Share

BAB 4 - Selingkuh

Penulis: Jasminesuckle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Marcel! Nanti Jovan denger gimana?” sentakku berbisik, walaupun begitu kiranya pipiku sudah seperti tomat.

Aku lihat Marcel tertawa dengan manisnya sembari ikut membantuku menuntun Jovan menuju ranjang.

Lekas kami merebahkan Jovan di ranjang, aku dan Marcel saling menatap satu sama lain. Mata Marcel yang tak goyah menatap diriku membuatku terpaku. Larut malam, berdua, di kamar.

“Ah, tidak-tidak . Apa yang ada di otakku? Marcel itu teman suamiku, sadarlah Ayu!” ucapku dalam hati merasa gemas dengan pikiran kotorku sendiri.

“Hayo, mikirin apa?” tanya Marcel tersenyum jahil padaku.

Lelaki itu berniat mendekat, tapi dengan sigap aku raih tangannya untuk keluar dari kamar. Aku menutup pintu kamar rapat-rapat dengan jantung berdegup cepat, seakan takut Jovan terbangun lalu melihat kami.

“Emm ... makasih ya, udah anterin Jovan. Ayo aku antar ke depan,” ucapku dengan cepat sembari melangkahkan kaki menuju teras.

Namun, sebuah tangan kekar tiba-tiba mendekapku dari belakang, menghirup dalam-dalam aroma tubuhku yang mungkin memabukkan baginya.

“Marcel ....”

Marcel tanpa malu mengendus tengkukku dengan sungguh, membuat bulu kudukku merinding. Lelaki yang menyentuhku hanyalah Jovan, mendapat sentuhan intim dari laki-laki lain membuatku bergidik ngeri.

“Biarkan seperti ini dulu,” cicit Marcel yang bersembunyi di tengkukku.

Sial, aku juga menyukainya.

Semakin aku diam, Marcel mengira itu adalah tanda setuju. Tangannya dengan nakal memanjat perutku, mencari-cari titik sensitif yang sekiranya akan membuatku terbuay oleh sentuhannya.

Namun, dengan sigap aku melepas Marcel. “Cukup. Kamu keterlaluan Marcel, aku ini sudah bersuami. Apa pantas kamu melakukan hal itu pada istri temanmu sendiri?” tanyaku dengan tegas.

Raut muka Marcel nampak kecewa, dia tertunduk sedih melihat aku yang memarahinya. Seketika pertahananku roboh, Marcel nampak sangat imut.

“Maksudku ... sudah malam. Lebih baik kamu pulang,” kataku.

Wajah Marcel kembali tenang, dia tersenyum tipis menatapku dengan lembut. “Iya, maaf ya. Aku ... mungkin kelewatan. Aku tidak tahan.”

Kata-kata Marcel sangat ambigu, tapi aku tidak mau berpikir lebih. Aku hanya mengangguk dan segera mengantar Marcel pergi.

“Aku pulang ya.”

“Hati-hati.”

Lekas setelahnya Marcel menarik pintu mobilnya, tiba-tiba aku teringat sesuatu. “Marcel, tunggu!”

Marcel berhenti, menungguku berbicara lagi. Ada satu hal yang sangat membuatku penasaran. Mungkin jika aku tanyakan, aku akan dapat jawaban dari semua hal yang tiba-tiba ini.

“Sebenarnya, kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu seolah seperti orang yang mencintaiku?” tanyaku.

Benar, tidakkah aneh yang terjadi hari ini? Aku dan Marcel tiba-tiba dekat, terlalu cepat sampai Marcel berani untuk menyentuh tanpa seizinku. Namun, bukannya menjawab Marcel justru berkata, “Jika kamu mau jawabannya, datanglah minggu ini ke apartemenku. Aku sensitif jika di tempat ramai. Dah, sampai bertemu nanti.”

Setelahnya mobil Marcel melaju membelah keheningan malam dan diriku yang terdiam.

“Apartemen? Haruskah aku datang?”

-

Malam yang begitu dingin, aku Kembali masuk ke kamar untuk melihat keadaan Jovan. Berantakan. Kata itu mungkin dapat mendeskripsikan penampilan Jovan sekarang.

“Hah … melihat kamu seperti ini, rasa marah dan kesalku tiba-tiba meluap begitu saja.” Aku yang paling tahu seberapa Jovan mencintaiku, tetapi lelaki itu masih kekanakkan sehingga sikapnya kadang membuatku menyesal menikahinya. Tentu saja didukung faktor kami jatuh miskin.

Semasa Keluarga Wicaksono masih tajir melintir, aku tidak ada waktu untuk mengeluh akan tingkah Jovan. Hari-hariku aku habiskan berbelanja dengan kedua sahabatku. “Ayu, kamu menyedihkan. Sejak kapan kamu jadi sematerialistis ini?”

Aku mengelap badan Jovan dengan air hangat pelan-pelan setelahnya mengganti pakaiannya. Jovan termasuk orang yang susah untuk terbangun dari tidurnya, lihat saja bagaimana nyenyaknya dia Ketika aku membersihkan badannya.

“Hah, selesai juga,” ucapku sedikit lelah karena ini sudah hampir pagi. Aku ingin tidur.

Aku naik ke atas ranjang, tidur di sebelah Jovan yang tiba-tiba memelukku dengan erat. Aku diam-diam tersenyum melihat sikapnya yang seperti anak kecil. Tanganku naik ke puncak kepalanya, mengelus rambut-rambutnya yang halus.

“Maaf ya, sedari tadi aku denial tetapi faktanya aku mungkin memang berselingkuh. Aku yakin itu hanya perasaan sesaat saja, hatiku tetap mencintaimu.” Ku kecup kening Jovan dengan lembut, lalu kami berpelukan hingga terlelap dengan damai.

Namun, sebelum itu pikiranku berkelana pada awal dari permasalahan ini, yaitu saat Jovan mengajakku menikah. Sebenarnya pun kali ini bukanlah pertengkaran pertama kami, hanya saja kali ini aku sampai meledak-ledak dibuatnya.

Dulu ….

Menikah muda. Awalnya tak pernah terpikirkan olehku untuk menikah muda, apalagi saat aku masih belum punya apa-apa. Namun, rasanya aku sudah terlalu lelah untuk berjuang sendiri di dunia yang kejam ini. Jadi, saat Jovandi mengajakku untuk menikah tanpa pikir panjang aku menyetujuinya.

“Kita nikah, yuk!” ajak Jovandi padaku yang baru kemarin selesai wisuda.

“Hmm? Kenapa tiba-tiba? Kita kan masih muda,” balasku.

“Aku hanya bosan dengan pacaran yang itu-itu saja. Aku ingin menikah, aku ingin setiap hari bisa melihat wajahmu yang cantik ini,” ucap Jovandi dengan manis.

Kita baru menjalani hubungan selama setahun, masih terlalu dini sepertinya untuk langsung beranjak ke jenjang yang serius. Kami juga masih sama-sama muda, apalagi Jovandi adalah adik tingkatku yang bahkan masih belum lulus kuliah.

“Tapi kan kita masih belum punya apa-apa. Aku baru lulus kuliah dan kamu masih sedang sibuk membuat skripsi. Apakah keputusan yang tepat untuk kita menikah di waktu sekarang ini?” tanyaku mencoba bersikap realistis.

“Kita tidak usah memikirkan itu! Menikah itu kapan saja asal ada uang. Keluargaku bisa memenuhi semuanya, aku adalah kesayangan keluargaku. Jadi, apa yang aku mau pasti mereka turuti. Jadi, ayo menikah!” ajak Jovandi lagi dengan semangat.

Apa yang Jovandi katakan tidak sepenuhnya salah. Jovandi sangat mencintaiku dan aku juga begitu mencintainya, kata-kata yang dia ucapkan membuatku goyah pada prinsipku. Banyak orang yang bilang aku adalah wanita beruntung karena bisa dicintai oleh seorang Jovandi.

Di kampusku ini, siapa yang tidak mengenal Jovandi Brata Wicaksono? Keluarga diningrat yang tajir melintir itu banyak diperbincangkan masyarakat terkait bisnis real estatenya yang sukses. Tentu saja banyak yang mengidam-idamkan menjadi menantu dari keluarga itu.

“Sayang! Apa yang kamu pikirkan? Kesemapatan ini tidak akan datang dua kali bukan? Kamu akan menjadi wanita paling beruntung karena menjadi istri dari anaknya Brata Wicaksono. Hidup kamu akan terjamin, kamu tidak perlu bekerja, kamu hanya cukup menyayangiku setiap saat,” jelas Jovandi.

Sial, kata-katanya memang tak pernah gagal membuat aku bimbang. Aku yang saat itu tergoda akan perkataan Jovandi memutuskan untuk mengiyakannya.

“Hmm, baiklah! Aku tidak mau kamu direbut wanita lain, jadi mari kita menikah!” ucapku dengan semangat.

“Nah, begitu! Aku akan bicara dengan kedua orang tuaku nanti.”

Begitulah berakhirnya percakapan kami saat itu. Setelahnya Jovandi mengantarkanku pulang dengan mobil mewah milik orang tuanya. Kini aku sedang memikirkan bagaimana aku memberi tahu kedua orang tuaku. Berbeda dengan keluarga Jovandi yang kaya, keluargaku hanyalah PNS kelas menengah yang gajinya cukup untuk makan saja.

Dengan latar belakang tersebut tentu saja akan bodoh rasanya bila aku menolak ajakan Jovandi. Benar bukan? Dari pada lelah bekerja menjadi guru yang gajinya tidak seberapa, lebih baik menjadi istri Jovandi dan hidup dengan uang keluarganya yang takkan habis.

“Nah, sudah sampai. Maaf Sayang aku tidak bisa mampir, aku ada urusan dengan teman-temanku. Tidak apa-apa ya?” tanya Jovandi.

“Oh, begitu. Iya tidak apa-apa. Hati-hati, ya,” kataku.

Lekas itu Jovandi mencium keningku dengan lembut dan pergi ketika aku turun dari mobil. Aku memasuki rumah orang tuaku yang biasa-biasa saja itu.

“Assalamualaikum,” salamku pada ibu dan bapak yang tengah duduk di ruang tamu.

“Waalaikumsalam, Jovan nggak mampir, Yu?” tanya Ibuku, Ratna.

“Nggak Buk, katanya ada perlu.” Aku menyalami mereka dan lekas duduk di kursi.

“Ada yang mau aku bicarain, Pak, Buk,” lanjutku.

Bab terkait

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 5 - Penyesalan

    Bapak dan Ibu segera memusatkan atensinya padaku. Sejujurnya, aku deg-degan untuk mengatakannya. Namun, kali ini aku akan mencoba berani dalam menyuarakan keinginanku.“Ada apa?” tanya Bapak, Harto.“Aku ingin menikah dengan Jovandi. Kami sudah membicarakannya dan aku menyutujuinya,” jelasku dengan singkat.Aku melihat ekspresi kedua orang tuaku yang terkejut. “Menikah? Kamu kan baru lulus kemarin, Nak. Jovan juga belum lulus, kan?” tanya Ibuku.Aku mengerti apa yang beliau katakan, karena aku juga mengatakan hal serupa pada Jovan sebelumnya. “Aku tahu, Bu. Tapi aku sudah memikirkannya dengan baik, dan aku sudah memutuskan untuk menikah dengan Jovan.”Bapak yang sedari tadi diam mulai mengangkat suara. “Apa yang membuat kamu memutuskan untuk menikah sekarang? Apa kamu tidak peduli pada mimpimu, Nak?”Mimpi? Memangnya setelah menikah aku tidak bisa menggapai mimpi? Aku bukannya tidak peduli pada mimpiku, aku hanya menangkap kesempatan yang ada.“Aku berpikir, apa salahnya menikah muda?

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 6 - Pertemanan Sandiwara

    Tring . . . Dering ponsel milikku berbunyi dengan nyaring, aku yang tengah pusing memikirkan masalahku tiba-tiba semakin pusing saat melihat nama yang tercantum di layer ponsel. “Ahh . . . Elisa, pasti mereka mengajakku bertemu lagi. Padahal kan minggu kemarin kita sudah hang out bareng,” kesalku. Aku angkat panggilan itu dan suara Elisa yang lembut menyapa telingaku. “Halo, Yu!” katanya. “O-oh, halo Lis. Kenapa nih?” tanyaku dengan nada yang malas. “Di Plaza XX ada event loh! Kita kan sering belanja di situ, punya member juga, katanya dapat barang gratis setiap pembeliannya. Ke sana, yuk!” Sudah kuduga. Kali ini Plaza XX? Di sana kan mahal-mahal sekali untuk budget keuanganku yang sekarang. Gimana ini? Tapi jika aku tolak nanti Elisa berpikir aku benar-benar jatuh miskin karena keluarga Wicaksono yang bangkrut. “Wah, sekarang banget, nih?” tanyaku berpura-pura seolah sedang sibuk. “Iya dong! Sekarang kan weekend, terus juga persediaannya terbatas! Utami juga ikut,” ucapnya be

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 7 - Miskin

    Sembari menunggu pesanan kami sampai, kami mengobrol seperti biasanya. “Utami, bagaimana dengan pacarmu yang minggu kemarin? Apakah dia cocok sama kamu?” tanyaku penasaran. Minggu kemarin Utami membangga-banggakan pacar barunya di depan aku dan Elisa. Aku dan Elisa tau betul bagaimana kisah percintaan Utami yang tak pernah berakhir baik. Maka dari itu kita selalu menanyakan bagaimana jalannya hubungan Utami. “A-ah? Yang minggu kemarin? Si Willy? Setelah kupikir-pikir lagi sepertinya kita tidak cocok, dia tidak suka dengan aku yang mementingkan banyak hal. Terutama aku yang selalu sibuk karena aktif dalam kegiatan kuliahku,” jawabnya. “Wah, seperti dugaan. Nggak bertahan lebih dari seminggu?” tanya Elisa. “Yah, begitulah.” Utami hanya tersenyum kaku. Aku tak mengerti mengapa orang yang dia temui tidak pernah cocok dengannya. Se

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 8 - Sisi lain

    -POV Author-Ketiga orang tadi yaitu, Elisa, Utami, dan Ayu sudah pulang ke rumah masing-masing. Mari mulai dari Elisa, di rumahnya sudah ada suaminya Galuh yang tengah menunggu kepulangan istrinya. “Loh, Mas? Kapan pulang?” tanya Elisa terkejut karena mendapati suaminya yang pulang dinas. “Bukannya Mas sudah kabarin kamu? Kenapa kamu malah keluar pas Mas mau pulang?” tanya Galuh pada istrinya. Dia melihat beberapa paper bag dari barang-barang branded yang berada di tangan istrinya. Galuh membuang napasnya lelah, lagi dan lagi Elisa menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tak berguna. “Ini sudah yang keberapa kali? Mas kan bilang, simpan uangnya dengan baik, jika perlu untuk sesuatu maka gunakanlah untuk yang bermanfaat. Itu kan uang untuk persiapan kita punya anak, sayang,” ucap Galuh dengan penuh kelembutan pada istrinya itu. “Kamu kenapa sih, Mas? Lihat Istri senang nggak suka, kah? Aku ini malu karena aku kelihatan yang paling nggak ma

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 9 -[18+]Utami Dark Side

    Jam 22.00Suara bel kamar apartemen Utami berbunyi nyaring. Perempuan itu dengan malas berdiri dan mempersilakan kekasihnya masuk. “Halo, baby girl!” sapa Sam dengan merentangkan tangannya lebar. Utami dengan wajah berpura-pura bahagia memeluk Sam dengan lembut. Demi barang branded dan uang yang telah dia habiskan siang tadi, Utami harus bekerja lagi melayani Sam, pemuda yang sangat obsessed padanya. “Kamu selalu tepat waktu ya,” kata Utami. Dia menggiring Sam untuk masuk dan mempersilakannya duduk. Sam melingkarkan tangannya di perut Utami, membuat perempuan itu terduduk di pangkuannya. Sam mengendus harumnya tubuh Utami yang khas, bau ini selalu memabukkannya. Entah mengapa tidak ada perempuan yang memiliki wangi secandu Utami. “Ahh . . . aku tidak akan bisa berhenti menghirupnya,” bisiknya di telinga Utami. Dalam hati Utami berdecak, Sam mencarinya ketika lelaki itu menginginkan tubuhnya. Utami tidak benar-benar tahu apakah Sam benar-benar mencintainya atau hanya sekedar menyu

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 10 - Ayo punya anak!

    Sinar Mentari pagi masuk ke sela-sela kamar kami, tembus dari jendela dan menusuk mataku hingga aku pun akhirnya terbangun. Ku lihat Jovan seperti biasa masih terlelap dari tidurnya, seakan silaunya matahari tidak mengganggunya.“Sayang, mandi dulu gih. Aku mau masak dulu,” kataku membangunkan Jovan yang masih terbaring di kasur. “Eung . . . aku masih ngantuk,” balas Jovan. Seperti biasa, setiap pagi Jovan selalu menolak untuk bangun awal dan bermalas-malasan di kasur. Tidak masalah sebenarnya jika perekonomian kami masih seperti dulu, di mana aku dan Jovan tidak perlu memikirkan uang dan segala macamnya. Namun, sekarang berbeda.Seharusnya Jovan membuang kebiasaan buruknya dan berusaha menjadi kepala keluarga yang baik. “Ah, sudahlah. Mari lupakan soal uang dulu, akan banyak masalah berdatangan jika aku mengungkitnya terus,” gumamku. Aku mendekat ke arah suamiku, aku mengelus rambutnya itu dengan sayang berharap Jovan bangun dan segera

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 11 - Ketahuan Utami

    “Eh, itu liat deh. Dia guru honorer baru di sini, padahal denger-denger keluarga suaminya itu konglomerat yang bangkrut itu loh! Apa jangan-jangan dia juga ikutan jatuh miskin, ya? Makanya kerja di sini deh,” seru sosok ibu-ibu yang memakai seragam guru juga. “Sutt, nanti orangnya denger gimana?” kata sosok di sebelahnya. Sialan, dipikir aku tidak mendengarnya apa? Benar, aku sudah jatuh miskin, kenapa? Ingin rasanya aku berteriak di depan wajah mereka. Jika tidak terpaksa akan keadaan, mana mungkin aku mau menekuni pekerjaan dengan gaji receh ini? Memilih untuk pura-pura tuli, aku segera melangkah menuju kelas yang akan aku ajar. Aku mengajar anak SMA dengan mata pelajaran Biologi. Kira-kira baru beberapa minggu aku di sini, aku sudah merasa jengah akan tingkah anak muridku yang kelewat bandel. “Anak-anak, segera kumpulkan pekerjaan rumah kalian di meja ibu agar kita bisa langsung mulai pembahasannya,” kataku Ketika sudah memasuki kelas.

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 12 - Apartemen Marcel

    “Halo, Marcel. Aku ada di depan apartemen kamu, kamu ada di dalam?” tanyaku lewat telepon. Lekas pulang dari sekolah, aku urungkan niat untuk pulang ke rumah. Marcel memberikan alamat apartemennya kemarin dan letaknya tak jauh dari halte bus tempat aku turun tadi. “Oh, kamu sudah di depan? Wait sayang, 5 menit lagi aku sampai,” katanya. Telepon pun dia matikan sepihak. Aku menghela napas pada tingkah Marcel yang semakin terang-terangan mengatakan ketertarikannya padaku. Aku tidak tahu apakah Marcel benar-benar menyukaiku atau dia memang lelaki yang senang mempermainkan perempuan? Aku menunggu di lobby karena akan canggung rasanya bila aku berdiri di depan pintu apartemen Marcel. Selang 5 menit kemudian Marcel menemukanku dengan senyum sumringahnya. Mungkin dia merasa tak menyangka jika aku benar-benar datang. “Maaf kamu jadi menunggu,” katanya sembari mengulurkan tangan untuk meraih tanganku. Namun, aku tak menghiraukannya.

Bab terbaru

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 42

    “Bu Ayu sudah cukup tenang sekarang. Mohon untuk tidak menekannya berlebihan,” kata Dokter yang sudah keluar ruangan. Setelah menunggu setidaknya 1 jam, akhirnya Ayu sudah kembali tenang. Marcel menunggu di luar dengan harap cemas luar biasa. Takut-takut Ayu memusuhinya dengan sangat. Lelaki itu bangkit untuk memasuki ruangan. Bunyi pintu terbuka diiringi suasana sunyi di sana. Marcel menatap Ayu yang kini sedang menundukkan kepalanya sambil duduk. “Ayu?” panggil Marcel. Tidak ada jawaban sampai Marcel tiba di sebelah ranjang Wanita itu. Dia duduk di kursi, lelaki itu tidak melakukan apapun lagi. Dia hanya menunggu Ayu sadar akan kehadirannya. “Maaf ….” Cicitan suara terdengar dari mulut Wanita itu. Marcel diam saja, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh kekasihnya itu. Ayu mendongakkan kepalanya, pada saat itu Marcel melihat mata wanitanya sembab, pipinya dipenuhi buliran air mata. Tampilannya, kacau. “Marcel, maaf! Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 41

    “Ada apa ini ribut-ribut?” tanya Ayu saat sudah sepenuhnya muncul. Semua orang berbisik membicarakan betapa silaunya penampilan Ayu saat ini. Tidak disangka sosok desainer misterius itu memiliki wajah dan tubuh secantik ini. Ayu bertanya pada petugas yang mengatur tiket untuk masuk. “Begini Bu, Nyonya ini ingin menjadi tamu untuk menghadiri acara launching ini dan mengikuti kegiatannya seperti 20 peserta nanti. Namun, kami sudah kehabisan kursi, jadi kami tidak bisa menambah kuota orang yang hadir,” jelas petugas itu. Wajahnya cemas sekaligus ketakutan, Ayu paham betul bagaimana menghadapi arogannya Jessica. Rasakan itu! Bagaimana ketika kamu tidak bisa mendapatkan apa yang kamu mau?! Batin Ayu menyalang. Ayu menatap pada wajah Jessica yang nampak menahan kegeramannya. Wanita itu mengepalkan tangannya seakan siap menghantam sesuatu yang keras untuk meredam emosinya. Sementara Miranda bersembunyi di belakang Jessica tidak mampu mengatakan apapun saking terkejut akan sosok Ayu yang t

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 40 - Launching

    “Apa Ayu sudah nggak membutuhkanku lagi, makanya dia dengan enteng bilang akan mengajukan surat perceraian?” tanya Jovan mencurahkan kegelisahan hatinya pada sosok Wanita yang merupakan sahabat istrinya itu. Beberapa hari berlalu semenjak Jovan pergi meninggalkan hotel yang Ayu tinggali. Setiap harinya Jovan menanti kabar dari istrinya itu. Setiap harinya tiada henti Jovan mengirimkan pesan untuk Ayu, berharap Wanita itu luluh. Namun, tidak kunjung ada jawaban. Hingga tiba-tiba stasiun TV memberitakan ada desainer baru Indonesia yang akan launching butik pertamanya di Jakarta. Untuk memulai debutnya seorang desainer itu merahasiakan dirinya dan hanya memberi tahukan nama brandnya. “Sebuah brand fashion terbaru dengan gaya italia yang romantis dan mahal mengusung tema feminisme yang tergambar dalam setiap rancangan desainnya. Seorang desainer pendatang baru ini berhasil memikat para pecinta fashion klasik lewat beberapa karyanya yang dia posting di sosial media baru-baru ini.”Dalam

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 39 - Obsesi Psikopat

    “Bu Ayu sudah cukup tenang sekarang. Mohon untuk tidak menekannya berlebihan,” kata Dokter yang sudah keluar ruangan. Setelah menunggu setidaknya 1 jam, akhirnya Ayu sudah kembali tenang. Marcel menunggu di luar dengan harap cemas luar biasa. Takut-takut Ayu memusuhinya dengan sangat. Lelaki itu bangkit untuk memasuki ruangan. Bunyi pintu terbuka diiringi suasana sunyi di sana. Marcel menatap Ayu yang kini sedang menundukkan kepalanya sambil duduk. “Ayu?” panggil Marcel. Tidak ada jawaban sampai Marcel tiba di sebelah ranjang Wanita itu. Dia duduk di kursi, lelaki itu tidak melakukan apapun lagi. Dia hanya menunggu Ayu sadar akan kehadirannya. “Maaf ….” Cicitan suara terdengar dari mulut Wanita itu. Marcel diam saja, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh kekasihnya itu. Ayu mendongakkan kepalanya, pada saat itu Marcel melihat mata wanitanya sembab, pipinya dipenuhi buliran air mata. Tampilannya, kacau. “Marcel, maaf! Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku j

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 38 - Jangan Sentuh Aku!

    “Bagaimana? Apa istri saya baik-baik saja?” tanya Marcel dengan cemas. Lepas Ayu pingsan, buru-buru Marcel membereskan kekacauan yang dia buat dan segera mengantar Ayu ke rumah sakit. Jantungnya berdebar kencang saat menyebut Ayu sebagai istrinya. Masa dia bilang, Ayu kekasih gelapnya? Tidak mungkin! Ayu berbaring di ranjang rumah sakit dan menutup matanya. Tak ada tanda-tanda dia akan bangun cepat. Dokter kini memanggil Marcel untuk menjelaskan secara rinci bagaimana kondisi pasiennya itu. “Apa penyebab pingsannya karena berhubungan intim?” tanya Dokter itu langsung pada intinya. “Saya rasa begitu.” Marcel menjawab ragu-ragu, apakah Ayu pingsan karena ulah Marcel yang berlebihan? “Bagaimana cara mereka bermain sampai istrinya pingsan begini?” batin Dokter tersebut. Ketika Ayu datang, dia mencurigai jika pingsannya karena kelelahan saat berhubungan intim. Dia juga mencium bau aneh yang tercium dari tubuh pasiennya itu. Badan yang lengket dan banyak kiss mark sangat jelas menanda

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 37 - [21+] Pingsan

    “Tidak! M-marcel, apa yang mau kamu lakukan?” Ayu gemetaran tat kala Marcel melepaskan sabuk celananya dan menghentak-hentakkannya. Wajahnya tersenyum miring dengan menakutkan. Masih berpakaian lengkap, Marcel mengikatkan sabuk kulitnya ke tangan Ayu. Perempuan itu meronta-ronta, berusaha sebisa mungkin lepas dari cengkraman psikopat gila ini. “Marcel, t-tolong maafkan aku. Kita lakukan seperti biasanya saja, ya?” Ayu mencoba merayu kekasihnya itu. Namun, perkataannya tidak digubris sama sekali, dengan seringai menyeramkannya, Marcel kini telah sukses mengikat tangan Ayu dan diarahkannya ke atas kepala Wanita itu. “Sial, ini ketat!” batin Ayu. Tangannya mungkin akan terluka ketika dilepas nanti. “Jangan banyak bergerak sayang, nanti tangan kamu lecet.” Marcel bertumpu pada tangannya sambil menatap Ayu yang meminta belas kasihannya. Marcel kini bahagia, merasa menang karena Ayu nampak tak berdaya di bawahnya. Puas melihat betapa cantik kekasihnya itu, Marcel beralih melepaskan kem

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 36 - [18+]Hukuman

    “Marcel! Kenapa kamu cuekin aku?” Ayu geram. Ucapannya hanya dianggap angin lalu oleh Marcel. Sejak dari bandara sampai kini sudah berjalan hampir sampai di apartemen Marcel, lelaki itu tidak sepatah katapun mengeluarkan kata. Pandangannya hanya jatuh pada ipad untuk mengurusi bisnisnya. Ini benar-benar memunculkan banyak tanda tanya. Ayu malu pada Adimas yang satu mobil dengannya. Namun, rasa malunya tertutup perasaan jengkel pada kekasihnya itu. Ayu dengan berani merebut ipad Marcel dengan cepat.Lelaki itu terkejut dan akhirnya menatap mata Ayu. Namun, bukan tatapan itu yang diinginkan Ayu. Marcel menatapnya dengan alis berkerut dan amarah yang tertahan di sana. “Kembalikan.” Dia akhirnya mengeluarkan suara, tetapi perkataannya sangat dingin menusuk relung hati Ayu. Sebenarnya ada apa dengan kekasihnya itu? Kenapa tiba-tiba seperti orang yang murka padanya? Memangnya apa salah Ayu? “Kamu kenapa sih Marcel? Kok pulang-pulang kayak orang marah sama aku? Emang aku ngelakuin apa sam

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 35 - Diabaikan

    “Ke mana mereka pergi?” Jovan mengerutkan keningnya ketika jalan yang mereka tuju terasa membingungkan. Memutar-mutar seperti tidak ada tujuan. Namun, tak lama setelahnya mobil sedan hitam itu berhenti di depan hotel mewah. “Hotel? Ngapain mereka di hotel?” tanya Jovan dalam benaknya. Dia memperhatikan mobil itu dari sebrang hotel. Ayu keluar dari mobil itu, tetapi lelaki yang membukakan pintu Ayu tidak ikut keluar. Ayu turun dan mobil itu pergi begitu saja. “Apa aku salah mengira? Ayu tinggal di hotel itu dan bukan ke rumah orang tuanya? Lalu mobil dan laki-laki itu, jadi mereka tidak memiliki hubungan apapun?” Banyak pertanyaan berseliweran dalam pikiran Jovan. Dia sibuk menerka-nerka mengapa Ayu bersama lelaki itu, kenapa dia tinggal di hotel yang Jovan tahu bukanlah hotel biasa. Apakah Ayu menerima uang sebanyak itu dari sekolahnya? Istrinya itu masuk ke dalam hotel. Sementara Jovan masih bimbang, apa dia harus menyusul Ayu sekarang atau untuk sesaat biarkan Ayu sendirian? “S

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 34 - Mata-mata

    Kejadian ini terjadi sebelum Jovan menghampiri Ayu untuk membujuknya pulang. “Bu, sepertinya ada yang mengikuti kita.” Adimas menilik pada spion yang memantulkan sebuah mobil yang mengikuti Ayu dan Adimas lekas dari sekolah sore hari ini. Perempuan itu melihat mobil di belakang mereka, tidak disangka itu adalah mobil Jovan. Untuk apa lelaki itu mengikutinya? Pikir Ayu. Sekarang Adimas dan Ayu hendak kembali ke apartemen Marcel yang sekarang menjadi tempat tinggal Ayu. Namun, Jovan kini mengikuti mereka, akan menjadi pertanyaan besar jika lelaki itu memergoki Ayu ada di apartemen Marcel. “Bagaimana Bu? Apa kita tetap ke apartemen?” tanya Adimas pada Ayu yang terdiam. Ayu menatap geram pada mobil Jovan yang melaju semakin kencang. Mungkin kini lelaki itu juga berpikir Ayu menaiki mobil siapa? Kecurigaan, amarah, dan rasa penasaran mungkin tengah memenuhi benak lelaki itu. Lama berpikir dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Adimas buka suara, “Bagaimana kalo sementara Anda tin

DMCA.com Protection Status