Share

BAB 2 - Parfum Siapa?

Penulis: Jasminesuckle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Marcel?” tanyaku memastikan pada laki-laki yang tengah memegang pundakku ini.

“Kamu ingat aku? Iya, aku Marcel.”

Kami sama-sama saling memandang, lalu aku tersadar tangan Marcel masih menempel dengan nyaman pada pundakku. Melihat aku yang memandangi tangannya Marcel segera melepaskannya.

“Ah, maaf ...,” kata Marcel sembari tersenyum canggung.

“Tidak apa-apa.” Aku pun menjadi malu seketika, entah karena apa aku gugup di hadapan Marcel yang ternyata setampan ini dalam jarak dekat.

Biasanya aku bertemu Marcel ketika aku diajak Jovan bertemu teman-temannya sewaktu kami masih pacaran. Namun, setelah menikah aku sudah tidak pernah bertemu dengan Marcel lagi. Tidak disangka pemuda yang pendiam ini telah berubah menjadi pria matang yang mempesona.

“Ayu?” tanya Marcel ketika melihatku melamun. Aku langsung tersadar dan tersenyum canggung.

“Iya?!”

“Kamu lagi ngapain di sini? Bukannya hari ini ada acara rutin Wicaksono family? Jovan mana?” tanya Marcel beruntun mencecarku.

Aku tertunduk mendengarnya, tidak tahu harus menjawab apa. Daripada menjawab aku beralih bertanya. “Kamu sendiri ngapain di sini?”

“Ah, aku diundang sama Tante Jessica. Katanya sih mau ngasih oleh-oleh buat mamaku,” jawabnya dengan senyuman yang damai.

Sementara aku tersenyum pahit, bahkan orang luar saja diundang dan diberi oleh-oleh. Sedangkan aku, keluarganya sendiri malah mendapat hinaan.

“Oh, begitu. Kalo begitu aku pergi dulu ya.” Aku pamit tanpa menjawab satu pun yang ditanyakan Marcel.

Namun, ketika kakiku melangkah untuk pergi terasa genggaman halus mendarat di tanganku. Marcel menghentikanku.

Aku menengok, memasang wajah bingung akan sikapnya.

“Kamu curang, aku belum dapat satu jawaban pun. Gimana kalo kita pergi dari sini dulu? Kayaknya kamu butuh bantuanku,” katanya.

Eh? Apa ini? Apa maksud dari Marcel?

Aku tidak tahu apa yang tengah terjadi di antara kami. Keluar dari neraka itu aku justru tertabrak seorang pangeran tampan dan kini dia mengajakku untuk pergi. Benar, aku butuh bantuannya. Mungkin ini hadiah dari Tuhan, bolehkan jika aku mengambilnya?

“Ke mana?”

Pertanyaan itu tidak dijawab, Marcel langsung menarik sudut bibirnya. Tersenyum cerah hanya padaku, masih mengenggam tanganku dengan lembut menggiringku menuju mobilnya. Tidak tahu aku akan dibawa ke mana, sesaat aku terhipnotis oleh pria dengan kulit seputih salju ini.

Saat sudah di mobil, aku tersadar. Marcel kan diundang, jika dia pergi bersamaku, bagaimana sikap Jessica jika tahu nanti? Aku mulai menyadari tingkah bodohku.

“Tunggu Marcel, kalo kita pergi, kamu gimana nanti? Mama Jessica pasti menunggu kamu,” ucapku cemas. Aku sudah tidak mau menjadi samsak lagi, sudah cukup hinaan yang aku terima selama ini.

“Hmm, aku tinggal bilang nggak bisa dateng karena ada bidadari yang butuh bantuanku!” jawabnya dengan enteng.

Sontak aku menganga tak percaya, perkataan itu keluar dari mulut Marcel yang notabene adalah teman dari suamiku. Namun, terlepas dari hal itu, pipiku merona seperti kepiting rebus, teringat kembali pada suasana manis saat aku dan Jovan berpacaran dulu.

“A-apa maksud kamu, aku serius tahu,” kataku sembari menyembunyikan wajahku.

“Hahahah, aku juga serius. Gimana kalo kita langsung aja?”

Marcel kembali meracau hal yang membuat perutku dipenuhi kupu-kupu. Lelaki itu mengacak-acak rambut yang sudah kutata rapi tadi pagi, sembari berkata, “Gemes banget sih, kamu kayak anak gadis.”

“Tenang saja Ayu, aku punya banyak alasan untuk tidak datang. Aku bersyukur ketemu kamu, aku memang tidak ingin datang tadi. Aku juga tidak akan menyebut nama kamu. Jadi ... ini rahasia kita, ya?” lanjut Marcel mengedipkan matanya nakal.

Bukannya waspada aku justru terperangkap pada pesonanya. Memangnya boleh seperti ini?

-

“Dari mana aja kamu? Malam-malam baru pulang, aku telepon nggak diangkat?! Udah berani kamu sama suami?” bentakkan sinis dilancarkan pada Jovan tepat saat kakiku menginjak keramik dingin di rumah.

Benar, aku sengaja mengabaikan panggilan Jovan yang mencecarku saat aku pergi bersama Marcel. Saking asiknya bersama Marcel, aku lupa waktu dan pulang di jam malam. Tidak heran Jovan marah besar, sebelumnya aku tidak pernah seperti ini.

“Aku capek, mau istirahat.” Tidak menjawab pertanyaan Jovan, lelaki itu pun langsung bangkit. Dia meraih tanganku dengan kasar, mencegahku untuk masuk kamar. Mungkin harga dirinya terluka karena diabaikan olehku.

“Jawab dulu! Kamu punya mulut kan?” tanyanya dengan suara keras.

Aku sungguh malas meladeni Jovan, sekarang aku hanya ingin tidur.

“Kamu! Bau parfum laki-laki!” bentak Jovan kian nyaring ketika mencium aroma laki-laki pada tubuhku. Aku mulai gelagapan panik, seakan telah keciduk selingkuh.

Segera aku hempaskan tangan Jovan, dengan mimik yang marah aku balas kasar Jovan, “Maksud kamu apa sih?! Ini bau parfum kamu!” ucapku berdalih.

Amarah Jovan memuncak, walaupun sedikit bodoh, Jovan tidak mudah dikelabui. Dia tahu betul perbedaan wangi parfumnya. Aku pun tidak tahu akan seperti apa pertengkaran kami malam ini. Aku telah melibatkan pihak ketiga, tetapi aku tidak selingkuh. Aku hanya pergi sebentar dengan Marcel, dia pun juga teman dari Jovan. Katakan aku selingkuh di bagian mana?

“Kamu pikir aku bodoh? Ini bukan parfum aku! Dasar wanita murahan, kamu aku pungut dari keluarga miskin, hidup serba mewah dan sekarang kamu khianatin aku? Memang sialan kamu!” teriak Jovan tepat di depan wajahku.

Air mukanya kaku, menahan supaya tidak melayangkan tangannya padaku. Belum pernah aku melihat Jovan semarah ini padaku, jujur saja aku cukup tertegun.

“Kamu ngatain istri kamu murahan? Kamu sendiri yang biarin aku pergi setelah aku dipermalukan sama keluargamu itu kan? Inget ya Jovan, kamu yang memohon buat nikah sama aku, sekarang mulut kamu seenaknya bilang, aku dipungut sama kamu? Kamu liat keadaan kita sekarang, apa aku masih bisa hidup mewah? Aku berusaha hemat sekarang karena kamu ga berguna jadi suami!”

Aku mengatakannya.

Benar, aku mengeluarkan semua yang aku rasakan selama ini, semua itu pecah dan Jovan seakan terpatung mendengarnya. Tidak menyangka, Ayunya yang baik dan menuruti semua perkataannya berubah menjadi seganas ini.

Aku segera pergi meninggalkan Jovan yang masih terdiam dengan napas memburu. Aku banting pintu kamar dengan nyaring menandakan diriku marah. Pertama kalinya dalam rumah tangga kami, aku dan Jovan bertengkar hebat begini. Biarlah besok akan bagaimana, yang penting aku sudah mengeluarkan unek-unekku.

“Tapi tunggu ... gimana kalo Marcel cerita ke Jovan tentang hari ini? Eh ... tapi nggak mungkin lah. Dia bilang ini rahasia kita,” cicitku.

 Sementara itu, tanpa diketahui oleh Ayu. Jovan menggeraskan rahangnya, amarah memuncak dalam nadinya. Dia tahu betul pemilik dari parfum itu.

“Itu Parfum Marcel.”

Bab terkait

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 3 - Mabuk

    Tengah malam, lekas setelah dia dan Ayu bertengkar hebat. Jovan pergi mengendarai mobilnya, membelah cuaca dingin dan menuju dengan cepat ke suatu tempat. Dia tahu betul pasti lelaki yang dia incar ada di sana.Bar IU, sebuah Bar Fancy yang dikelola oleh Marcel.Turun dari mobilnya, Jovan dengan napasnya yang memburu melangkah tanpa ragu memasuki Bar itu. Dia melihat Marcel yang tengah tertawa sembari berbincang dengan para pembeli. “Sialan itu, masih bisa ketawa ya lo!”“Jovan? Ada apa nih, tengah malem begini. Ada masalah a-“ kata-kata Marcel tercekat ketika Jovan dengan segera menarik kerah kemejanya.Lelaki itu terkejut melihat tindakan Jovan, dilihat oleh banyak orang rasanya akan memicu keributan. Marcel harus berkepala dingin di saat seperti ini.“Wih, santai ... santai. Lo kenapa, Bro?” tanya Marcel.“Ada hubungan apa lo sama istri gue?!” tanya Jovan, nadanya pelan tetapi langsung menusuk pada sasarannya.Mengerti pada arah pembicaraannya, Marcel melepaskan tangan Jovan dan me

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 4 - Selingkuh

    “Marcel! Nanti Jovan denger gimana?” sentakku berbisik, walaupun begitu kiranya pipiku sudah seperti tomat.Aku lihat Marcel tertawa dengan manisnya sembari ikut membantuku menuntun Jovan menuju ranjang.Lekas kami merebahkan Jovan di ranjang, aku dan Marcel saling menatap satu sama lain. Mata Marcel yang tak goyah menatap diriku membuatku terpaku. Larut malam, berdua, di kamar.“Ah, tidak-tidak . Apa yang ada di otakku? Marcel itu teman suamiku, sadarlah Ayu!” ucapku dalam hati merasa gemas dengan pikiran kotorku sendiri.“Hayo, mikirin apa?” tanya Marcel tersenyum jahil padaku.Lelaki itu berniat mendekat, tapi dengan sigap aku raih tangannya untuk keluar dari kamar. Aku menutup pintu kamar rapat-rapat dengan jantung berdegup cepat, seakan takut Jovan terbangun lalu melihat kami.“Emm ... makasih ya, udah anterin Jovan. Ayo aku antar ke depan,” ucapku dengan cepat sembari melangkahkan kaki menuju teras.Namun, sebuah tangan kekar tiba-tiba mendekapku dari belakang, menghirup dalam-d

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 5 - Penyesalan

    Bapak dan Ibu segera memusatkan atensinya padaku. Sejujurnya, aku deg-degan untuk mengatakannya. Namun, kali ini aku akan mencoba berani dalam menyuarakan keinginanku.“Ada apa?” tanya Bapak, Harto.“Aku ingin menikah dengan Jovandi. Kami sudah membicarakannya dan aku menyutujuinya,” jelasku dengan singkat.Aku melihat ekspresi kedua orang tuaku yang terkejut. “Menikah? Kamu kan baru lulus kemarin, Nak. Jovan juga belum lulus, kan?” tanya Ibuku.Aku mengerti apa yang beliau katakan, karena aku juga mengatakan hal serupa pada Jovan sebelumnya. “Aku tahu, Bu. Tapi aku sudah memikirkannya dengan baik, dan aku sudah memutuskan untuk menikah dengan Jovan.”Bapak yang sedari tadi diam mulai mengangkat suara. “Apa yang membuat kamu memutuskan untuk menikah sekarang? Apa kamu tidak peduli pada mimpimu, Nak?”Mimpi? Memangnya setelah menikah aku tidak bisa menggapai mimpi? Aku bukannya tidak peduli pada mimpiku, aku hanya menangkap kesempatan yang ada.“Aku berpikir, apa salahnya menikah muda?

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 6 - Pertemanan Sandiwara

    Tring . . . Dering ponsel milikku berbunyi dengan nyaring, aku yang tengah pusing memikirkan masalahku tiba-tiba semakin pusing saat melihat nama yang tercantum di layer ponsel. “Ahh . . . Elisa, pasti mereka mengajakku bertemu lagi. Padahal kan minggu kemarin kita sudah hang out bareng,” kesalku. Aku angkat panggilan itu dan suara Elisa yang lembut menyapa telingaku. “Halo, Yu!” katanya. “O-oh, halo Lis. Kenapa nih?” tanyaku dengan nada yang malas. “Di Plaza XX ada event loh! Kita kan sering belanja di situ, punya member juga, katanya dapat barang gratis setiap pembeliannya. Ke sana, yuk!” Sudah kuduga. Kali ini Plaza XX? Di sana kan mahal-mahal sekali untuk budget keuanganku yang sekarang. Gimana ini? Tapi jika aku tolak nanti Elisa berpikir aku benar-benar jatuh miskin karena keluarga Wicaksono yang bangkrut. “Wah, sekarang banget, nih?” tanyaku berpura-pura seolah sedang sibuk. “Iya dong! Sekarang kan weekend, terus juga persediaannya terbatas! Utami juga ikut,” ucapnya be

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 7 - Miskin

    Sembari menunggu pesanan kami sampai, kami mengobrol seperti biasanya. “Utami, bagaimana dengan pacarmu yang minggu kemarin? Apakah dia cocok sama kamu?” tanyaku penasaran. Minggu kemarin Utami membangga-banggakan pacar barunya di depan aku dan Elisa. Aku dan Elisa tau betul bagaimana kisah percintaan Utami yang tak pernah berakhir baik. Maka dari itu kita selalu menanyakan bagaimana jalannya hubungan Utami. “A-ah? Yang minggu kemarin? Si Willy? Setelah kupikir-pikir lagi sepertinya kita tidak cocok, dia tidak suka dengan aku yang mementingkan banyak hal. Terutama aku yang selalu sibuk karena aktif dalam kegiatan kuliahku,” jawabnya. “Wah, seperti dugaan. Nggak bertahan lebih dari seminggu?” tanya Elisa. “Yah, begitulah.” Utami hanya tersenyum kaku. Aku tak mengerti mengapa orang yang dia temui tidak pernah cocok dengannya. Se

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 8 - Sisi lain

    -POV Author-Ketiga orang tadi yaitu, Elisa, Utami, dan Ayu sudah pulang ke rumah masing-masing. Mari mulai dari Elisa, di rumahnya sudah ada suaminya Galuh yang tengah menunggu kepulangan istrinya. “Loh, Mas? Kapan pulang?” tanya Elisa terkejut karena mendapati suaminya yang pulang dinas. “Bukannya Mas sudah kabarin kamu? Kenapa kamu malah keluar pas Mas mau pulang?” tanya Galuh pada istrinya. Dia melihat beberapa paper bag dari barang-barang branded yang berada di tangan istrinya. Galuh membuang napasnya lelah, lagi dan lagi Elisa menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tak berguna. “Ini sudah yang keberapa kali? Mas kan bilang, simpan uangnya dengan baik, jika perlu untuk sesuatu maka gunakanlah untuk yang bermanfaat. Itu kan uang untuk persiapan kita punya anak, sayang,” ucap Galuh dengan penuh kelembutan pada istrinya itu. “Kamu kenapa sih, Mas? Lihat Istri senang nggak suka, kah? Aku ini malu karena aku kelihatan yang paling nggak ma

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 9 -[18+]Utami Dark Side

    Jam 22.00Suara bel kamar apartemen Utami berbunyi nyaring. Perempuan itu dengan malas berdiri dan mempersilakan kekasihnya masuk. “Halo, baby girl!” sapa Sam dengan merentangkan tangannya lebar. Utami dengan wajah berpura-pura bahagia memeluk Sam dengan lembut. Demi barang branded dan uang yang telah dia habiskan siang tadi, Utami harus bekerja lagi melayani Sam, pemuda yang sangat obsessed padanya. “Kamu selalu tepat waktu ya,” kata Utami. Dia menggiring Sam untuk masuk dan mempersilakannya duduk. Sam melingkarkan tangannya di perut Utami, membuat perempuan itu terduduk di pangkuannya. Sam mengendus harumnya tubuh Utami yang khas, bau ini selalu memabukkannya. Entah mengapa tidak ada perempuan yang memiliki wangi secandu Utami. “Ahh . . . aku tidak akan bisa berhenti menghirupnya,” bisiknya di telinga Utami. Dalam hati Utami berdecak, Sam mencarinya ketika lelaki itu menginginkan tubuhnya. Utami tidak benar-benar tahu apakah Sam benar-benar mencintainya atau hanya sekedar menyu

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 10 - Ayo punya anak!

    Sinar Mentari pagi masuk ke sela-sela kamar kami, tembus dari jendela dan menusuk mataku hingga aku pun akhirnya terbangun. Ku lihat Jovan seperti biasa masih terlelap dari tidurnya, seakan silaunya matahari tidak mengganggunya.“Sayang, mandi dulu gih. Aku mau masak dulu,” kataku membangunkan Jovan yang masih terbaring di kasur. “Eung . . . aku masih ngantuk,” balas Jovan. Seperti biasa, setiap pagi Jovan selalu menolak untuk bangun awal dan bermalas-malasan di kasur. Tidak masalah sebenarnya jika perekonomian kami masih seperti dulu, di mana aku dan Jovan tidak perlu memikirkan uang dan segala macamnya. Namun, sekarang berbeda.Seharusnya Jovan membuang kebiasaan buruknya dan berusaha menjadi kepala keluarga yang baik. “Ah, sudahlah. Mari lupakan soal uang dulu, akan banyak masalah berdatangan jika aku mengungkitnya terus,” gumamku. Aku mendekat ke arah suamiku, aku mengelus rambutnya itu dengan sayang berharap Jovan bangun dan segera

Bab terbaru

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 42

    “Bu Ayu sudah cukup tenang sekarang. Mohon untuk tidak menekannya berlebihan,” kata Dokter yang sudah keluar ruangan. Setelah menunggu setidaknya 1 jam, akhirnya Ayu sudah kembali tenang. Marcel menunggu di luar dengan harap cemas luar biasa. Takut-takut Ayu memusuhinya dengan sangat. Lelaki itu bangkit untuk memasuki ruangan. Bunyi pintu terbuka diiringi suasana sunyi di sana. Marcel menatap Ayu yang kini sedang menundukkan kepalanya sambil duduk. “Ayu?” panggil Marcel. Tidak ada jawaban sampai Marcel tiba di sebelah ranjang Wanita itu. Dia duduk di kursi, lelaki itu tidak melakukan apapun lagi. Dia hanya menunggu Ayu sadar akan kehadirannya. “Maaf ….” Cicitan suara terdengar dari mulut Wanita itu. Marcel diam saja, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh kekasihnya itu. Ayu mendongakkan kepalanya, pada saat itu Marcel melihat mata wanitanya sembab, pipinya dipenuhi buliran air mata. Tampilannya, kacau. “Marcel, maaf! Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 41

    “Ada apa ini ribut-ribut?” tanya Ayu saat sudah sepenuhnya muncul. Semua orang berbisik membicarakan betapa silaunya penampilan Ayu saat ini. Tidak disangka sosok desainer misterius itu memiliki wajah dan tubuh secantik ini. Ayu bertanya pada petugas yang mengatur tiket untuk masuk. “Begini Bu, Nyonya ini ingin menjadi tamu untuk menghadiri acara launching ini dan mengikuti kegiatannya seperti 20 peserta nanti. Namun, kami sudah kehabisan kursi, jadi kami tidak bisa menambah kuota orang yang hadir,” jelas petugas itu. Wajahnya cemas sekaligus ketakutan, Ayu paham betul bagaimana menghadapi arogannya Jessica. Rasakan itu! Bagaimana ketika kamu tidak bisa mendapatkan apa yang kamu mau?! Batin Ayu menyalang. Ayu menatap pada wajah Jessica yang nampak menahan kegeramannya. Wanita itu mengepalkan tangannya seakan siap menghantam sesuatu yang keras untuk meredam emosinya. Sementara Miranda bersembunyi di belakang Jessica tidak mampu mengatakan apapun saking terkejut akan sosok Ayu yang t

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 40 - Launching

    “Apa Ayu sudah nggak membutuhkanku lagi, makanya dia dengan enteng bilang akan mengajukan surat perceraian?” tanya Jovan mencurahkan kegelisahan hatinya pada sosok Wanita yang merupakan sahabat istrinya itu. Beberapa hari berlalu semenjak Jovan pergi meninggalkan hotel yang Ayu tinggali. Setiap harinya Jovan menanti kabar dari istrinya itu. Setiap harinya tiada henti Jovan mengirimkan pesan untuk Ayu, berharap Wanita itu luluh. Namun, tidak kunjung ada jawaban. Hingga tiba-tiba stasiun TV memberitakan ada desainer baru Indonesia yang akan launching butik pertamanya di Jakarta. Untuk memulai debutnya seorang desainer itu merahasiakan dirinya dan hanya memberi tahukan nama brandnya. “Sebuah brand fashion terbaru dengan gaya italia yang romantis dan mahal mengusung tema feminisme yang tergambar dalam setiap rancangan desainnya. Seorang desainer pendatang baru ini berhasil memikat para pecinta fashion klasik lewat beberapa karyanya yang dia posting di sosial media baru-baru ini.”Dalam

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 39 - Obsesi Psikopat

    “Bu Ayu sudah cukup tenang sekarang. Mohon untuk tidak menekannya berlebihan,” kata Dokter yang sudah keluar ruangan. Setelah menunggu setidaknya 1 jam, akhirnya Ayu sudah kembali tenang. Marcel menunggu di luar dengan harap cemas luar biasa. Takut-takut Ayu memusuhinya dengan sangat. Lelaki itu bangkit untuk memasuki ruangan. Bunyi pintu terbuka diiringi suasana sunyi di sana. Marcel menatap Ayu yang kini sedang menundukkan kepalanya sambil duduk. “Ayu?” panggil Marcel. Tidak ada jawaban sampai Marcel tiba di sebelah ranjang Wanita itu. Dia duduk di kursi, lelaki itu tidak melakukan apapun lagi. Dia hanya menunggu Ayu sadar akan kehadirannya. “Maaf ….” Cicitan suara terdengar dari mulut Wanita itu. Marcel diam saja, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh kekasihnya itu. Ayu mendongakkan kepalanya, pada saat itu Marcel melihat mata wanitanya sembab, pipinya dipenuhi buliran air mata. Tampilannya, kacau. “Marcel, maaf! Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku j

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 38 - Jangan Sentuh Aku!

    “Bagaimana? Apa istri saya baik-baik saja?” tanya Marcel dengan cemas. Lepas Ayu pingsan, buru-buru Marcel membereskan kekacauan yang dia buat dan segera mengantar Ayu ke rumah sakit. Jantungnya berdebar kencang saat menyebut Ayu sebagai istrinya. Masa dia bilang, Ayu kekasih gelapnya? Tidak mungkin! Ayu berbaring di ranjang rumah sakit dan menutup matanya. Tak ada tanda-tanda dia akan bangun cepat. Dokter kini memanggil Marcel untuk menjelaskan secara rinci bagaimana kondisi pasiennya itu. “Apa penyebab pingsannya karena berhubungan intim?” tanya Dokter itu langsung pada intinya. “Saya rasa begitu.” Marcel menjawab ragu-ragu, apakah Ayu pingsan karena ulah Marcel yang berlebihan? “Bagaimana cara mereka bermain sampai istrinya pingsan begini?” batin Dokter tersebut. Ketika Ayu datang, dia mencurigai jika pingsannya karena kelelahan saat berhubungan intim. Dia juga mencium bau aneh yang tercium dari tubuh pasiennya itu. Badan yang lengket dan banyak kiss mark sangat jelas menanda

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 37 - [21+] Pingsan

    “Tidak! M-marcel, apa yang mau kamu lakukan?” Ayu gemetaran tat kala Marcel melepaskan sabuk celananya dan menghentak-hentakkannya. Wajahnya tersenyum miring dengan menakutkan. Masih berpakaian lengkap, Marcel mengikatkan sabuk kulitnya ke tangan Ayu. Perempuan itu meronta-ronta, berusaha sebisa mungkin lepas dari cengkraman psikopat gila ini. “Marcel, t-tolong maafkan aku. Kita lakukan seperti biasanya saja, ya?” Ayu mencoba merayu kekasihnya itu. Namun, perkataannya tidak digubris sama sekali, dengan seringai menyeramkannya, Marcel kini telah sukses mengikat tangan Ayu dan diarahkannya ke atas kepala Wanita itu. “Sial, ini ketat!” batin Ayu. Tangannya mungkin akan terluka ketika dilepas nanti. “Jangan banyak bergerak sayang, nanti tangan kamu lecet.” Marcel bertumpu pada tangannya sambil menatap Ayu yang meminta belas kasihannya. Marcel kini bahagia, merasa menang karena Ayu nampak tak berdaya di bawahnya. Puas melihat betapa cantik kekasihnya itu, Marcel beralih melepaskan kem

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 36 - [18+]Hukuman

    “Marcel! Kenapa kamu cuekin aku?” Ayu geram. Ucapannya hanya dianggap angin lalu oleh Marcel. Sejak dari bandara sampai kini sudah berjalan hampir sampai di apartemen Marcel, lelaki itu tidak sepatah katapun mengeluarkan kata. Pandangannya hanya jatuh pada ipad untuk mengurusi bisnisnya. Ini benar-benar memunculkan banyak tanda tanya. Ayu malu pada Adimas yang satu mobil dengannya. Namun, rasa malunya tertutup perasaan jengkel pada kekasihnya itu. Ayu dengan berani merebut ipad Marcel dengan cepat.Lelaki itu terkejut dan akhirnya menatap mata Ayu. Namun, bukan tatapan itu yang diinginkan Ayu. Marcel menatapnya dengan alis berkerut dan amarah yang tertahan di sana. “Kembalikan.” Dia akhirnya mengeluarkan suara, tetapi perkataannya sangat dingin menusuk relung hati Ayu. Sebenarnya ada apa dengan kekasihnya itu? Kenapa tiba-tiba seperti orang yang murka padanya? Memangnya apa salah Ayu? “Kamu kenapa sih Marcel? Kok pulang-pulang kayak orang marah sama aku? Emang aku ngelakuin apa sam

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 35 - Diabaikan

    “Ke mana mereka pergi?” Jovan mengerutkan keningnya ketika jalan yang mereka tuju terasa membingungkan. Memutar-mutar seperti tidak ada tujuan. Namun, tak lama setelahnya mobil sedan hitam itu berhenti di depan hotel mewah. “Hotel? Ngapain mereka di hotel?” tanya Jovan dalam benaknya. Dia memperhatikan mobil itu dari sebrang hotel. Ayu keluar dari mobil itu, tetapi lelaki yang membukakan pintu Ayu tidak ikut keluar. Ayu turun dan mobil itu pergi begitu saja. “Apa aku salah mengira? Ayu tinggal di hotel itu dan bukan ke rumah orang tuanya? Lalu mobil dan laki-laki itu, jadi mereka tidak memiliki hubungan apapun?” Banyak pertanyaan berseliweran dalam pikiran Jovan. Dia sibuk menerka-nerka mengapa Ayu bersama lelaki itu, kenapa dia tinggal di hotel yang Jovan tahu bukanlah hotel biasa. Apakah Ayu menerima uang sebanyak itu dari sekolahnya? Istrinya itu masuk ke dalam hotel. Sementara Jovan masih bimbang, apa dia harus menyusul Ayu sekarang atau untuk sesaat biarkan Ayu sendirian? “S

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 34 - Mata-mata

    Kejadian ini terjadi sebelum Jovan menghampiri Ayu untuk membujuknya pulang. “Bu, sepertinya ada yang mengikuti kita.” Adimas menilik pada spion yang memantulkan sebuah mobil yang mengikuti Ayu dan Adimas lekas dari sekolah sore hari ini. Perempuan itu melihat mobil di belakang mereka, tidak disangka itu adalah mobil Jovan. Untuk apa lelaki itu mengikutinya? Pikir Ayu. Sekarang Adimas dan Ayu hendak kembali ke apartemen Marcel yang sekarang menjadi tempat tinggal Ayu. Namun, Jovan kini mengikuti mereka, akan menjadi pertanyaan besar jika lelaki itu memergoki Ayu ada di apartemen Marcel. “Bagaimana Bu? Apa kita tetap ke apartemen?” tanya Adimas pada Ayu yang terdiam. Ayu menatap geram pada mobil Jovan yang melaju semakin kencang. Mungkin kini lelaki itu juga berpikir Ayu menaiki mobil siapa? Kecurigaan, amarah, dan rasa penasaran mungkin tengah memenuhi benak lelaki itu. Lama berpikir dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Adimas buka suara, “Bagaimana kalo sementara Anda tin

DMCA.com Protection Status