku kemudi, penasaran melihat gelagat Haziya berjalan tergesa-gesa seperti tadi menuju mobil, segera masuk ketika Zaweel menekan tombol on.

"Maaf, aku di sini saja ya, nggak enak dilihat orang. Apalagi ini dekat pasar, siapa tahu ada orang kenalan."

"Ya sudah, mana baiknya saja. Kita pulang apa kamu mau ke pasar beli sesuatu?"

Tepat setelah pertanyaan itu muncul dari mulut Zaweel dan Haziya hendak menjawabnya, sering ponsel bergetar. Haziya segera mengangkat, suara sang ibu di seberang terdengar memerintahkan sesuatu. 

"Ini ada Wakmu sama cucunya, biasanya di pasar ikan masih ada. Kalau nggak di Beureunuen, di Lamlo juga masih buka."

"Baik, Bu, Ziya belikan, iya masih ada uang kok. Ziya tutup ya, wassalamu'alaikum."

"Eh, kok ditutup belum juga calon mantunya mau salam kenal."

"Bang, jangan canda mulu aku sedang proses ...."

"Kenapa? Kamu takut baper, aku tanggung jawab kok," sahut Zaweel cepat disertai kekehan kecil melihat tanggapan jengah dari Haziya. 

"Iya deh, maaf ya. Kita berangkat, pasar ikan arah mana, biar aku ngga tersesat ke hatimu." Zaweel melirik di spion tengah, menahan tawanya ketika menunggu Haziya memberi arahan. 

"Kalau beli ke Lamlo takutnya nggak ada ikan lagi, tapi kalo ke pasar ikan Beureunuen harus turun ke bawah nggak bisa masuk mobil." Haziya menimbang untuk mengambil keputusan. 

"Tenang aja, nanti biar aku yang ke pasar, kamu di mobil aja," celetuk Zaweel. "Abang siap panas-panasan, desak-desakan, dan menawar seperti emak-emak," lanjutnya dengan kelakar. 

"Apalagi kalau yang jual Mbak-mbak, lihat wajah tampanku saja bakal dijadiin menantu dan digratiskan ikan semuanya." 

"Aku turun di sini saja kalau kamu masih gitu, kamu pulang saja, biar aku sendiri yang ke pasar," tutur Haziya jengkel karena Zaweel semakin cengengesan. 

"Mau nanti diculik mantan?"

Haziya terdiam, sebutan mantan yang diucapkan Zaweel melukai hatinya, apalagi setelah kejadian tadi. 

"Maaf, aku nggak maksud membuatmu tersinggung," sesal Zaweel karena perubahan raut muka Haziya.

"Baiklah, aku akan diam, kalau perlu beli mulut ini dilem aja. Kita berangkat ya?" 

Tanpa menunggu jawaban dari Haziya dia segera melajukan mobil menuju pasar Beureunuen. Lalu lalang orang begitu ramai apalagi di akhir minggu begini. Pasar Beureunuen tidak pernah sepi, apalagi di hari Sabtu yang rutin jadi Pasar Sabtu, berkumpulnya para pedagang kaki lima. Kepadatan semakin bertambah saat hari meugang, hari puasa dan lebaran serta hari maulid. 

Para pedagang di pasar Beureunuen begitu akrab dan solid, serta rutin mengadakan acara maulid Nabi setiap setahun sekali dengan menyewa penceramah terkenal dari Nusantara. Bahkan mendatangkan Da'i dari luar Aceh untuk memberi nasehat pada malam dakwah. 

***

Haziya merebahkan tubuhnya ke atas kasur, seharian bepergian dia merasakan kelelahan. Apalagi kedatangan saudaranya dari Meureudu, Haziya turut membantu ibu menyiapkan makan malam. 

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, kebiasaan bergadang sejak mondok sampai sekarang dia susah untuk memejamkan mata dan tidur lebih awal. Haziya mencabut ponsel dari power bank, baterai sudah terisi penuh. Banyak notif masuk dari grup bersama Miska dan Azizah, dia hendak membuka roomchat grup mereka, tetapi jemarinya penasaran dengan notif panggilan tak terjawab yang tertera di pojok kanan atas.

Mencoba mengenali nomor baru tanpa foto profil. Haziya tidak ingin menebak-nebak, segera mengenyahkan pikiran kepada nama yang pernah singgah di hatinya. Lelaki itu sudah punya keluarga baru, dia tidak berharap mendapat telepon dari lelaki yang sudah menjadi suami milik orang lain. Hubungan mereka sudah kandas. Sejak kepulangannya diantar ke rumah ibu, jangankan menelepon, dikirimi pesan saja tidak perlu digubris. Haziya sudah tidak menaruh asa kepada Shabir, bahkan sekarang dia sudah mengikhlaskan lelaki itu dengan Lara. Janda yang diketahuinya pemilik butik dari penuturan Shabir malam perdebatan mereka, ketika Haziya tidak sengaja menemukan Direct Message di ponsel Shabir. 

Kecurigaan atas  sandi di layar ponsel milik Shabir, padahal lelaki itu dulu tidak pernah mengunci dengan pola apa pun. Beruntung, Allah telah menyelamatkannya dengan membongkar   perselingkuhan Shabir dan Lara. Haziya diam-diam mengintip ketika Shabir menggerakkan jemari untuk membuka pola kunci. 

Panggilan dari nomor tersebut kembali masuk, Haziya dibuat bingung untuk mengangkat atau tidak. 

Assalammualaikum ...

Ikan hiu makan tomat, jangan sombong amat.

Ikan hiu nggak jadi makan tomat,

teleponnya kok nggak mau diangkat.

Menulis ....

Haziya segera memblokir nomor tersebut, tidak perlu ditanya siapa pengirim pesan barusan dia sudah bisa menebak.

Siapa lagi kalau bukan Zaweel, lelaki yang memaksanya meminta nomor dengan cara berpura-pura kehilangan ponsel dan menyuruh Zahiya untuk menghubungi nomornya. 

Benar saja, setelah mengecek di log panggilan telepon, nomor Zaweel tertera di sana pada riwayat panggilan waktu sore.

Sikap Zaweel mengingatkan pada tingkah Shabir dulu ketika mereka masih pacaran, gombalan dan rayuan manis yang memakan banyak korban. Haziya tidak ingin menjadi korban perasaan untuk kedua kalinya.

"Selamat tidur, lupakan masa lalu, insya Allah aku akan menjadi masa depanmu. Mimpi indah calon ibu dari anak-anakku."

Haziya menaruh ponsel di atas nakas tanpa lupa menonaktifkan, mengabaikan pesan yang kembali masuk. Dia sampai lupa untuk chatingan dengan temannya yang sudah menunggu balasan sejak tadi. 

Haziya berusaha memejamkan mata, berharap mimpinya bisa indah dan kehidupan besok akan lebih baik dari hari ini. 

"Tenang, aku bukan penagih hutang. Aku hanya ingin menanyakan alamat rumah mertua di mana, besok mau bawa lamaran."


Bab terkait

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Lamaran

    "Perempuan baik-baik untuk lelaki baik-baik, begitu juga sebaliknya. Perbaikilah dirimu menjadi lebih baik, agar jodohmu adalah yang terbaik datang untuk melengkapi hidupmu.""Jangan diterima, Bu, dia cuma bercanda," sahut Haziya cepat seraya menutup pintu kamar."Kenapa jangan diterima, orang datang melamar baik-baik kok," ujar ibunya heran dengan larangan Haziya."Pokoknya jangan, dia itu nggak serius," kekeh Haziya tetap pada pendiriannya. Dia bahkan bisa membayangkan wajah jenaka Zaweel setiap kali melontarkan gombalan kepadanya. Lelaki itu hobi menggombal, pandai merayu kepada setiap perempuan, buktinya petugas perempuan di pengisian minyak kemarin sore saja digoda.Haziya sudah cukup sekali saja menelan pahitnya kisah asmara, dan rumah tangga yang gagal. Luka perih tak terlihat lebih menyakitkan, waktu bahkan tidak bisa benar-benar menyembuhkan. Langitnya

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Ratu Baru

    "Rumah yang kuyakini sebagai tempat ternyaman untuk berteduh berubah tatkala badai menerpa. Tak ada lagi kehangatan saat bersandar di pundakmu karena kedatangan ratu baru."Tepat pukul satu siang Haziya keluar dari rumah bimbel. Sebenarnya, dari jam setengah dua belas sudah selesai tugasnya sebagai pengajar, tetapi karena harus menyusun laporan dan shalat Zuhur dulu makanya baru sekarang bisa pulang."Terima kasih, Haziya, sudah membantuku tadi." Anis memberi senyum tulus. "Besok aku bawakan flashdisk punyamu, ya?""Sama-sama, tidak perlu sungkan. Aku senang bisa membantu. Bukannya besok kamu tidak punya jadwal mengajar?"Anis mengangguk, dia menjelaskan untuk mengantarkan FD punya Haziya, karena merasa tidak enak terlalu lama menyimpannya di rumah."Sudah, tidak apa disimpan saja dulu. Lusa, kan insya Allah kita bertemu lagi di sini. Aku punya flashdisk cadangan kok.""Baik, terima kasih ya. Oh ya, kamu langsung

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Fitnahan Istri Baru Mantan Suami

    šŸ’šŸTebarkan kebaikan agar kita memetik kemenangan. Jangan menabur benih kebencian agar tidak memanen permusuhan.šŸHaziya meminta izin pulang pada Zaweel. Menurutnya lebih baik mereka sekarang tidak berduaan dulu untuk menghindari fitnah jika ada yang melihat. Apalagi keberadaan Vina, istri baru mantan suaminya yang sudah menuduhnya di pertemuan pertama. Tidak bisa dihindari jika nanti mereka kembali berjumpa, apalagi sampai Vina mendapati Haziya bersama Zaweel bakal berkepanjangan.Haziy

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Lidya Pulang

    "Maaf ya, Ziya. Aku bukannya percaya sama omongan dia. Aku hanya tidak ingin pikiran burukku menilaimu." Anis meminta maaf, merasa tidak enak dengan pertanyaan barusan. Haziya mengulas senyum untuknya, sebelum mengatakan sesuatu dia meminum air mineral beberapa teguk."Tidak perlu minta maaf, Anis. Bukan suatu kesalahan kamu ingin bertabayyun, malah ini cara yang benar. Daripada kamu berprasangka buruk. Aku dan Bang Shabir sudah punya kehidupan masing-masing. Ya, seperti ceritaku tadi di telpon, dia sudah menikah lagi dengan Vina itu meskipun dia nggak mau menceraikanku. Entahlah, apa sebenarnya kemauan dia. Seharusnya jika dia memang sudah bahagia dengan kehidupan barunya, biarkan statusku jelas. Lelaki yang datang tadi telah membantuku untuk segera pergi agar nggak sampai berantem dengan Vina. Dia Zaweel, saudaranya sahabatku Miska. Zaweel menawarkan jasanya untuk menjadi pengacara di persidangan nanti. Dia bukan selingkuhanku."Rasa sesak k

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Kedatangan Zaweel Tanpa Undangan

    šŸTamu saja memberi salam dan mengetuk pintu sebelum dipersilakan masuk oleh pemiliknya, apalagi ini hati jangan asal masuk kalau hanya ingin menyakiti.šŸ "Dek, tolong ambilkan jilbab Kakak!" seruan bernada perintah dari Haziya kepada Adil karena tidak menyangka akan kehadiran Zaweel meskipun sekadar mengantarkan Miska. Suara Haziya sedikit keras sehingga didengar oleh dua tamu yang sejak tadi menunggu di luar. "Kamu nggak bilang sama dia kalau kita ke sini?" tanya Zaweel. "Nggak lah, mau suprise. Jadi kelabakan dianya, haha. Eits, jangan celingak-celinguk tetap tegak begitu, CCTV tetangga sedang dalam masa aktif," ujar Miska yang menyadari beberapa tetangga rumah Haziya ikut penasaran dengan kedatangan mereka ke sini. Mungkin sejak deru mobil memasuki halaman rumah Haziya, orang-orang di sekitar rumah Haziya melancarkan aksinya bak detektif, mengintip melalui jendela dan saling bertanya-tanya siapa gerangan sosok lel

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Persetujuan Ayah

    Haziya menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan itu di atas meja secara hati-hati. Dia sedikit was-was dengan reaksi ayahnya. Seperti kata Miska, Zaweel orangnya asyik sih cuma kebanyakan bicara, takutnya sang ayah kurang nyaman. Padahal dia sedang tidak mempromosikan calon suami, tetapi entah kenapa perasaannya berharap agar Zaweel bisa bersikap baik agar ayahnya menyukai akan kehadiran lelaki itu. Lidya dilarang ibunya untuk ke depan, karena sebentar lagi akan dipinang oleh Hanif. Menghindari dari fitnah. "Aku nggak bakal jatuh cinta sama dia kok, Bu. Cuma mau lihat gimana calon kakak ipar aja hehe," pintanya memohon untuk diizinkan ke ruang tamu. "Namanya perasaan dan hati itu mudah dibolak-balik. Kamu di sini saja, tenanin ibu dan wawak," kekeh Ibu tidak bisa ditolak. Lidya mengembuskan napas kecewa, dia hanya ingin mengobrol dengan Zaweel untuk bisa menilai apakah lelaki itu lebih baik dari mantan suami kakaknya atau sebal

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Ancaman Shabir

    šŸ Perasaan bukan seperti sebuah ketikan, bisa dihapus jika ada kesalahan sebelum mengirimkan kepada penerima pesan. Tolong, jangan menulis di lembaran hatiku lagi setelah menorehkan luka yang membekas sampai sekarang.šŸ Melupakan kenangan atau kejadian sangatlah tidak mudah, apalagi mencoba mengikhlaskan sesuatu yang terjadi meninggalkan kesan buruk. Namun, namanya roda kehidupan terus berputar. Mentari tidak akan terlambat sedetik pun untuk menyapa pagi hanya karena embun jatuh di matamu. Senja tidak akan lupa melukiskan jingganya pada sudut langit meski langitmu dirundung mendung. Pun begitu, malam tidak akan sunyi oleh tebaran bintang-bintang yang menerangi gelap meskipun tidurmu tidak nyenyak. Untukmu, tak perlu kamu memilih muram di pagi hari, melewatkan indahnya menebar senyum saling menyapa dengan orang-orang terkasih. Jangan menyembunyikan diri pada sebuah ruang, tanpa obrolan sama sekali. Kobarkan semangatmu di b

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Shabir Mengajak Ketemuan

    Rona-rona jingga memperindah sudut-sudut langit. Beberapa anak masih begitu semangat bermain kejar-kejaran di depan halaman rumah Haziya. Tidak perlu ada undangan bagi para anak kecil tersebut, karena setiap kali ada acara di mana pun sudah menjadi hal lumrah yang ditemui di kampung bila rumah ramai oleh sorak dan tawa anak-anak. Mereka hanya akan pulang ketika magrib tiba, datang lagi hingga pukul sepuluh malam untuk tidur. Berhubung acara pertunangan Lidya diadakan setelah salat insya maka mereka sudah meminta izin kepada orang tua untuk salat di rumah Haziya. Adil dan Nirsyal yang meminta izin kepada Bu Lisa. Asal mereka patuh tidak mengacaukan acara nantinya tidak masalah.Namun, ada yang berbeda kali ini. Kehadiran Zaweel di tengah para bocah itu semakin membuat riuh. Lelaki dewasa yang sangat mencolok di antara yang lainnya. Dia ikut bermain bersama mereka."Ziya, kamu kelihatan banyak pikiran. Shabir gangguin kamu lagi?" Miska bertanya serius

Bab terbaru

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Perpisahan Zaweel dan Haziya

    Miska menyiapkan segala keperluan untuk acara syukuran nanti malam di rumahnya. Sebagai seorang sahabat, dia senang akhirnya Haziya secara resmi berpisah dengan Shabir. Bahkan dia berencana untuk memperkenalkan Haziya dengan temannya yang masih single, nanti jika Haziya sudah terlihat lebih baik dan mulai membuka hati kembali.Namun, sebenarnya dia lebih suka jika Zaweel yang menjadi lelaki hebat untuk Haziya. Meskipun sikap Zaweel terkesan suka humoris, tetapi dia yakin jika Zaweel bisa melindungi sahabatnya dari gangguan mantan suami Haziya, apalagi dari tekanan Bu Karni, dan lain-lain.Miska sedikit tahu tentang perjodohan Zaweel dengan Safia, walaupun belum ada keputusan lebih lanjut. Monika pasti akan merencanakan perjodohan itu berjalan sesuai harapan mereka. Sekar dan Monika sudah bersahabat dan saling mengenal, serta keluarga mereka juga menjalin bisnis. Tentu saja bersatunya Zaweel dan Safia akan semakin meningkatkan hubungan persahabatan mereka.&n

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Keputusan Pengadilan

    Miska akan menginap di rumah Haziya malam ini, karena dia ingin menemani sahabatnya, serta akan ikut ke pengadilan besok. Sedangkan Zaweel sudah berpamitan sejak memasuki waktu ashar, dia shalat berjamaah di masjid terdekat bersama ayah Haziya. "Makasih ya Nak, kamu mau membantu putriku." "Sama-sama, Pak. Insya Allah besok kita pasti bisa menyudahi semua perkara ini." "Aamiin." "Kamu bakal balik ke Jakarta lagi setelah ini?" tanya Ayah Haziya ketika mereka menuju parkiran Masjid. "Iya, Pak, masih ada kerjaan di Jakarta," jawab Zaweel, dia juga enggan cepat balik ke kota karena merasa nyaman di sini. Namun, statusnya masih sebagai pengacara, dia harus profesional dan kembali melanjutkan profesinya. Ditambah perusahaan papanya yang juga membutuhkan dirinya. Meskipun dia tidak lagi bekerja di bidang pembela klien, Monika tidak akan membiarkannya menetap di Aceh. Zaweel harus menjadi penerus sang papa. "Semoga saja

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Zaweel Menepati Janjinya

    Haziya bersiap untuk ke rumah bimbingan belajar, dia akan mulai mengajar lagi hari ini. Miska menghubunginya ketika dia hendak ke Sigli."Assalamualaikum, kamu baik-baik saja, kan?" Miska terdengar khawatir di seberang. "Kenapa baru aktif nomornya?""Waalaikumsalam, Alhamdulillah baik-baik saja Miska. Maaf semalam lupa aktifkan ponsel," jawab Haziya jujur."Ada apa? Dia mencoba menghubungi kamu lagi makanya kamu harus matiin HP?"Tebakan Miska tepat sasaran, Haziya membenarkan karena dia tidak akan bisa membohongi sahabatnya yang sudah terlalu pandai membaca dirinya."Lelaki pecundang. Dia pasti mencoba menggelabui kamu lagi, pura-pura menyesal dan minta balikan padahal sudah punya istri baru. Ckck!" gerutu Miska kesal dengan sikap tak berpendirian Shabir."Masih banyak lelaki lain, jangan sampai kamu masuk ke lubang yang sama. Biarkan dia bersama Tante itu, nanti yang ada kamu malah dituduh sama Tante itu merebut sua

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Larangan Ayah Haziya

    Bu Laela berdiri di depan kompor, suasana hatinya berubah tidak karuan disebabkan kedatangan tamu tadi. Bahkan tadi dia sangat bersemangat untuk memasak rebung kala merah."Bu, biar aku saja yang masak. Ibu istirahat saja ke kamar!" saran Haziya meminta Bu Laela untuk tidak memaksakan diri memasak dalam keadaan tidak konsentrasi."Enggak apa-apa, Ibu bisa lanjutin. Kamu datang?" tanya Bu Laela seraya membuka penutup panci, memasukkan bumbu yang sudah dihaluskan untuk merebus ayam."Sekarang aku kembali harus dapat izin dari ayah dan ibu kalau mau ke mana saja, Bu. Jadi, aku bakal patuhi semua kata Ibu. Ibu jangan resah, aku enggak bakal datang tanpa izin dari kalian." Haziya tersenyum hangat memberikan ketenangan pada perempuan yang begitu disayanginya itu."Assalamualaikum, Bu!" Ayah Haziya masuk tergesa-gesa setelah mengucapkan salam. Dia langsung menuju dapur karena mencium aroma harum dari masakan yang sedang dimasak."Waalaikumsala

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Bu Karni Mengundang Haziya

    Bu Karni memandang mereka dengan senyum menyeringai, begitu juga dengan Vina di sebelahnya.Mengapa mereka datang ke sini?Suami Bu Laela sedang di luar, sedangkan Adil masih kecil tidak mungkin bisa kuat mengusir keduanya dari rumah. Bu Laela sendiri tidak mau membuat keributan yang menarik perhatian dari tetangga jika dia mengusir mereka."Ada apa?" ketus Bu Laela di tempatnya."Bu, kita duduk dulu yuk!" ajak Haziya. Dia bisa memahami ketidaksukaan Ibunya pada kehadiran Bu Karni, mantan besannya setelah perlakuan mereka terhadap Haziya selama ini. Namun, bagaimanapun mereka harus menghormati dan menghargai tamu."Ibu, sebentar ya aku ambilkan minum," tawar Haziya seraya membuat air untuk Bu Karni juga Vina. Sebagai tuan rumah dia harus menyajikan setidaknya minuman pada mereka, meskipun tamu tak diundang.&nbs

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Tamu Tak Diundang

    Lidya terpaksa harus kembali ke Lhokseumawe lagi sehari setelahnya. Haziya tidak ingin adiknya ketinggalan mata kuliah. Dia juga tidak mempermasalahkan jika Lidya tidak bisa hadir di persidangan keputusan nanti."Doakan saja Kakak, Dik. Kamu belajar yang rajin di sana, ya," pesan Haziya sebelum Lidya berangkat ke Lhokseumawe."Iya, Kak. Kabarin aku ya perkembangannya. Semoga dimudahkan dan Kakak bisa memulai hidup bahagia dengan baik.""Aamiin."Haziya memasukkan baju-baju ke dalam lemari setelah menyetrikanya. Dia berniat untuk istirahat sebentar sebelum masuk waktu shalat ashar.Namun, baru saja dia memejamkan mata, ponsel di atas nakas berdering yang menunjukkan nomor tak dikenal. Dia ragu mengangkatnya, karena khawatir jika panggilan tersebut dari Shabir, atau Vina.Haziya tidak mengangkatnya, tetapi penelepon tidak putus asa meskipun telah diabaikan hingga ke dua kali. Pada panggilan ke tiga

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Haziya Pulang Tanpa Gangguan Shabir

    Lidya membelok sepeda motor mereka ke salah satu warung di pinggir jalan ketika langit mendung pekat terlihat, bahkan rintik-rintik hujan mulai bertandang. Jika dipaksakan melanjutkan perjalanan maka mereka akan kebasahan, meskipun membawa mantel, tetap saja perjalanan masih jauh akan berbahaya karena jalanan licin. "Kak mau pesan cane durian?" tanya Lidya setelah duduk di salah satu kursi, mereka duduk bersebelahan sedangkan Hanif duduk di meja seberang. Salah satu kuliner di Kota Bireuen terkenal dengan makanan manis bernama cane durian. Warung kopi berjejeran di simpang. "Teh hangat saja," ujar Haziya menyebutkan nama minuman. "Baik. Abang Hanif mau pesan apa?" "Abang samaan saja dengan kalian, biar Abang yang pesanin, kamu duduk saja," kata Hanif memberi isyarat untuk Lidya tidak bangun dari kursi. "Baik, Bang." Haziya bersyukur selama perjalanan tadi tidak ada gangguan dari Shabir. Dia berdoa dalam hati semo

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Zaweel Dilarang Pulang Ke Aceh

    Zaweel membawa pulang kue kesukaan mamanya. Dia tahu kalau Monika masih kecewa karena penolakan pertunangan semalam. Bahkan mamanya tidak menyapanya tadi pagi di meja makan."Assalamualaikum, Mama!" salam Zaweel memasuki rumah lalu berjalan mendekati sang mama yang sedang menyiapkan makan malam."Waalaikumsalam," jawab mama tanpa menoleh pada putranya."Ma, ini aku beli kue kesukaan mama." Zaweel menyodorkan sekotak kue terang bulan isi keju dan cokelat manis."Letak di sana saja, meja sudah penuh," titah Monika seraya menunjuk pantry. Biasanya Monika akan tersenyum senang menerima pemberian Zaweel, tetapi karena masih marah dia menyembunyikan kegembiraannya."Mama masih marah ya? Kalau aku beli sekalian gerobaknya mama mau enggak maafin Zaweel?"Dengan wajah polos dan dipasang sendu, Zaweel menatap mamanya lekat.

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)Ā Ā Ā Haziya Pulang Bersama Lidya

    Haziya sudah berulang kali menyakinkan adiknya kalau dia bisa pulang sendirian saja, tetapi masih tidak diperbolehkan. Lidya bahkan menghubungi kedua orang tua mereka untuk menceritakan masalah Shabir kemarin.Bu Laela tidak pikir panjang mengatakan akan menjemput Haziya ke Lhokseumawe sekarang juga bersama suaminya."Mak, enggak usah. Adik gimana?""Dia biar sama Wawak yang jagain. Sekalian mamak dan ayah mau jalan-jalan juga, kan?"Haziya khawatir jika ibu dan ayahnya harus melakukan perjalanan yang jauh. Namun, jika dia memilih Lidya yang mengantarkannya pulang nanti sang adik harus balik sendiri ke kota ini untuk menuntut ilmu. Serba salah.Haziya merasa selalu menyusahkan orang lain, padahal usianya sudah dewasa. Karena alasan inilah dia tidak mau memberitahukan dulu kepada ibu dan ayah soal Shabir supaya mereka tidak terlalu cemas, apalagi sampai berencana menje

DMCA.com Protection Status