Share

Bab 94

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2023-01-31 14:32:38

"Kupikir kau lebih tahu bagaimana caranya mengurus seekor kucing betina yang kelaparan seperti dirinya, sayang. Makanya kuberikan ia padamu," Gemas Yudha sambil mengecup lembut pipi Rahma.

***

Pagi-pagi sekali Yudha sudah ditunggu Demian di teras, karena ada rapat penting pagi ini, lelaki itu tampak sudah bersiap dengan tas di tangannya.

"Sepagi ini?" Keluh Rahma manja sambil melirik arloji di pergelangan tangan Yudha.

"Iya, rapatnya akan dimulai pukul delapan pagi ini, Sayang," Sahut Yudha sambil merapikan dasinya.

"Lalu, bagaimana dengan rencana nanti malam? bukankah kita ada acara makan malam di rumah papa? Jangan bilang kalau kau tak bisa hadir karena papa pasti akan kesal mendengarnya," cecar Rahma mengingatkan.

"Akan ku usahakan. Yang penting nanti sore kau bersiap siap saja," pungkas Yudha lalu mengecup lembut pucuk kepala istrinya itu.

Rahma hanya bisa mengangguk sambil tersenyum kecut mendengarnya. Di lambaikan tangannya sebentar ketika melihat mobil yang ditumpangi Yudha pe
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
nova sari rahayu
beugh kucing betina sedang kelaparan
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
waduh kucing betina datang..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 95

    "Kupikir kau tak datang, Jesslyn. Tante hampir saja melupakanmu," sambut Miranda sambil mengulurkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan sang keponakan.***"Maaf, aku terlambat, jalanan cukup padat malam ini," Sahut Jesslyn, lalu menghampiri Miranda.Mendengar nama Jesslyn di sebut membuat Rahma refleks menoleh, tampak seorang wanita berkulit putih berwajah oriental tengah menyapa Budi dengan sopan.Kening Rahma berkerut, wajah dan nama itu seperti tidak asing baginya, sejenak ia berpikir, hingga beberapa saat kemudian, Rahma memalingkan pandangannya pada Yudha, suaminya."Tak salah lagi, kucing betina itu," Rahma berdesis pelan.Di liriknya Yudha yang masih tampak santai seakan tak peduli dengan kedatangan Jesslyn, wajah lelaki itu tampak datar sambil terus mengengam tangan Rahma."Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan," bisik Yudha sambil menoleh dan mengedipkan sebelah matanya pada Rahma."Benarkah? Baguslah berarti tak payah aku mengingatkan," balas Rahma, tak lama terdeng

    Last Updated : 2023-02-01
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 96

    "Ada apa, mas?" Tanya Miranda."Tak ada apa-apa, hanya pembicaraan singkat para lelaki," jawab Budi sambil menyendok makanan ke mulutnya.***Rahma mengulas senyum ketika mendengar ucapan ayah mertuanya, kembali denting sendok dan garpu terdengar, seakan telah menjadi musik pengiring di meja makan itu.Mereka tampak begitu menikmati makanan yang disajikan di atas meja tersebut. Begitu pula dengan Rahma, meski hatinya saat ini mulai terbakar oleh rasa cemburu namun, logikanya masih bekerja dengan baik.Diam diam Rahma mengamati Jesslyn, wanita yang mengenakan gaun off shoulder itu tampak memukau malam ini dengan make-up flawless dan tatanan rambut sebahunya yang di Curly. tak lama ia berdehem pelan."Sebelumnya maaf jika aku lancang bertanya padamu Mbak Jesslyn ...""Jesslyn, panggil saja Jesslyn. Mbak Rahma," ucap Jesslyn memotong ucapan Rahma."Ah, iya. Baiklah Jesslyn.""Apakah kau sudah bekerja? Maaf jika pertanyaan ini terdengar sangat lancang!" Desis Rahma sambil menatap Jesslyn

    Last Updated : 2023-02-03
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 97

    "Bagus sekali, wanita itu namanya Jesslyn, mulai sekarang tugasmu adalah menjauhkan wanita itu dari Mas Yudha, jika kau melihat wanita itu datang ke kantor mencari Mas Yudha, segera beri tahu aku, termasuk juga saat kau melihat Mas Yudha menerima telepon darinya. Kau mengerti Pak Demian?" Perintah Rahma sambil mendelik pada Yudha yang mengulum senyum saat mendengarnya.***Sementara itu di Parung, Bogor. Terjadi keributan di rumah Deni. Tampak lelaki itu tengah mengajak istrinya berbicara."Aku berniat untuk menjual rumah dan mobil kita," ungkap Deni."A-apa kau bilang, mas? Mau menjual mobil dan rumah kita? Apa aku tidak salah dengar?" Pekik Widya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya."Iya, tak ada cara lain, aku terpaksa menjualnya untuk menutup semua hutang-hutangku," sengit Deni."Siapa yang menyuruhmu menjualnya? Hah!? Siapa yang mengizinkanmu untuk menjualnya?" Teriak Widya. Suaranya terdengar ke setiap sudut kamar mereka.Deni berdecak kesal, lelaki itu mul

    Last Updated : 2023-02-04
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 98

    "Benarkah? berarti kau sudah bicara padanya?" tanya nella."iya, aku sudah bicara padanya. rahma memintaku agar menjual rumah dan mobilku padanya jika ingin semua hutangku lunas. rahma bilang bahwa aku harus melakukannya jika masih ingin berharap bantuan lain darinya," ungkap deni dengan dahi mengeryit seakan sedang berpikir.***Yudha mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, sambil menatap ke layar komputer. Lelaki itu terlihat sedikit gusar, seakan ada sesuatu hal yang mengganjal pikirannya.Sesekali ia melirik ke layar ponselnya, seolah sedang menunggu panggilan telepon dari seseorang. Namun hingga lima belas menit berlalu, Layar pipih itu masih gelap, tak ada satupun notifikasi pesan yang masuk.Suara ketukan pintu terdengar ketika baru saja hendak menyandarkan punggungnya, tak lama melangkah masuk sekretarisnya sambil membawa beberapa tumpukan dokumen di tangannya."Ini laporan yang bapak minta," ucapnya dengan sopan meletakkan dokumen-dokumen itu ke atas meja."Terima kasih," Jawab

    Last Updated : 2023-02-05
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 99

    "Rahma memang bukanlah anak pejabat atau putri kesayangan seorang konglomerat, tapi ia satu satunya wanita yang ada di saat semua orang berpaling dan menjauh dariku," desis Yudha lalu meletakkan kembali ponselnya ke atas meja.***"Kau tak apa-apa, mas? Ada masalah?" Tanya Rahma begitu melihat Yudha yang terlihat lesu sepulang dari kantor."Aku baik - baik saja," Jawab Yudha, lalu duduk sambil melepas sepatunya. Tak mungkin rasanya ia menceritakan isi pembicaraannya dengan Jesslyn tadi siang pada Rahma, karena bisa saja akan membuat istrinya kesal."Mau kusiapkan makan sekarang?" Kembali Rahma bertanya, ada gurat kekhawatiran di wajahnya."Nanti saja, sayang. Aku mau mandi dulu," sahut Yudha sambil mengulas senyum tipis."Baiklah, tapi jika kau butuh sesuatu, bilang padaku ya?" Ujar Rahma kemudian.Yudha mengangguk, lalu meraih handuk dan bergegas ke kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya.Ponsel Rahma bergetar sesaat kemudian, dengan malas di liriknya benda pipih itu, tampak ada

    Last Updated : 2023-02-07
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 100

    "Apa mereka sedang membicarakan Hera? Ibunya mbak Denisa?" Bisik Rahma sambil terus memperhatikan mereka berdua dari dari balik pintu.***Rahma bergeming sesaat, lalu intipnya kembali, tampak mereka masih berbicara di sana. Takut ketahuan menguping Rahma pun memutuskan untuk melanjutkan langkahnya."Apa mereka sedang membicarakan Hera?" Gumam Rahma dengan dahi mengeryit.Suryani tampak sumringah menyambut Rahma ketika langkah wanita itu akhirnya tiba di meja makan. Dilihatnya meja makan sudah penuh dengan makanan, pertanda sarapan sudah siap."Mana Mbak Denisa dan Mas Yudha, mbak?" Tanya Suryani."Sebentar lagi mereka berdua akan datang, Mak. Tunggu saja di sini," jawab Rahma seakan mencegah Suryani untuk memanggil mereka, lalu duduk di salah satu kursi.Suryani tak menjawabnya, wanita paruh baya itu tampak menggangguk patuh, lalu memilih duduk di sebelah Rahma. Lima menit kemudian tampak Yudha dan Denisa datang bersamaan menghampiri mereka. Untuk menikmati sarapan pagi bersama."Apa

    Last Updated : 2023-02-08
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 101

    "Entah di mana mama berada? Aku sungguh mencemaskannya," Suara Denisa terdengar begitu lirih. "Berdoa saja, Mbak, aku yakin kita pasti akan menemukannya," hibur Rahma lalu menepuk lembut pundak Denisa sebagai bentuk dukungan padanya.***Matahari masih begitu terik saat Rahma dan Denisa kembali masuk ke dalam mobilnya, keringat mulai sedikit membasahi wajah Rahma membuat tangan wanita itu menarik sehelai tisu untuk menyekanya.Gurat wajah cemas masih terlukis di wajah Denisa. Rahma bisa mengerti apa yang dirasakan Denisa saat ini. Bagaimanapun buruknya tabiat Hera, tetap saja Denisa harus berbakti padanya.Perlahan mobil yang mereka tumpangi akhirnya bergerak meninggalkan pelataran apartemen tersebut, tampak ekor mata Denisa masih menatap bangunan apartemen itu, mungkin masih berharap ibunya berada di sana."Maaf, kita akan pergi kemana, Bu?" Tanya sang sopir pada Rahma."Sebentar pak," Rahma menyahut lalu melirik Denisa yang masih bergeming."Mbak Denisa, apa kau ingat seseorang ata

    Last Updated : 2023-02-09
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 102

    "Katakan saja Rahma, tak perlu sungkan padaku.""Apa kau mengenal Jesslyn?" Mendengar pertanyaan Rahma, sontak Denisa mengerutkan keningnya.***Deni memandang meja makannya yang kosong, hanya ada sedikit sisa lauk semalam. Dibukanya penanak nasi, tak ada nasi hangat di sana melainkan nasi kemarin yang sudah hampir basi.Sejak pagi ia belum mengisi perutnya dengan makanan dan sekarang matahari sudah tinggi, namun tak jua ada sedikit makanan yang ditemukannya di sini untuk sekedar mengganjal perutnya yang lapar.Perlahan ia memeriksa dapurnya, mencari sesuatu yang bisa ia masak, Namun usahanya tampaknya sia-sia saja karena tak ada apapun di dapurnya."Bahkan gula pun tak ada," keluh Deni kesal, lalu menghempaskan tubuhnya di kursi.Sejak pagi Widya sudah keluar rumah, beralasan ada keperluan dengan salah seorang saudaranya. Tak ada sarapan yang biasa disiapkan oleh Widya, membuat suara diperutnya kini kembali bernyanyi."Widya benar benar keterlaluan, sepertinya ia sengaja membuatku ke

    Last Updated : 2023-02-10

Latest chapter

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 8

    Tiga bulan kemudian,"Selamat ya Pak Yudha, ibu Rahma positif hamil," ucap dokter wanita itu saat memeriksa Rahma."Alhamdulillah, terima kasih banyak dokter."Wajah Yudha begitu bahagia saat mendengar kabar bahagia tersebut, tak hanya dirinya, pipi Rahma pun tampak bersemu merah."Saya akan meresepkan beberapa vitamin. Jangan lupa istirahat yang cukup ya, Bu Rahma." Ujar dokter wanita tersebut, setelah pemeriksaan ultrasonografi (USG) tersebut selesai.Beberapa pesan di berikan oleh dokter wanita itu pada mereka, tak lupa juga mengingatkan agar melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Setelah berbincang sebentar, mereka pun akhirnya pamit dan bergegas pulang ke rumah dengan suasana hati yang riang. Kurang lebih setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka pun akhirnya menepi dan berhenti di rumah besar itu, rumah yang hampir dua tahun ini mereka tinggali.Dengan hati hati, Yudha membantu Rahma keluar dari mobil. Rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya. Melihat wajah Yudha y

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 7

    "Bagaimana kondisi Mbak Nella?" Tanya Yudha beberapa saat setelah mendengar cerita Rahma."Mbak Nella baik baik saja," jawab Rahma lalu beranjak dari meja riasnya dan duduk di tepian ranjang mereka."Syukurlah. Uang yang hilang bisa dicari tapi jika para perampok itu sampai melukainya, entahlah, aku sulit untuk membayangkannya," sahut Yudha lalu meletakkan ponselnya ke atas nakas."Iya, kau benar, mas." "Hmm!" Yudha berdehem kecil."Besok papa mengundang kita untuk datang ke rumahnya.""Oh ya?" Tanya Rahma sembari menatap suaminya dengan pandangan tanya."Ada acara apa di rumah papa, mas?" Kembali Rahma bertanya."Tak ada, katanya sih hanya ingin berkumpul dengan kita saja sebelum berangkat umroh," jawab Yudha Mendengarnya, Rahma mengangguk pelan. "Oh, sekalian bulan madu, ya? Pengantin baru bikin gemes," sambung Rahma terkekeh."Mungkin saja, karena kudengar dari papa, katanya sih tante Miranda berharap segera diberi keturunan sepulang umroh nanti." Yudha kembali mejelaskan. "Ami

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 6

    Kabar perampokan yang terjadi di rumah Nella, akhirnya sampai juga ke telinga Rahma, meskipun sudah dua hari berselang pasca kejadian tersebut, tetap saja insiden perampokan itu masih menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan para tetangganya.Meski khawatir, Rahma menahan diri untuk tidak segera datang ke rumah kakak perempuannya tersebut. Rahma yakin pasti ada alasan mengapa Nella tidak memberitahu dirinya atas musibah yang menimpa dirinya. Berdiri di hadapannya, seorang wanita yang beberapa jam lalu di mintanya untuk mencari kabar terbaru tentang Nella. Dari laporan yang diterimanya, setidaknya Rahma bisa menghela nafas lega karena para perampok itu sudah di tangkap polisi. Dan salah satunya adalah orang yang mereka kenal baik, seseorang yang masih bertetangga dengan Nella.Ada tiga orang yang beraksi pada malam itu. Menggasak habis uang yang tersimpan di dalam lemari, untung saja pada malam sebelumnya, Nella telah memindahkan kotak yang biasa digunakannya untuk menyimpan perhi

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 5

    Deru mobil Deni perlahan terdengar menjauh dari rumah. Sesaat, terlihat Widya mematung di sana, seakan tengah mengkhawatirkan suaminya. Tak lama, ia berbalik masuk ke dalam rumah, setelah mengunci pagarnya terlebih dulu.Pandangan matanya terlihat menerawang ke sekeliling ruangan, ia tak menyangka jika tak ada satupun perabotan rumah ini yang berubah letaknya. Semuanya masih sama seperti ia tinggalkan beberapa waktu lalu. Piring, gelas maupun toples yang ada di atas meja pun hampir tak ada yang berubah letaknya, hanya isinya saja yang sudah kosong.Helaan nafasnya terdengar berat, tak lama la melangkah ke arah dapur, bersiap untuk mencuci peralatan makan dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya, karena asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka sebelumnya, terpaksa di berhentikan beberapa hari setelah kasus penipuan berkedok investasi yang menghabiskan semua uang mereka tersebut.Suara seseorang terdengar mengetuk pintu, sontak membuat kepala Widya menoleh, tak butuh waktu

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 4

    Deni mengulum senyum ketika di lihatnya Widya yang tampak canggung saat mereka duduk berdua saja di dalam mobil. Lelaki itu tak menyangka jika rencana Rahma untuk membuat istrinya kembali ke rumah tanpa paksaan, akan berjalan dengan sempurna.Tadinya ia sempat tak yakin, namun atas dukungan dari Nella, Deni akhirnya memberanikan diri menelpon ayah mertuanya dan meminta bantuan darinya, agar Widya bisa pulang tanpa harus membuatnya memohon dan menjatuhkan harga diri di depan istrinya.Untuk beberapa saat, suasana terasa hening, karena tak ada satupun dari mereka yang mau membuka percakapan lebih dulu, baik Deni maupun Widya, tampak masih berusaha mengatur nafas masing-masing. "Aku dengar kau sering belanja di warungnya si Mirna? Apa benar, mas?"Pertanyaan Widya akhirnya memecah keheningan di antara mereka, membuat Deni memalingkan wajahnya dari Widya sembari menyunggingkan senyum. "Kalau iya, apa ada masalah? Semua orang tahu jika dia cantik dan sendiri," Pancing Deni menggoda istri

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 3

    "A-aku mau pulang, mas."Ucapan Widya membuat tiga pasang mata yang ada di sana sontak menoleh padanya. "Benarkah?" Ceplos ibu mertuanya sambil melempar pandangan pada Sofyan, suaminya.Mata Deni tak berkedip saat mendengarnya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja tadi didengar oleh telinganya, begitu juga dengan Sofyan, ayah mertuanya yang tanpa sadar memandang tajam pada putri sulungnya tersebut.Mungkinkah, istrinya yang keras kepala itu telah berubah? Batin Deni berbisik."Nggak lagi ngelindur kan?" "Kemarin katanya nggak mau pulang, dipaksa- paksa, tetap kekeuh bilangnya males pulang, kok sekarang beda lagi? padahal Deni nggak bilang mau ajak kamu pulang lho, Wid?" Goda ayahnya."Itu ... Ya, terserah dong," ketus Widya yang membuat lelaki paruh baya itu akhirnya terkekeh.Setelah mengatakannya, dengan wajah masam Widya angkat kaki dari sana dan bergegas masuk ke kamarnya. Wanita itu tampak kesal dengan dirinya sendiri karena bisa bisanya terpancing emosi."Sepertinya, a

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 2

    Deni melangkah ragu saat hendak melangkah masuk ke halaman rumah mertuanya, tampak sebuah sepeda motor matic telah terparkir di sana, menandakan jika rumah mertuanya tersebut tidak dalam keadaan kosong.Pandangan matanya mengawasi sekitar, cukup sepi, hanya suara burung peliharaan yang terdengar berkicau menyambut kedatangannya. Sesaat, Deni melihat sosok mengintip dari balik jendela.Perlahan, tangannya mengetuk pintu. Tak lama, wajah ibu mertuanya terlihat menyembul begitu pintu utama rumah itu terbuka."Nak Deni. Ayo masuk!" Ajaknya ramah.Deni tersenyum, lalu mengikuti langkah ibu mertuanya dan masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa tamu setelah lebih dulu di persilahkan oleh sang pemilik rumah."Mau bicara dengan Widya, ya?" Tanya ibu mertuanya."Tidak, aku datang ke sini karena ingin bicara dengan bapak," ucap Deni dengan penuh percaya diri."Oh maaf, ibu kira nak Deni ke sini karena ingin bicara dengan Widya. Kalau begitu tunggu sebentar, ibu panggilkan bapak dulu," pamit wani

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Extra 1

    Widya berdecak kesal. Sudah hampir satu bulan ini Deni seolah melupakannya. Ah, tidak. Pernah satu kali lelaki itu datang ke rumahnya hanya untuk mengantarkan beberapa barang miliknya yang tertinggal.Sudah berapa kali orang tuanya menyuruhnya agar segera pulang, namun wanita itu terlalu keras kepala. Entah mengapa, Deni belum mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, seakan-akan sengaja menunggunya menggugat cerai lebih dulu.Pernah terpikirkan dalam benak Widya untuk berpisah dari Deni, hanya saja hatinya masih ragu karena beberapa kali kerabatnya memberi tahu jika keadaaan Deni saat ini jauh lebih baik. Mobil yang sebelumnya diklaim telah terjual pada Rahma, ternyata masih betah menghuni garasi rumahnya.Apakah selama ini Deni telah berbohong padanya? atau semua ini terjadi karena bantuan dari Rahma?Entahlah, kepalanya pusing memikirkannya, hanya saja Widya kesal jika memang itu benar, mengapa Deni harus berbohong padanya?Suara gerimis malam ini terdengarsyahdu di telinga Widya. B

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 142

    "Baiklah," sahut Denisa sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah pelaminan, hingga beberapa menit kemudian, terdengar suara Yudha memanggilnya, membuat Denisa menoleh dan spontan memutuskan sambungan telepon mereka. "Yu-yudha!" Sapa Denisa gugup."Lho kok diputus teleponnya, Mbak?" Tanya Yudha."Ah ini, video call dari temen di rumah sakit. Katanya mau lihat pengantinnya ..." Rona gelisah terlihat samar di wajah Denisa."Oh! Ambil saja yang banyak videonya papa, Mbak. Aku yakin papa juga tidak keberatan kalau video pernikahannya jadi tontonan para dokter di rumah sakit." Wajah Yudha terlihat nyengir kuda."Ah, Iya. Kau benar juga. Papa kan orangnya sedikit narsis," balas Denisa. Tak lama mereka berdua tertawa sambil melihat ke arah Budi di kursi pelaminan."Kau tahu, mbak. Sejak kau pindah ke Surabaya, rasanya ada yang hilang.""Aku akan sering berkunjung ke Jakarta." Denisa menepuk lengan Yudha."Hmm ... Di mana Mas Arga dan Kevin?" Ekor mata Yudha mencari keberadaan kakak ipar da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status