Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 79. Permintaan yang Berharga

Share

Bab 79. Permintaan yang Berharga

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 16:05:14

Keesokan harinya, Evan pulang dari kantor lebih awal. Laki-laki itu mendapatkan undangan makan malam bersama dengan rekannya di salah satu rumah makan di hotel bintang lima.

Evan ingin mengajak istri dan anaknya menghadiri acara itu malam ini. Ia pun bergegas naik ke lantai dua dan membuka pintu kamarnya.

"Oh Evan, kau baru sampai?" Elizabeth menyapanya seperti dulu-dulu.

Laki-laki itu mengangguk, ia melepaskan tuxedo hitamnya sembari menutup pintu kamar dan berjalan mendekati istrinya.

Elizabeth yang hendak meraih tuxedo hitam di tangan Evan, tiba-tiba lengannya lebih dulu ditarik oleh laki-laki itu. Dalam hitungan detik, kedua mata Elizabeth melebar saat satu kecupan mendarat di pipinya.

"Selama sore," bisik Evan menatapnya dari jarak lebih dekat.

Elizabeth menunduk kepalanya gugup, dia merasa tak biasa dengan sikap suaminya yang sekarang.

"Ya... Selamat sore juga," balas Elizabeth tersenyum gugup.

Gadis itu buru-buru meraih tuxedo hitam di tangan Evan dan berjalan mendekati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kim Bora
Elizabeth benar benar tokoh utama yang tidk menarik. tidak punya pendirian bahkan untk membela dirinya saja tidak mampu, sungguh aku berharap elizabeth mati saja dan tokoh utamanya diganti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 80. Aku Tempat Ternyamanmu

    Pagi ini, Elizabeth dihubungi oleh pelayan pribadi Melody yang memintanya untuk datang ke kediaman mertuanya. Elizabeth pun datang bersama sopir yang mengantarkannya untuk menemani Mama mertuanya mengobrol dan minum teh, di teras belakang rumah megahnya. "Tidak perlu canggung begitu, bukannya kau dulu sering menemaniku minum teh," ujar Melody meminta pelayanannya menuangkan teh untuk Elizabeth. "Oh... Ma-maaf Ma," ucap gadis itu meraih cangkirnya. Di teras yang dipenuhi dengan bunga dan tanaman hias, mereka duduk hanya berdua saja. Melody menghela napasnya panjang dan memperhatikan Exel yang bermain di taman dengan seekor anjing kecil berwarna putih kesayangannya."Exel nampak sangat menikmati hari-harinya saat bersamamu, Elizabeth," ujar Melody membuka percakapan. Elizabeth tersenyum tipis. "Iya Ma, dia juga sudah ceria seperti dulu lagi." Melody hanya mengangguk kecil, ia duduk menyilangkan satu kakinya dan masih terus memperhatikan cucunya. "Dia sudah besar, ingat kalau kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 81. Kesempatan Kedua

    Sergahan napas panjang keluar dari bibir Evan, bersamaan dia meletakkan gelas berisi minuman yang beraroma sangat pekat. Evan mengusap berkali-kali wajahnya frustrasi. Ia bingung bagaimana membuat Elizabeth percaya kalau ia benar-benar ingin memperbaiki hubungan mereka."Van, kau meminum cukup banyak malam ini," ujar Leonid menepuk pundak Evan, dan membuyarkan lamunannya."Ck! Diamlah," balas Evan menuangkan minuman itu lagi, lalu menenggaknya. Leonid—teman Evan yang malam ini tengah mengadakan sebuah acara kecil di mansionnya, dan hanya dihadiri oleh beberapa rekannya saja, salah satunya adalah Evan. Setelah beberapa lama Evan meluapkan kekesalannya pada minuman itu, hingga ia kini mulai mabuk. Setelah itu Evan pun memutuskan untuk kembali pulang malam itu juga.Sementara di tempat lain, Elizabeth belum tidur. Gadis itu masih duduk diam di atas ranjangnya merajut sebuah syal untuk Exel. Berkali-kali Elizabeth menatap ke arah jam dinding di dalam kamarnya."Kenapa Evan belum juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 82. Berdua, Denganmu

    Setelah kejadian semalam, Elizabeth merasakan interaksi antara dirinya dan Evan tidak kaku seperti dulu lagi. Elizabeth kini membawakan secangkir kopi ke ruangan kerja Evan. Hal ini dulu adalah hal yang setiap hari Elizabeth lakukan tanpa bosan, dan menjadi kerinduan bagi Evan saat Elizabeth tak di sisinya. "Evan, aku membuatkanmu kopi," ujar Elizabeth berjalan masuk ke dalam ruangan itu. "Terima kasih, letakkan di sini saja," jawab Evan menggeser sebuah berkas di atas meja.Elizabeth meletakkan secangkir kopi tersebut dengan berhati-hati. Saat gadis itu hendak beranjak, tiba-tiba Evan menarik lengan Elizabeth dengan pelan. Elizabeth pun terkejut, lantas dia menoleh cepat menatap suaminya. "Tetaplah di sini, temani aku bekerja," pinta Evan, ia menarik satu kursi dan ia tempatkan di sampingnya.Meski awalnya ragu, Elizabeth akhirnya duduk di samping suaminya. Gadis itu mulai bisa merasakan kenyamanan yang dulu tidak pernah bisa dia rasakan sekalipun menjadi istri seorang Evander C

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 83. Apakah Evan Sangat Mencintai Istrinya?

    Setelah kemarin Elizabeth sempat kambuh, hari ini gadis itu memutuskan untuk datang ke rumah sakit mengecekkan kondisinya. Elizabeth telah membuat janji dengan Daniel sejak pagi-pagi tadi. Dan sekarang Elizabeth pun usai Daniel tangani. "Apakah kondisiku menurun lagi, Niel?" tanya Elizabeth saat Daniel melepaskan masker penutup hidung dan mulutnya. "Tidak Elizabeth, kondisimu sekarang stabil," jawab Daniel, laki-laki itu membantunya untuk duduk. Elizabeth menatap sahabatnya yang kini menghela napas pelan. "Tapi... Kenapa kemarin aku kambuh? Aku takut kalau kondisiku terus menurun," ujar Elizabeth. Dan respon yang Daniel berikan kini adalah senyuman kecil. Laki-laki dengan balutan jas putih itu justru menarik gemas hidung kecil Elizabeth. "Heii... Sudah berkali-kali aku bilang padamu kan, kalau kau kelelahan, itu juga bisa menjadi faktor kambuhnya sakitmu sekarang," tutur Daniel mengusap lembut pucuk kepala Elizabeth. "Tapi jangan disepelekan, untuk saat ini mungkin tidak papa,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 84. Mereka Terlihat Romantis

    Sementara di rumah, Elizabeth tengah duduk di teras bersama Exel. Wanita itu menemani si kecil yang tengah dibujuk untuk disuapi oleh pengasuhnya. Anaknya yang sangat aktif, Exel selalu berlarian ke sana dan kemari hingga pengasuhnya sangat terlihat stress dan lelah. "Riana, berikan piringnya padaku, biar aku saja yang menyuapi Exel," ujar Elizabeth. Wanita itu langsung mundur satu langkah. "Jangan Nyonya, biar saya saja. Nyonya istirahat saja. Kalau nanti Tuan tahu Nyonya menggantikan pekerjaan saya, nanti Tuan bisa marah." Pengasuh itu selalu mengatakan alasan yang sama setiap hari. Memang Evan selalu memberikan penegasan pada semua pelayan di rumahnya meminta agar mereka tidak membiarkan Elizabeth melakukan pekerjaan apapun. Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba dua mobil mewah memasuki pekarangan rumah megah milik Evan. Elizabeth mengerutkan keningnya melihat siapa yang datang. Namun begitu ia melihat Clarisa turun dari mobil yang berbeda dengan Evan, gadis itu sangat ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 85. Evan Pasti Membela Elizabeth

    Keesokan harinya, Elizabeth mendatangi tempat kerjanya dan ingin bertemu dengan atasannya, setelah ia beberapa hari lamanya tidak aktif bekerja.Elizabeth sudah berada di dalam sebuah ruangan, ia duduk di sebuah sofa tunggal dan menanti-nanti kedatangan Sonya. Sampai akhirnya pintu kayu berwarna cokelat pun terbuka, di sana muncul seorang wanita cantik dengan balutan blazer merah maron, yang langsung melebarkan matanya saat melihat kedatangan Elizabeth. "Oh Elizabeth," sapa Sonya dengan senyuman yang manis. "Selamat siang, Nona Sonya," sapa Elizabeth sedikit menundukkan kepalanya. "Selamat siang juga Elizabeth... Akhir-akhir ini kau jarang sekali terlihat, ya... Padahal aku sangat menunggumu kembali bekerja," ujar Sonya menatap Elizabeth dengan wajah sedih. Elizabeth membalasnya dengan senyuman tipis, ia menjadi tidak enak hati dengan kebaikan Sonya yang selalu mengerti situasi yang Elizabeth rasakan. "Silakan duduk kembali," ujar wanita cantik itu pada Elizabeth. Mereka pun du

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 86. Pesan Gambar yang Menyakiti Hari Elizabeth

    Beberapa Minggu Kemudian...Sejak pagi tadi, Elizabeth merasakan tubuhnya tidak nyaman, berkali-kali ia berjalan ke kamar mandi karena perutnya yang terus bergejolak. Elizabeth kini berdiri di dalam kamar mandi dengan tubuh lemasnya. Gadis itu meletakkan telapak tangannya di kening. "Apa yang terjadi, kenapa beberapa hari ini aku tubuhku semakin tidak nyaman?" gumam Elizabeth bingung. Perlahan ia kembali keluar dari dalam kamar. Elizabeth meraih botol obatnya yang berada di dalam laci. "Obatnya masih sama seperti yang Daniel resepkan dulu-dulu, tapi kenapa sekarang membuatku mual dan pusing?" gumam Elizabeth menyeka keringat dingin di wajahnya. Elizabeth menyimpan lagi obatnya dan berjalan ke arah ranjang. Tubuh yang lemas membuat Elizabeth memilih beristirahat sejenak. Pikiran dan hatinya terus diliputi rasa takut. "Mungkin ini karena efek dari obat dari dokter yang selama ini aku minum," gumam Elizabeth memejamkan kedua matanya. Saat Elizabeth memejamkan kedua matanya, tiba-t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 87. Evan, Penyesalanmu Telah Tiba

    Tengah malam Elizabeth pergi ke sebuah hotel. Dan hanya beberapa menit saja perjalanan dari rumah menuju ke tempat itu. Sesampainya di sana, Elizabeth tidak sabar untuk memastikan apakah suaminya benar-benar ada di sana. Rasa penasaran di dalam hatinya tidak padam begitu saja. "Di lantai lima, kamar sembilan enam," gumam Elizabeth menatap layar ponselnya yang telah retak. Ia membaca pesan yang seseorang kirimkan itu padanya. Elizabeth berjalan cepat sembari menahan rasa pusing yang mencekam di kepalanya. Hatinya bahkan masih setia tak percaya seolah-olah Evan tidak mungkin berada di tempat ini. Sampai akhirnya Elizabeth tiba di depan pintu nomor sembilan puluh enam. Jemari tangan Elizabeth terasa kebas dan gemetar saat ia mengulurkan tangannya menyentuh gagang pintu. Dengan sekuat hati, Elizabeth membuka pintu tersebut. Pelan, tanpa suara ia mendorongnya perlahan-lahan. "Ti-tidak mungkin..." Kata itu yang begitu lembut keluar dari bibir Elizabeth. Air mata Elizabeth menetes de

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 425. (EXEL STORY) Menghabiskan Sisa Hidupku Bersamamu

    Hari sudah gelap, Exel berjalan sendirian di lorong rumah sakit. Laki-laki itu baru saja kembali dari kantornya malam ini. Setelah sore tadi Mamanya bilang akan pulang pukul tujuh malam, Exel pun tiba saat Mamanya baru saja bertemu dengannya di luar. Ia membawa sebuah buket bunga mawar merah untuk Hauri. Sejak siang, Exel tidak sabar ingin segera bertemu dengan gadis itu. Exel membuka pintu kamar rawat inap Hauri perlahan-lahan, di sana Hauri tampak langsung menatapnya. "Exel..," sapanya lirih. "Hai, Sayang. Selamat malam," balas Exel, ia tersenyum manis pada gadis itu. "Aku membelikan buket bunga untukmu. Kau bilang kau ingin bunga mawar," ujarnya. "Heem, terima kasih," ucap Hauri lirih. "Sama-sama." Exel mengecup pipi Hauri. Hauri menatap senang buket bunga yang Exel bawakan untuknya. Ia menghidu aroma wangi mawar merah itu dan menoleh pada Exel yang sedang melepaskan tuxedo hitamnya. "Exel, berapa lama lagi aku akan dirawat di sini?" tanya Hauri. "Aku sangat bosan. Aku tid

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 424. (EXEL STORY) Jangan Dulu Merasa Menang, Lafenia!

    Setelah sempat drop untuk kedua kalinya dia hari ini, Hauri benar-benar lemah. Bahkan ia banyak melamun dan diam saja sekalipun Elizabeth menjaganya seperti siang ini. Exel bercerita kalau Hauri sangat murung sejak dia kambuh terakhir kemarin. Hingga Elizabeth berniat mulai menjaga gadis itu."Sayang, Mama bawakan buah blueberry untuk Hauri. Kata Dokter William, buah blueberry ini sangat bagus untuk kesehatanmu, Nak," ujar Elizabeth membuka sebuah kotak makanan berukuran kecil. "Mama beli di mana? Segar-segar sekali seperti baru dipetik," ujar Hauri berbinar-binar. "Tidak tahu Paman James. Tadi Mama yang memintanya membelikan untuk Mama," jawab Elizabeth tersenyum. "Ayo dimakan. Mama kupaskan kulit buah apel dulu ya, Sayang..." Hauri hanya mengangguk patuh, gadis itu menatap Elizabeth dari samping. Dalam benaknya, Hauri terus bertanya-tanya, apakah benar keluarga ini begitu baik dan perhatian padanya hanya karena merasa kasihan saja?Tanpa sengaja Elizabeth menoleh dan menatap Hau

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 423. (EXEL STORY) Kemarahan Exel Pada Lafenia

    Hauri terpukul hebat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Lafenia. Bahkan Hauri membiarkan Lafenia pergi begitu saja beberapa detik yang lalu. Hauri membeku di atas ranjang rumah sakit dengan kehancuran yang ia rasakan saat ini. Satu fakta menyakitkan yang ia dengar membuatnya kehilangan harapan untuk segala hal dalam hidupnya. Isak tangisannya terdengar begitu jelas, gadis itu menutup wajahnya dengan selimut dan berbaring dengan tangisan kuat. "Kenapa? Kenapa mereka tidak mengatakan dari awal padaku ... kenapa?" tangis Hauri dengan pilu. Sakit yang Hauri rasakan di tubuhnya rasanya tidak sebanding dengan sakitnya kenyataan yang ia terima. Dunianya bagai runtuh seketika saat ia tahu, usianya tidak panjang lagi!Pintu kamar inap Hauri tiba-tiba terbuka, seorang suster kaget melihat Hauri menangis di sana dengan begitu ilu dan histeris. "Ya Tuhan! Nona, apa yang terjadi? Nona kenapa?" tanya suster itu terkejut. "Nona...!" Hauri menggeleng-gelengkan kepalanya, ia terbatuk-b

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 422. (EXEL STORY) Usiamu Tidak Lebih Dari Lima Tahun, Hauri!

    Setelah berjam-jam Hauri sendirian di dalam kamar inapnya. Barulah Exel datang saat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Namun, kedatangan Exel kali ini membuat Hauri terkejut karena dia mengajak Lafenia untuk ikut bersamanya. Wanita cantik itu membawa keranjang berisi buah-buahan. "Sayang, maaf aku tadi tidak sempat bilang padamu kalau aku akan ke kantor lebih dulu. Aku buru-buru," ujar Exel sembari duduk di samping Hauri. Gadis itu tersenyum manis. "Tidak papa, Exel. Aku berani sendirian..." Pandangan Hauri tertuju pada Lafenia yang kini tersenyum sambil berdiri di belakang Exel. Exel mengikuti arah pandang mata Hauri saat ini. Laki-laki itu menoleh sekilas pada Lafenia. "Oh ya, aku mengajak Lafenia. Dia tadi memang ingin ikut dan sekalian menjengukmu," jawab Exel tersenyum sembari mengusap pipi Hauri. "Iya Hauri. Maaf ya, aku tidak tahu kalau kau sedang tidak enak badan. Jadi ... aku memutuskan untuk menjengukmu." "Terima kasih atas kebaikanmu, Lafenia," uc

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 421. (EXEL ROMAN) Wanita Serigala Berbulu Domba

    Pauline masih menemani Hauri selama dua jam lamanya dan Exel juga belum kembali hingga detik ini. Sesekali Pauline menatap jam dinding, karena beberapa menit lagi ia harus segera pergi ke kampus.Ekspresinya yang cemas membuat Hauri mudah menebaknya. "Pauline, apa kau tidak ke kampus? Ini sudah jam delapan," ujar Hauri. "Ta-tapi nanti Kakak sendirian. Kalau terjadi apa-apa dengan Kakak, bagaimana?" Pauline memasang wajah sedih. "Aku tidak usah masuk saja, Kak. Tapi nanti Kakak jangan bilang-bilang ke Papa dan Mama, ya, nanti Pauline dimarah—""Ekhem...!" Suara deheman keras dari arah sofa membuat dua gadis itu menatap ke arah Arthur. Raut wajah Pauline menjadi amat masan. "Kalau Kak Hauri aku yakin tidak akan mengadu. Tapi si batu karang itu pasti akan mengadu ke Papa! Dia memang manusia paling menyebalkan!" omel Pauline. Hauri tersenyum hangat mengusap punggung Pauline. "Lebih baik Pauline pergi ke kampus sekarang. Kakak tidak papa sendirian di sini. Setelah ini pasti Kak Exel

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 420. (EXEL STORY) Hauri Adalah Prioritas Utama Exel

    Setelah semalam penuh Exel menemani Hauri di rumah sakit, pagi ini laki-laki itu tertidur dengan posisi duduk sembari menggenggam telapak tangan Hauri. Sedangkan Hauri tidak tidur sama sekali, dia tidak bisa tidur atau bahkan memejamkan kedua matanya. 'Kasihan Exel, pasti punggungnya sakit,' batin Hauri mengulurkan tangannya mengusap punggung Exel dengan lembut. Kegiatannya terhenti saat ia mendengar suara getaran ponsel milik Exel di atas meja. Hauri meraih ponsel hitam itu dan melihat nama Lafenia di sana. "Lafenia," gumam Hauri ragu-ragu ia menjawab panggilan itu, namun Hauri tetap menjawabnya dan tidak berbicara lebih dulu. "Halo Exel, hari ini mobilku masih tidak bisa. Bisa tidak kau mampir lewat depan rumahku dan kita berangkat bersama?" kata Lafenia di balik panggilan itu. "Jam sembilan nanti kan kita ada meeting, aku juga ingin mengajakmu makan siang bersama di cafe favorit kita ... halo, Exel? Kau masih ada di sana, kan?" Hauri meremas pelan ponsel di tangannya. "A-anu

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 419. (EXEL STORY) Apa yang Membuat Hauri Berpikir Seperti ini?

    Setelah melepaskan kemejanya yang kotor terkena darah dari hidung Hauri, Exel menggantinya dengan sweater hitam yang Jericho belikan untuknya. Malam ini, Exel berjaga di rumah sakit untuk menemani Hauri yang belum sadar sejak pingsan beberapa jam lalu. Exel sendirian di dalam ruangan di mana Hauri masih terbaring dengan kedua mata terpejam. Mama dan Papanya terpaksa pulang karena mereka besok memiliki urusan yang sangat penting. Menatap kekasihnya membuat Exel merasa sedih dan kasihan. Ia meraih tangan Hauri dan menggenggamnya dengan hangat. "Sayang ... segeralah bangun, aku sangat mencemaskanmu, Hau," lirih Exel meletakkan satu telapak tangan Hauri di pipinya. Sejak tadi, Exel tidak beranjak sedikitpun. Ia masih setia berada di sana. Dokter mengatakan kalau Hauri pasti akan segera sadar dalam waktu yang cepat. Tapi, bagi Exel waktu tercepat adalah lima menit, bukan hingga berjam-jam, sama saja itu terlalu lama untuknya. "Andai kau tahu betapa aku sangat mencemaskanmu, Hauri...

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 418. (EXEL STORY) Dari Mana Lafenia Tahu Semuanya?

    Di tengah acara pesta, Hauri menyempatkan dirinya ke kamar kecil karena ia ingin mencuci tangannya yang terasa lengket. Ditemani oleh Exel, Hauri masuk ke kamar kecil. Sedangkan Exel menunggu di luar sana. Saat Hauri melepaskan sarung tangannya, gadis itu mulai membasuh telapak tangannya dengan air dingin perlahan-lahan. "Hmm, yang baru saja diperkenalkan sebagai anggota baru Keluarga Collin, kelihatannya bangga dan sedikit norak, ya?" Suara itu terdengar dingin dan penuh sindiran. Hauri mengangkat wajahnya menatap cermin besar di hadapannya. Dapat ia lihat kalau ada Lafenia di belakangnya saat ini.Hauri lantas menoleh dan menatapnya dengan tatapan bingung. "Apa maksudmu mengatakan itu, Laf?" tanya Hauri bingung. Lafenia terkekeh pelan, ia membasuh tangannya pada wastafel di samping Hauri. "Tidak papa, aku hanya berbicara fakta." Lafenia menatap tajam ke arah Hauri. "Apa kau pikir kau pantas bersanding dengan Exel? Kau berusaha untuk tampil sempurna dan menutupi kekuranganmu,

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 417. (EXEL STORY) Calon Menantu Keluarga Collin yang Beruntung

    Sebuah pesta meriah digelar oleh Keluarga Collin di sebuah hotel bintang lima milik Evan. Pesta itu dihadiri oleh kalangan masyarakat kelas atas. Hauri datang bersama dengan Exel, gadis itu tampak sangat cantik dan anggun dengan balutan gaun panjang berwarna biru langit. Berjalan bersama Exel, bergandengan tangan tampak sangat serasi. Namun, untuk bergabung dengan banyak orang di dalam tempat itu, Hauri sangat tidak percaya diri. "Exel, aku malu..." Hauri mendongak menatap Exel dengan wajah ekspresi yang tak yakin. Ia bahkan menghentikan langkahnya di depan pintu utama di mana para tamu masuk berganti ke dalam sana. "Malu kenapa, Sayang? Kau sangat cantik malam ini," ujar Exel merangkul hangat pundak Hauri. "Bukan itu. Tapi aku tidak pernah masuk ke dalam pesta, bergabung dengan orang-orang seperti ini ... aku tidak percaya diri, Exel. Apalagi keluargaku juga tidak ada di sini," seru Hauri melingkarkan satu tangannya di tubuh belakang Exel. Exel mengusap pundak Hauri dan mencob

DMCA.com Protection Status