Home / Historical / Suamiku Main Api / Mas Arman Selingkuh?

Share

Mas Arman Selingkuh?

last update Last Updated: 2021-09-18 22:28:20

Aku bersikap tidak terjadi apa-apa semalam. Setelah menyegarkan tubuhku, aku melangkahkan kaki dengan pelan. Kulihat suamiku sudah tidak ada di sofa. Aku menuruni anak tangga. Kudengar suara gemercik air dari kamar mandi. Rupanya suamiku sedang mandi. Aku segera ke dapur, menyiapkan sarapan pagi. Meskipun luka hati ini belum terobati, aku tetap menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri. 

Sebisa mungkin kucoba untuk menyiapkan hidangan dengan baik, meskipun moodku sedang tak mendukung. Nasi goreng spesial ala Salma sudah jadi. Ini salah satu masakan favorit suamiku. Mas Arman paling suka, nasi goreng buatanku, katanya sih enak, pas bumbunya bikin ketagihan.

Mas Arman duduk di meja makan. Ia terlihat tampan dengan kemeja biru muda dipadupadankan dengan dasi biru tua. Tapi sayangnya tak setampan sikapnya semalam denganku. Aku langsung mengambil piring dan menyendok kan nasi goreng untuk suamiku. Dia hanya terdiam dan menyantap sarapannya dengan lahap. Setidaknya aku bersyukur suamiku masih menghargai masakanku, itu membuatku sedikit senang.

Selesai sarapan suamiku langsung berangkat kerja. Tak ada lagi ritual cium kening sebelum berangkat kerja. Biasanya kami tak pernah absen melakukannya. Entah mengapa sikapnya menjadi dingin seperti ini, bukan hanya soal di ranjang tapi dia juga menjadi acuh tak acuh. 

"Mas." Aku memanggilnya dengan ragu.

Aku tahu Mas Arman tidak akan melakukan ritual cium kening lagi, tapi setidaknya berbicaralah. Aku sudah berusaha membunuh egoku.

Mas Arman menoleh, lalu dia berlalu begitu saja, tanpa peduli pada diriku.

Sampai kapan kamu akan diam Mas? Semarah itukah?

Notifikasi whatsAppku berbunyi. Kuraih gawai dia atas nakas.

Pagi-pagi seperti ini siapa yang kirim pesan gumamku.

Aku llihat pesan dari Nina sahabat SDku.

"_Sal, kamu ada di mana" _tanyanya memastikan keberadaanku. Langsung aku jawab '_Di rumah, Nin, ada apa?_ Aku balik bertanya. Tak lama kemudian pesan Nina masuk lagi '_Oh, Kumu ada di luar,'_ disertai emoticon heran.

"Maksudmu, tanyaku?" Aku jadi bingung. 

Nina tak meresponku. Dia terdiam. Tak ada balasan darinya, karena penasaran aku langsung menelponnya.

Nina langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum, Nina."

"Walaikumsalam, Sal, maaf aku belum balas pesanmu, lagi di jalan tadi," ucapnya.

"Iyah, aku jadi penasaran kan! Ada apa sih," tanyaku.

"Emm... maaf Sal, tadi aku liat suamimu sama perempuan, perempuan itu menggendong bayi, aku kira kamu, pas aku deketin ternyata bukan, dan suamimu kayanya lupa sama aku jadi aku nggak nanya apa-apa deh," jawabnya.

jleb

Mendengar penuturan Nina seperti ada yang menusuk hatiku yah.

"Kamu lihat di mana," sahutku.

"Di taman Anggrek, kelihatannya akrab banget makanya aku kira kamu, orang mereka bercanda ria sama bayinya." Nina menjelaskan.

"Kamu yakin, itu suamiku!" Selidikku khawatir Nina salah orang.

"Beneran, nih aku kirim fotonya, maaf yah aku lancang ambil foto suamimu tanpa izin, aku yakin seorang Salma nggak akan percaya kalau belum ada bukti." Nina langsung mengirimkan foto lewat w******p.

"Makasih, Nin, infonya kita lanjut lewat w******p yah." Aku penasaran ingin melihat foto yang dikirim Nina.

"Oke, kuatkan hati." Nina menasehatiku.

Kulihat fotonya. Bener, Nina tidak salah, ini suamiku, dan wanita ini, aku tahu dia siapa. Tapi untuk apa Mas Arman menemuinya di taman Anggrek. Hatiku bagai di tusuk panah. Mereka terlihat mesra seperti pasangan suami istri yang sedang mengasuh anaknya. Hatiku tergores, luka yang belum terobati kembali basah. Mas Arman tampak bahagia, memandang bayinya. Senyumnya mengembang. Tatapannya penuh kasih layaknya seorang ayah kepada anaknya.

Aku sadar aku belum bisa memberikan keturunan untuknya, tapi tak bisakah ia menungguku. Lima tahun kami menikah, tapi aku belum di beri kepercayaan. Mas Arman sangat menantikannya. Mungkin jika aku hamil semuanya tidak akan jadi seperti ini. 

"Cepet tumbuh yah Dede bayi, di perut mama sayang," ucap suamiku setelah kami bercinta. Ada perasaan sedih di hatiku, saat mendengarnya, berharap segera diberi keturunan. Setelah itu Mas Arman akan mengelus perutku. 

Air mataku menetes membasahi pipiku, entah untuk kesekian kalinya aku menangis, air mataku masih basah, belum habis mengering. Seperti cintaku pada Mas Arman yang terlalu dalam. Seharusnya aku bisa mencintainya dengan perasaan biasa saja. Jadi saat kerikil hadir dalam biduk rumah tanggaku aku tak 'kan sesakit ini.

Jadi ini yang membuat Mas Arman berubah. Aku harus bagaimana? Melepaskannya atau tetap bertahan walaupun sakit. Tapi aku tidak ingin pengorbananku sia-sia begitu saja.

"Udah lihat, fotonya, benerkan!" Satu pesan masuk dari Nina

"Bener, Nin, itu suamiku, aku harus bagaimana Nin," balasku

"Diam saja dulu, pastikan dulu dengan benar jangan gegabah, meskipun sudah ada bukti foto, tapi belum tahu pasti ada hubungan apa diantara mereka," ujar Nina.

Nina benar aku nggak boleh gegabah. Salah langkah, semuanya akan berantakan. Aku harus menyelidikinya. Aku mencintai Mas Arman, tapi mengapa ia mengkhianatiku. Selama ini aku setia padanya, menemani dari nol, sampai dia bisa sukses seperti sekarang. Apa benar perkataannya semalam. 'Aku sudah tidak menarik lagi baginya'. Mas Arman benar-benar tidak main-main dengan perkataannya. 

Mungkin sang Maha Kuasa belum memberikan keturunan, karena dia tahu, akan terjadi hal seperti ini. Hal yang tak pernah kusangka dalam seumur hidupku. 

"Oke, Nin, makasih sarannya."

"Sama-sama Salma sahabatku, besok kita bertemu yuk." Nina mengerti sekali perasaanku, disaat seperti ini, aku memang butuh teman. Tapi aku juga bingung, ini aib rumah tanggaku tapi bagaimana lagi, aku pun tak bisa menahan ini sendirian.

Aku benar-benar rapuh. Aku tidak bisa cerita ke orang tuaku. Mereka pasti tak terima, putri semata wayangnya diperlakukan seperti ini. Mereka pasti kepikiran, dan akan memisahkanku dengan Mas Arman secepatnya, karena orang tuaku dari dulu tak pernah setuju aku menikah dengannya.

 Tega-teganya Mas Arman bermain di belangku, meskipun aku belum tahu kebenarannya. Melihat fotonya saja membuat sakit hati, apalagi Mas Arman menemuinya tanpa sepengetahuanku. Kelihatannya pun lebih dari sekedar teman, untuk apa bertemu di luar rumah. Apa dia tidak tahu Mas Arman sudah punya istri? Inikah Mas, yang lebih menarik dari aku?

Sapu di tanganku terjatuh, Aku yang sedang bebersih rumah, malah mendapat foto Mas Arman dengan mantannya. Akan kuselidiki kebenarannya, tenang saja. Lebih baik aku menenangkan diri dahulu.

Kurebahkan tubuhku di sofa sambil memejamkan mataku. Aku menyesal percaya sepenuhnya denganmu, Mas. Menyesal, meninggalkan karirku demi menjadi ibu rumah tangga yang baik, ternyata pengkhianatan yang kudapat. Pagi-pagi sudah dapat tontonan menarik. Batin seorang istri memang tidak pernah salah.

Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu.

 "Kenapa baru kepikiran sekarang." gumamku. Lihat saja pulang kerja nanti, Mas. 

Kuseka air mataku, aku harus kuat menghadapi kenyataan ini.

Related chapters

  • Suamiku Main Api   Misi Pertamaku

    Mas Arman sudah kembali ke rumah. Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi. Suamiku segera membersihkan diri. Dia turun ke lantai bawah. Dia terlihat lapar. Tidak seperti biasanya. Matanya mencari sesuatu. Dia menuju meja dapur. Mas Arman membuka tudung saji, dan tidak ada makanan disana. Aku pura-pura duduk manis di sofa, dan menyetel televisi. Sesekali aku tertawa, padahal tidak ada sinetron yang lucu. "Salma...." Suara bariton Mas Arman terdengar memekik telingaku. Pasti dia mencari makanan. "Apa, sih teriak-teriak segala," jawabku ketus. Moodku berubah tidak manis lagi padanya. Aku jadi mudah sensitif, mengingat kelakuannya. "Kamu, lihat nggak, ini nggak ada makanan apapun!" Mas Arman sangat marah. Tangannya memegang tudung saji sambil menunjuk ke arah meja. Matanya menatap tajam ke arahku, seakan dia ingin menerkamku. Mataku mendelik, aku mengumpulkan kekuatan untuk berbicara. Selama menikah sua

    Last Updated : 2021-09-18
  • Suamiku Main Api   Siapa Wanita Itu?

    Hari ini Mas Arman berangkat agak siang, dia masih saja tidur di sofa semalam. Sepertinya seranjang denganku, menjijikkan baginya. Tak apalah aku tidak mau ambil pusing. Anggap saja suamiku tidak ada denganku semalam. Aku harus bertahan meski sikapnya semakin kasar padaku. Tujuanku sekarang adalah mencari bukti pengkhianatannya padaku. Padahal aku merindukan sikapnya seperti awal kami menikah dahulu.Mas Arman yang lembut, tidak pernah kasar dan selalu berkata manis, membuatku nyaman berada di dekatnya. Matanya yang teduh sebagai pelipur duka dan lara. Senyumnya yang selalu aku rindukan. Kamu candu untukku Mas, tapi sekarang kau anggap aku canda untukmu.Aku jadi teringat dia selalu suka kubuatkan masakan kesukaannya. Suamiku menyempatkan dirinya untuk ke dapur sekedar memuji sambil memeluk pinggangku dari belakang saat aku memasak. Romantis 'kan. Aku terbuai oleh perbuatan Mas Arman."Istriku ini, pintar memanjakan

    Last Updated : 2021-09-18
  • Suamiku Main Api   Mendadak Manis

    "Martabak untukmu!" Mas Arman memberikan satu kotak martabak manis untukku. Hari ini suamiku pulang cepat tidak seperti biasanya. Aromanya menyeruak ke seluruh ruangan. Enak. Dari Indra penciumanku, tidak salah lagi. Martabak kesukaanku, rasa coklat susu.Aku mengambilnya dengan senyum terpaksa. Kutaruh martabaknya di dapur. Segera kubuka kotak martabaknya, entah mengapa tidak selera. Kututup kembali.Dia menoleh ke arahku."Nggak, langsung dimakan?" ucapnya sambil menaiki anak tangga."Masih kenyang, " jawabku datar tanpa melihat ke arahnya.Diam-diam suamiku memperhatikan diriku. Perasaanku biasa saja, anggap saja tidak tahu. Pasti dia akan mengira, aku akan senang dan tersenyum, lalu merajuk padanya. kau salah, Mas. Tidak akan lagi, kepercayaanku mulai memudar. Mari kita nikmati saja permainan ini.Tumben. Sikapnya berubah manis. Ada apa gerangan? Apa karena besok dia akan jalan-jalan dengan selingkuhanny

    Last Updated : 2021-09-18
  • Suamiku Main Api   Ternyata Wanita Itu

    Hari ini Pagi-pagi sekali aku berangkat ke pasar. Menikmati udara segar sambil berjalan kaki, itung-itung olahraga pagi. Sepanjang jalan banyak motor dan mobil yang berlalu lalang. Byur Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, cipratan airnya mengenai celana jeansku. S*a*l umpatku. "Hei, Berhenti...." teriakku. Sambil mengejar yang empunya mobil. Mobil Avanza hitam itu berhenti tepat di hadapanku. Seorang pria berperawakan tinggi membuka pintu mobil. Dengan santai ia membuka kacamata hitamnya. "Ada apa, Nona cantik," ujarnya. Matanya menatap tubuhku dari atas sampai bawah. Risih. "Liat nih, gara-gara kamu, celana saya jadi basah," ucapku seraya sambil menunjukkan bagian celana yang basah. Pria itu tersenyum tanpa merasa berdosa. Membuatku jengkel. "Sebentar, sebent

    Last Updated : 2021-10-06
  • Suamiku Main Api    Bab 7 POV Arman

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan beranjak dari sofa yang menjadi tempat tidurku selama dua malam ini. Bukan karena aku tak ingin tidur di ranjang, hanya saja karena pertengkaran hebat yang terjadi kemarin aku malas untuk tidur bersama istriku lagi. Semakin hari istriku terlihat membosankan, wajahnya tak terawat, kulitnya kusam, kucel, dekil dengan penampilan daster belelnya yang lusuh. Tidak ada yang menarik lagi di mataku. Pernah aku menyuruhnya untuk perawatan, tapi dia menolak nya mentah-mentah. Istriku lebih memilih uangnya di tabung. Aku tidak menyalahkan keputusannya, hanya saja kecewa. Seharusnya dia bisa menyenangkan hati suaminya ini. Aku akan senang melihat istriku terawat. "De, ini uang untukmu, belilah pakaian yang baru dan pergilah ke salon kecantikan." ucapku sambil memberikan uang. "Banyak banget Mas, tapi bajuku masih banyak yang bagus, aku juga ga terbiasa

    Last Updated : 2021-10-06
  • Suamiku Main Api   Bab 8 Mobil dan Rumah Baru

    Pagi ini, rencananya aku akan menggadaikan sertifikat rumah Mas Arman. Perhiasan dan berlian yang kupunya sudah aman. Aku tak menaruhnya lagi di kamar. Aku takut suatu saat nanti, Sarah akan merampas milikku. Jadi kuputuskan untuk menjualnya. Uangnya akan ku gunakan untuk membeli mobil, sedangkan hasil penggadaian sertifikat rumah untuk membeli rumah sisanya untuk modal usaha. Ideku berlian 'kan. Tak apalah tak punya perhiasan dan berlian untuk sekarang, aku bisa membeli lagi nanti."ini, sertifikat rumahnya! bisa di lihat dulu!" Aku menyerahkan sertifikat rumah Mas Arman ke rentenir yang sudah terkenal di daerahku." 350.000.000 gimana?"Wow. Fantastis juga nilai rumah Mas Arman, kalau begini perhiasan dan berlianku aman tak perlu di jual. Mas Arman pasti kaget setelah mendapat tagihannya, menarik 'kan."Deal," ucapku menyetujuinya.Sekali

    Last Updated : 2021-10-06
  • Suamiku Main Api   Bab 9 Satu Permintaan

    Malam ini, aku menginap di rumah orang tuaku. Setidaknya sampai kondisi Mamah mendingan. Belum saatnya aku menceritakan masalah rumah tanggaku dengan Mas Arman. Aku takut Papah marah besar saat mengetahui perlakuan menantu yang tak direstuinya itu. Bisa-bisa beliau mengamuk dan langsung menyuruhku meninggalkan Mas Arman. Bukannya aku tak mau, hanya saja, biarlah kupendam luka ini sementara. Aku masih ingin bermain-main dengan suamiku tercinta. Kita lihat saja nanti! Dia pasti syok saat rentenir datang menagihnya dalam waktu tiga bulan. Aku dengan senang hati melihat kehancurannya. Aku istri yang jahat, 'kah?Tidak, aku tidak akan sejahat ini. Siapa yang mulai duluan? Mas Arman 'kan. Siapa suruh membangunkan macan cantik yang sedang tidur. Akan ku grogoti hingga ke tulangnya. Eh, kok jadi serem gini yah? Ini bukan cerita kanibal yang terkenal itu."Besok, aku! pulang, jangan lupa masak yang enak!" Satu pesan masuk tertera

    Last Updated : 2021-10-06
  • Suamiku Main Api   Bab 10 Mata-mata Papah

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dari tidur. Aku harus mempersiapkan diriku untuk mempelajari perusahaan sesuai permintaan Papah. Ya, meski aku nggak punya pengalaman sama sekali, Papah tetap ingin anak gadisnya mengikuti jejak karirnya. Kusiapkan baju yang akan kupakai dengan rapih sebelum Mas Arman bangun."Jam berapa ini," suara Mas Arman mengagetkan diriku. Gegas aku pura-pura mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.Suamiku belum beranjak dari tempat tidurnya. Ia masih ogah-ogahan membuka matanya. Untunglah aksiku jadi tak ketahuan. Rencananya hari ini setelah Mas Arman berangkat kerja, aku juga sudah siap berangkat ke perusahaan Papah tanpa sepengetahuan suamiku tentunya.Setelah mandi aku langsung menyiapkan sarapan seperti biasa. Mas Arman sudah duduk dan melahap makanan yang sudah kusajikan di meja makan. Tiba-tiba suara ponselnya berdering dengan nada keras.

    Last Updated : 2021-10-06

Latest chapter

  • Suamiku Main Api   Part 19

    "Ardi sudah menceraikanku, Mas!" teriak Sarah kegirangan karena sebentar lagi dia akan menjadi nyonya Arman. Segala yang ia inginkan akan terpenuhi. Siapa yang tak ingin jadi istri Mas Arman, dia sangat royal dan baik."Syukurlah semuanya berjalan dengan baik," Mas Arman menikmati secangkir kopi late yang dipesannya. Dia sekarang bersama Sarah setelah ribut dengan istrinya."Mas tenang aja aku pasti jadi istri yang baik buat Mas, lebih baik tentunya dari Salma," Senyum mengembang di wajah cantik Sarah. Wanita itu selalu berhasil meluluhkan hati Arman. Dengan manja dia meraih tangan Mas Arman meyakinkan laki-laki yang ada dihadapannya bahwa dia layak menjadi nyonya Arman. Sedangkan Arman menikmati sentuhan yang diberikan wanita cantik yang merajai hatinya.Sarah lagi-lagi hanya kamu yang mampu menenangkan hatiku.Tapi Arman masih memikirkan kata-kata tetangga depan rumahnya. Tetangga itu tak sengaja melihat Salma pergi

  • Suamiku Main Api   Part 18

    Pernikahan suamiku tinggal dua hari lagi. Aku sudah menghubungi pihak wedding organizer yang dipesan Mas Arman. Tentu saja akan kuberikan kejutan spesial dihari H nya itu."Permisi Mbak, dengan siapa?" tanya pemilik nomor jasa wedding.Sengaja kuberikan nama samaran dan menceritakan apa yang kuinginkan, untungnya pihak wedding organizer tak keberatan. Karena aku membayarnya lebih untuk misiku. Tak sia-sia aku menyadap ponsel suamiku.Setelah menghubungi pihak Wedding, segera aku berangkat ke kantor."Jangan lupa makan yah permaisuri," chat hasil sadapanku."Iyah tenang aja pangeran," balas Sarah. Jijik sekali aku melihat chat mereka berdua. Benar-benar sampah.Rencananya hari ini aku pergi ke kantor seperti biasa. Banyak kerjaan yang melambai ingin dituntaskan."Kemarin waktu aku jenguk

  • Suamiku Main Api   Bab 17 POV Arman

    Hubunganku dengan Sarah makin lama makin intim. Aku kira Sarah sudah bercerai dengan Ardi. Ternyata nasibnya digantung karena seorang anak. Keterlaluan Ardi tega-teganya dia berbuat seperti itu. Nasib Sarah tak jelas, aku berusaha membujuk Sarah agar dia bisa membuat Ardi menceraikannya. Dengan begitu aku bisa masuk ke dalam kehidupannya lagi.Bedanya kali ini aku sebagai suaminya. Setiap hari aku berusaha memikirkan cara agar bisa terus bersama Sarah meskipun akhir-akhir ini Salma terlihat berbeda. Perempuan itu sepertinya sudah pandai merawat dirinya sekarang. Kulihat Salma semakin fresh dan sudah berani meminta jatah belanjanya. Andai dia seperti itu dari dulu.Tiba saatnya aku bertemu Sarah kembali, tapi tetap nasibnya masih digantung. Sungguh aku kecewa maunya Ardi apa sih?Hanya karena Anak dia sampai tak melepaskan Sarah. Aku ingin segera memilikinya. Padahal kalau Ard

  • Suamiku Main Api   Bab 16 Pria Asing

    Assalamualaikum Readers terimakasih yang masih setia menunggu ceritaku Semakin hari banyak fakta yang terungkap, Satu demi per satu pasti akan terbongkar. Aku pasti selangkah lebih maju darimu, Mas! Mobil baruku tiba di halaman rumah. Sesuai kesepakatan mobil dikirim saat aku memintanya. Sengaja supaya hatiku terhibur dengan kepedihan yang melanda. Banyak tetangga yang datang melihat. Ibu-ibu menoleh ke arah rumahku. Mereka saling berbisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Wajah mereka penuh senyum. "Mobil baru, nih Bu," celetuk Rosita tetanggaku. Entah sejak kapan dia ada di halam rumahku. "Eh, iya...Bu," ujarku salah tingkah seraya memegang sapu. Biar tampak sedang menyapu halaman rumah. Iseng sambil kusapu daun-daun yang berserakan di halaman rumah. "Pasti hadiah dari suaminya, senengnya punya suami kaya Bu Salma,"&n

  • Suamiku Main Api   Bab 15 Sarah Hamil

    Assalamualaikum teman-teman jangan lupa suscribe dan like dan ikuti ceritaku. Biar makin semangat nulisnya❤️ Setelah aku mengetahui tanggal pernikahan suamiku dengan mantannya. Aku merasa ada yang tidak beres disini. Entah hanya perasaanku saja. Rencananya hari ini aku pergi ke kantor seperti biasanya. Lama-lama nggak ke kantor Papa bisa curiga. Sebelum berangkat aku menunggu tukang sayur keliling. Stok sayur dan lauk pauk di kulkas sudah habis. "Mang, ikan, ayam dan sayurnya ya, seperti biasa," kataku sambil melihat-lihat yang lain. "Bu Salma, makin cantik aja ya, sekarang," celetuk Rosita tetangga sebelah rumahku. "Makasih, ibu bisa aja," balasku tersenyum seraya melirik ke arahnya. "Bu Salma emang cantik kelewatan aja kalau diduain," cebik Bu Rum. Aku hanya tersenyum mendengar oce

  • Suamiku Main Api    Bab 14 POV Sarah Miranti

    Semenjak aku bertemu dengan Mas Arman kembali. Aku jadi mantap untuk menyelesaikan perceraianku dengan Ardi. Laki-laki itu tak sama sekali peka. Cinta? Mana yang suamiku sebut cinta. Perhatiannya selalu lebih dengan pekerjaannya. Bahkan sekedar mengajakku untu berjalan-jalan saja tak ada waktu. Rumah tangga macam apa ini? Beda halnya dengan Mas Arman yang kini bersamaku. Tentu saja Ardi tidak tahu aku sering bertemu dengan mantan kekasihku. Hanya saja karena kedua orangtuanya tak setuju dengan hubungan kami. Aku terpaksa melepasnya meskipun aku tak rela. Suatu saat aku akan merebut Mas Arman kembali. Kecantikanku tak akan mengalahkan istrinya Mas Arman. Walaupun aku kecewa dengan Mas Arman yang tak bisa membantah keinginan ibunya. Dengan alasan takut menjadi anak durhaka. Ibu macam apa itu tega-teganya memaksa anaknya menikah dengan pilihannya. "Sarah," panggila

  • Suamiku Main Api   Bab 13 Kuikuti Suamiku Dengan GPS

    Keesokan paginya setelah Mas Arman berangkat kerja, aku langsung membuntutinya. Dengan menggunakan baju hitam dibalut jaket hitam tebal dan topi coklat. Tak lupa juga alat bantu penglihatan berwarna hitam sebagai aksesoris. Katanya hari ini Mas Arman akan menemani bosnya melihat proyek baru. Padahal ini hari libur, hari kebangsaan para karyawan untuk beristirahat di rumah. Dengan bermodalkan GPS aku nekat membuntutinya.Mobil sewaanku melaju dibelakang Mobil Mas Arman. Sepertinya dia tak sadar ada seseorang yang membuntutinya dari belakang. Aku memantau dari gawaiku. Sepertinya dia akan belok ke arah kanan. Entah dia akan pergi kemana hari ini. Ponselku berdering berkali-kali. Nomor tidak di kenal?Kuabaikan saja panggilan dengan nomor baru."Lebih cepat sedikit ya, Pak!" Mataku awas selalu memperhatikan.Mas Arman menepikan mobilnya tepat di depan rumah tingkat bercat

  • Suamiku Main Api   Bab 12 Ancaman Pelakor

    "Aku nggak maksud apa-apa, Mas. Lagian Mas aneh banget sih, kaya orang kaget aja," ocehku dengan wajah tak merasa bersalah.Mas Arman tampak kikuk. Ia melirik ke arahku."Eng...ga aku cuma nanya aja, kok kamu bisa ngomong begitu, tapi yah bener sih katamu," Mas Arman mulai tak fokus menyetir."Mas hati-hati, liat tuh! Ada kucing!" Hampir saja suamiku menabraknya.Mas Arman langsung mengerem mendadak.Hadeh, kamu aneh deh, Mas! Kaya lagi ketahuan nyuri aja. Sampe salah tingkah begitu."Aku turun disini aja deh, Mallnya juga udah keliatan dari sini,"Mas Arman menepikan mobilnya di pinggir jalan. Aku langsung turun tanpa basa-basi lagi dengan suamiku.***Setelah memastikan suamiku pergi. Aku langsung memesan layanan online dan menuju t

  • Suamiku Main Api   Bab 11 Kukuras Uangmu Mas

    "Sal, kamu ngapain si nutupin mukamu dengan kertas menu, tau nggak liat noh, Mbak kasir pada ngeliatin," ujar Ardi yang menatapku heran.Sontak aku langsung mengedarakan pandanganku ke seluruh ruangan. Mbak kasir tampak berbisik-bisik melihat tingkahku. Berisik banget sih cecurut satu ini, kalau bukan teman sekaligus kepercayaan Papah udah kujitak kepalanya.Aku langsung berlalu pergi ke meja makan setelah memesan menu andalan di cafetaria."Sumpah ga ngerti lagi dah, kaya lagi dikejar hutang aja," cerocos Ardi tampak tangannya memainkan gawai.Wanita itu dari belakang seperti Mira. Dari poster tubunya sangat mirip. Apa hanya aku saja yang mengira Mas Arman bersama mantan istrinya Ardi? sepertinya Ardi tidak melihatnya."Di, aku mau ke toilet dulu, makanan kalau udah dateng jangan di habisin sendirian," candaku. Meskipun Ardi temanku tapi aku tetap canggung menggunakan bahasa gaul.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status