Share

5. Tidak Bisa Diremehkan

Lily menatap bangunan megah di hadapannya dengan bingung. Rumah mewah di depannya itu jauh lebih bagus dibandingkan rumah papa Lily. Tanahnya juga lebih luas. Dari gerbang ke teras rumah Lily rasa ada 200 meter.

“Mas ini rumah siapa? Mas Lucas tadi bilang mau pulang.” Lily menyuarakan kebingungannya. 

“Ini rumah orang tuaku.” Lucas meraih helm yang masih dipakai oleh Lily.

Lily mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia masih terpaku. Antara kaget dengan perlakuan manis Lucas atau jawaban pria yang baru menjadi suaminya itu.

“Ayo, masuk.” Lucas menarik tangan Lily naik ke teras rumah megah yang diakui sebagai rumah orang tuanya itu.

“Mas Lucas kenapa nggak bilang kalau … kalau dari keluarga yang—”

“Saya cuma sutradara amatir dan salah satu pemilik saham di kafe kecil,” potong Lucas.

Belum juga Lily menanggapi sanggahan Lucas, pintu dengan ukiran indah terbuka. Seorang perempuan paruh baya yang masih sangat cantik keluar dari balik pintu itu.

“Bersikap seperti pasangan normal, please,” bisik Lucas.

“Aduh, pengantin baru mesra sekali,” sambut ramah ibu Lucas.

Lily tersenyum dan mencoba menghilangkan gugupnya. “Halo, Tante, saya Lily. Maaf baru memperkenalkan diri sekarang,” ucap Lily seraya mengulurkan tangan kanannya yang bebas dari gandengan Lucas.

Tangan Lily disambut oleh ibu Lucas. “Jangan panggil Tante, dong. Panggil Mama, ya. Nama Mama, Anggika,” balas Anggika.

“Ba-baik, Ma.” Lily menjawab terbata. Saat Lily akan menarik tangannya, Anggika justru menariknya hingga Lily masuk ke dalam pelukan ibu Lucas itu.

Sekarang posisi Lily dipeluk oleh Anggika, tetapi tangan kirinya masih digenggam Lucas. Lily merasakan elusan tangan Anggika di punggungnya.

“Terima kasih, ya, Lily. Terima kasih karena kamu bersedia menjadi istri Lucas dan menantu Mama. Tolong maklumi anak sulung Mama, ya. Tapi kalau dia macam-macam, kamu bisa langsung lapor Mama.”

Lily terharu. Ucapan mama Lucas begitu tulus. Lily juga diserang rasa bersalah karena pernikahannya dengan Lucas hanya sebuah kesepakatan saling menguntungkan.

“Ma, sampai kapan kita berdiri di sini?” Lucas menginterupsi dengan nada lelah.

Anggika melepaskan pelukannya pada Lily. Mertua Lily itu berdecak menatap kesal sang putra. “Kamu ganggu momen manis Mama sama Lily aja.”

“Kasihan istriku, Ma. Dia capek berdiri terus,” balas Lucas beralasan.

Mendadak ekspresi Anggika berubah. Ibu Lucas itu memandang Lily dan Lucas bergantian dengan ekspresi … aneh. Entah apa arti tatapan itu, Lily tidak tahu.

Lily di bawa masuk ke rumah yang lebih mewah dari rumahnya itu. Begitu masuk Lily langsung disuguhi foto keluarga berukuran besar. Dari foto itu Lily tahu bahwa wajah blasteran Lucas berasal dari sang ayah. Dari sana juga Lily tahu kalau Lucas memiliki adik perempuan yang sepertinya berusia di bawah Lily.

Anggika membawa Lily berkeliling di lantai satu. Hanya lantai satu dan belum keseluruhan ruangan dikenalkan, tetapi sudah membuat Lily lelah. Kalau Lucas tidak menginterupsi seperti tadi, Lily tidak akan dibiarkan lepas dari tangan Anggika.

“Kamu istirahat di kamar Lucas, di lantai dua, ya.” Anggika mengelus lengan Lily dengan lembut, lalu beralih pada Lucas. “Biarkan istrimu tidur siang dengan nyenyak. Jangan diapa-apain. Nanti Lily tambah lelah.”

Lily mengernyit mendengar pesan Anggika kepada Lucas. Akan tetapi, Lily tidak berniat bertanya lebih lanjut. Dia ingin segera merebahkan tubuhnya.

“Oh, ya, Lily Sayang, besok siang temani Mama ke event penggalangan dana tahunan, ya. Gaunnya biar Mama yang urus.” Ucapan Anggika membuat langkah Lily dan Lucas terhenti. 

“Baik, Ma,” jawab Lily patuh.

“Kamu nggak masalah kita tidur sekamar, ‘kan? Cuma malam ini. Besok kita tinggal di apartemen saya.” Lucas berucap setelah menutup pintu kamar.

Lily tersadar dengan hal itu. Jantungnya langsung berdentum-dentum mengingat fakta yang ada.

“Saya belum tahu bagaimana kita ke depannya, tapi saya akan menjamin keamanan dan kebutuhan kamu selama kita terikat pernikahan. Nggak perlu surat perjanjian di atas meterai karena saya pasti menjalankan tanggung jawab saya dan apa yang sudah saya ucapkan. Kamu bisa percaya dengan saya, Lily.”

***

Lily celingukan mencari mertuanya. Tadi dirinya dan sang ibu mertua berpisah karena Lily mendadak ingin ke kamar mandi. Kini Lily kesulitan mencari Anggika di tengah banyaknya orang.

Nahasnya, alih-alih bertemu dengan sang mertua Lily justru bertemu pandang dengan Melati. Lily tidak menyangka akan ada Melati di acara ini. Lily sudah bersiap untuk pura-pura tidak mengenal Melati, tetapi kakak tirinya itu malah menghampirinya bersama dengan seorang wanita muda.

“Lily, Kakak nggak tahu kamu bisa datang ke acara ini.” Melati menyapa Lily dengan topeng baik dan lembutnya.

Lily tidak balas menyapa. Dia hanya mengangguk tanpa senyum.

“Nana, ini adikku yang batal menikah dengan Hansel dari keluarga Wiratmaja. Namanya Lily.” Melati memperkenalkan Lily pada perempuan yang terlihat glamour.

“Oh, kenapa batal?” Perempuan yang dipanggil Nana oleh Melati itu memindai penampilan Lily. Tatapannya penuh penilaian.

“Ya, namanya juga nggak jodoh.” Bukan Lily yang menjawab, melainkan Melati.

“Lily kerja di mana? Apa nggak ikut di Barata Corp kayak kamu, Mel?” Teman Melati kembali bertanya.

“Lily ini nggak kerja. Maklumlah, masih muda. Makanya masih asyik nongkrong sana-sini dan foya-foya dengan para temannya. Nanti kalau udah siap kerja juga pasti ikut di perusahaan keluarga.” Melati tertawa dengan sok anggun.

Lily benar-benar muak dengan sikap dan ucapan Melati. Apalagi Melati sedikit mengeraskan suaranya saat mengatakan itu. Beberapa orang di sekitar mereka sampai menatapi Lily. Namun, Lily menahan diri. Lily tidak ingin mempermalukan mertuanya.

“Lily!” Anggika melambai kepada Lily.

Panggilan Anggika itu mengeluarkan Lily dari situasi menyebalkan yang diciptakan Melati. Lily segera berjalan ke arah ibu mertuanya dengan anggun. Di samping mertuanya Lily disambut dengan baik.

Acara penggalangan dana tahunan yang isinya perempuan semua itu dimulai. Lily baru tahu kalau mertuanya merupakan pemimpin gerakan sosial yang ia datangi ini. Anggika dipanggil ke depan untuk memberikan sambutan.

“Terima kasih atas kedatangannya di event penggalangan dana tahun ini. Saya selaku pengurus sangat senang dengan bertambahnya anggota di komunitas ini. Apa yang Anda semua berikan bisa membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Dalam acara ini saya juga ingin memperkenalkan menantu saya. Jika saya tidak bisa hadir mengikuti setiap acara sosial kita mungkin nanti menantu saya yang mewakili.”

Anggika mengode Lily agar maju ke tempatnya berada. Mau tidak mau Lily menghampiri sang mertua dan seketika menjadi pusat perhatian.

“Ini Lily Santika, menantu saya. Anak saya Lucas Andromeda baru saja menikah dengan Lily. Nanti saat resepsi pernikahan mereka, saya pasti akan mengundang Anda sekalian.”

Lily membungkuk memberi hormat kepada seluruh tamu. Saat dia menegakkan tubuh, matanya bersiborok dengan Melati. Lily tersenyum sinis melihat keterkejutan perempuan pengkhianat itu. Lily puas, sangat-sangat puas.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status