Home / Romansa / Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda / Suami yang Penuh Perhatian

Share

Suami yang Penuh Perhatian

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2023-10-27 01:01:50

“Leya kenapa malah melamun? Rajendra sudah menunggumu dari tadi?” tegur Nyonya Nandini. 

Catleya sontak tersadar dari lamunannya.

Ingin rasanya dia melarikan diri, tetapi sudah terlambat baginya untuk mundur dari pernikahan ini. Alhasil, Catleya hanya bisa pasrah saat Nyonya Nandini membimbingnya untuk duduk di samping Rajendra. 

Catleya langsung menundukkan kepala, tak berani menatap Rajendra maupun orang-orang yang ada di hadapannya. Namun, ia merasakan pandangan Rajendra yang sekilas melirik ke arahnya. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki muda yang akan menjadi suaminya itu. Yang jelas, Catleya khawatir bila Rajendra menganggap riasannya terlalu mencolok.

“Saya terima nikah dan kawinnya Catleya Wiryawan binti Andi Wiryawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” ucap Rajendra dalam satu tarikan napas.

“Bagaimana para saksi? Apakah sah?”

“SAH!”

Rajendra menarik napas lega, karena bisa mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Semua yang hadir terlarut dalam lantunan doa yang dibacakan oleh penghulu. Para saksi yang terdiri dari Kepala Desa dan Pak Warno ikut senang melihat sang pemilik peternakan akhirnya menikah dengan wanita dari kota. Begitu pula dengan tamu undangan yang berharap agar pernikahan tersebut langgeng hingga maut memisahkan. Di mata mereka, Rajendra dan Catleya adalah pasangan yang sangat serasi. Tak ada yang tahu bahwa usia Catleya jauh di atas Rajendra, karena perempuan itu memang memiliki paras yang awet muda.

“Silakan untuk pengantin wanita mencium tangan pengantin pria,” ujar Penghulu.

Melihat Catleya masih tak bergeming, Rajendra terpaksa menyenggol sedikit lengan istrinya itu. Sedikit ragu-ragu, Catleya mencium punggung tangan Rajendra dengan kepala tertunduk. 

Detik ini juga Catleya ingin menitikkan air mata. Bukan karena dia terharu, melainkan karena ia sedang meratapi nasib. Meski pernikahan ini lebih mirip seperti sebuah drama, tetapi ia dan Rajendra sudah resmi menjadi suami istri. 

Entah takdir macam apa yang menantinya di depan sana. Demi melepas status lajang, ia sampai nekat mengambil keputusan sebesar ini. Catleya hanya berharap agar Rajendra benar-benar menepati janjinya untuk menemukan penyebab kematian sang ibu. 

Usai prosesi akad nikah, Rajendra dan Catleya naik ke atas panggung pelaminan yang sudah dihias sedemikian rupa. Untuk kesekian kalinya, Catleya dibuat tercengang menyaksikan para perempuan desa membawa berbagai macam hidangan dan jajan pasar. Lebih tepatnya, Rajendra seperti mengadakan pesta rakyat di momen resepsi pernikahan mereka.

Catleya menatap seluruh sudut balai desa yang dibuat untuk tempat resepsi, semuanya penuh dengan orang. Bahkan hiasan yang ada begitu sangat mendetail, sampai-sampai Catleya bingung bagaimana cara Rajendra mempersiapkan semua ini. Terlebih, biaya yang dikeluarkan oleh Rajendra untuk menjamu seluruh warga pastilah mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. 

"Mbak Leya, Pak Rajendra, selamat ya." Isti dan Irma datang menemui pasangan suami istri baru itu, wajah mereka berbinar melihat Catleya.

"Terima kasih, Isti, Irma. Berkat berkat bantuan dari kalian, istri saya terlihat sangat cantik hari ini," balas Rajendra sambil melirik sekilas ke arah Catleya.

Mendapat pujian dari sang juragan ayam, membuat saudara kembar itu tersipu. Namun yang lebih malu di sini adalah Catleya. Bagaimana tidak. Sang suami tiba-tiba memuji kecantikannya di depan para tamu.

"Bukan karena kami, Pak. Wajah Mbak Leya memang cantik dan kulitnya putih seperti mutiara, makanya waktu dirias jadi terlihat manglingi,” jawab Isti.

Setelah obrolan singkat itu, Irma dan Isti meninggalkan sang mempelai karena masih banyak tamu lain yang akan menyalami mereka. Di sisi lain, para tamu undangan yang hadir begitu menikmati pesta yang digelar oleh Rajendra. Makanan prasmanan yang begitu lengkap sangat memanjakan para tamu. Kebanyakan dari mereka makan dengan lahap, bahkan tak sungkan untuk mencicipi semua menu yang tersedia. Tak mungkin mereka akan menyia-nyiakan kesempatan untuk makan enak dan gratis pula. 

Di samping acara makan, Rajendra juga menyiapkan hiburan untuk para tamunya di siang hari itu. Lagu campur sari dan juga suara gamelan yang sangat kental dengan adat Jawa, memenuhi aula besar itu. Alhasil, para warga merasa sangat betah untuk berlama-lama di balai desa. 

Senyuman Rajendra tidak ada lunturnya saat para tamu terus-menerus berbaris untuk memberikan ucapan selamat. Berbeda dengan Catleya yang sudah tak tahan untuk berdiri lebih lama. Apalagi Catleya adalah tipe wanita introvert yang cepat sekali merasa letih bila berada di keramaian.

Sesekali Catleya pun meregangkan kakinya, dan hal itu menarik perhatian Rajendra.

"Mbak Leya lelah?" tanya Rajendra dengan lembut. Dia mendekat ke telinga Catleya agar suaranya terdengar oleh sang istri. 

Catleya menoleh, menatap mata Rajendra beberapa saat sebelum akhirnya berkata jujur.

“Kakiku pegal, Jendra,” keluh Catleya. 

"Duduk saja kalau lelah, karena tamu undangannya masih banyak. Saya juga tidak menyangka kalau semua warga desa akan datang," ucap Rajendra masih tetap memakai bahasa yang formal. 

"Tapi, tidak enak kalau menyalami para tamu sambil duduk. Tidak masalah aku berdiri sebentar lagi." 

Catleya tersenyum untuk menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja. Namun, Rajendra paham betul kalau istrinya itu berpura-pura kuat. Tanpa banyak bicara, pemuda itu meninggalkan Catleya begitu saja saat tidak ada tamu yang naik ke panggung. 

Melihat suaminya pergi begitu saja, membuat Catleya bingung. Perempuan itu langsung mengedarkan pandang untuk mencari keberadaan Rajendra. Ternyata dia sedang sibuk mengambil makanan dan minuman. Catleya jadi berpikir, mungkinkah Rajendra mengambil makanan untuk dirinya. 

Tidak lama setelah itu, Rajendra kembali dengan sepiring nasi dan segelas es jeruk. Pemuda itu menatap kepada istrinya dengan sangat tulus.

"Minum dulu,” ujar Rajendra menyerahkan gelas kepada Catleya. Ternyata apa yang dipikirkan Catleya tadi tidak salah, Rajendra memang meninggalkan pelaminan demi dirinya. 

Sedikit ragu, Catleya mengambil minuman tersebut lalu meneguknya hingga tandas. Melihat bagaimana cara Catleya minum, Rajendra tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau istrinya itu sangat kehausan. Barangkali Catleya memang belum terbiasa berada di tengah kerumunan orang tanpa pendingin ruangan. 

"Sekarang Mbak Leya makan, karena ini sudah lewat jam makan siang. Kebetulan masih belum ada tamu yang akan bersalaman dengan kita. Bibi Ijah mengatakan kalau Mbak Leya punya penyakit maag," kata Rajendra sambil menggenggam sendok, seakan hendak menyuapi Catleya. 

Catleya melirik sekitar, merasakan beberapa pasang mata menatapnya dan Rajendra dengan senyuman. Mendapati hal itu membuat Catleya sedikit malu.

"Tapi semua orang melihat kita, Jendra,” bisik Catleya. 

"Memangnya kenapa? Kita sekarang sudah menjadi suami istri, tidak ada yang salah. Lagipula hari ini kita menjadi raja dan ratu, tidak usah menghiraukan orang lain," tutur Rajendra. 

Pemuda itu tersenyum manis, melihat Catleya malu-malu seperti itu membuat Rajendra merasa gemas. 

"Ayo makan, biar aku yang menyuapi Mbak Leya," lanjutnya.

Pada akhirnya Catleya menerima saja suapan dari Rajendra, karena tidak bisa dipungkiri wanita itu memang sedang lapar. Bertatapan langsung dengan Rajendra membuat Catleya mengabaikan tatapan tamu yang ada di sana. Mendapatkan perhatian kecil dari sang suami membuat hati Catleya tersentuh. Sungguh Rajendra selalu paham dengan isi pikirannya tanpa ia perlu mengatakan apa pun.

* * *

Setelah pesta yang begitu panjang tadi, akhirnya Catleya, Rajendra, Nyonya Nandini, dan Bi Ijah pulang lebih dulu. Meskipun pesta di balai desa belum berakhir, mereka sudah terlalu lelah untuk berada di sana, terutama Catleya yang tak sanggup lagi untuk bertahan.

"Huh! Aku rasanya ingin langsung tidur, Ma," ucap Catleya saat baru saja sampai di rumah Rajendra. 

Wanita itu langsung duduk bersandar di sofa ruang tamu. Sedangkan Rajendra pamit lebih dulu untuk masuk ke dalam kamar. Wajah pemuda itu juga terlihat letih dan ingin segera beristirahat. 

"Kalau begitu kamu cepat ganti baju di kamar," sahut Nyonya Nandini.

"Iya, Ma. Bi Ijah, bisa tolong bantu aku untuk membuka kancing belakang kebaya ini?" 

Catleya berdiri dari posisi duduknya dan mendekati Bi Ijah. Perempuan paruh baya itu langsung mengiyakan permintaan Catleya, tetapi Nyonya Nandini segera menahan tangannya. 

"Kenapa, Nyonya?" tanya Bi Ijah bingung.

"Bi Ijah ini gimana, biarin saja Leya minta tolong ke suaminya untuk melepas bajunya. Masa Bi Ijah mau ikut ke dalam kamar pengantin baru?" jawab Nyonya Nandini dengan nada bicara yang sedikit menggoda.

Menyadari hal itu, Bi Ijah langsung membulatkan mulutnya. 

"Maaf, Non. Apa yang dikatakan Nyonya benar, 'kan di kamar udah ada Jendra."

Catleya yang mendengar hal itu hanya bisa tertegun, dia tidak menyangka pikiran dua wanita paruh baya itu bisa sangat jauh. Mana mungkin dia meminta bantuan kepada Rajendra untuk hal pribadi semacam ini. Namun, jika dia membantah perkataan Nyonya Nandini, sudah pasti ibu tirinya itu akan curiga.

Karena tak ada pilihan lain, Catleya terpaksa masuk ke dalam kamar yang ditempati Rajendra. Tatkala membuka pintu, Catleya disambut oleh harum semerbak bunga melati yang menghiasi sisi ranjang. Wanita itu sampai tidak bisa berkata-kata. Entah siapa yang menghiasi kamar pengantinnya jadi seindah ini. Catleya bahkan merasa bagaikan seorang putri ningrat yang akan merayakan malam pertama bersama sang suami. 

"Mbak Leya mau mandi atau ganti baju dulu?" tanya Rajendra. Laki-laki muda itu ternyata sudah melepas seluruh atribut pengantin yang ia pakai. Sekarang, Rajendra mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu dan celana hitam selutut. Memakai baju rumahan seperti ini, justru membuat otot-otot lengan Rajendra terlihat jelas di mata Catleya. 

"A-aku mau melepas aksesoris rambut dan menghapus riasanku dulu,” ujar Catleya gugup.

Dia merasa sangat aneh karena berduaan dengan Rajendra di dalam kamar yang suasananya begitu romantis. Alhasil, Catleya terburu-buru melepas sanggulnya, hingga salah satu jepit rambutnya tersangkut. Catleya pun berusaha keras menarik jepit itu, tetapi tiba-tiba ia merasakan tangan Rajendra menyentuh helaian rambutnya. 

“Biar saya bantu,” tutur Rajendra. 

Deg!

Related chapters

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Malam Pengantin

    “Terima kasih,” lirih Catleya. Berkat bantuan dari Rajendra, sanggulnya kini sudah terlepas dengan sempurna. Tanpa diminta, Rajendra juga membukakan kancing di bagian belakang kebaya Catleya. Setelahnya, pria itu memilih duduk di tepian ranjang sembari mengecek ponselnya. Suasana di dalam kamar begitu sangat canggung. Baik Rajendra maupun Catleya tidak tahu harus membuat obrolan seperti apa. Terlebih, jantung Catleya sama sekali tidak bisa berdetak dengan normal. Dari balik kaca rias, ia merasa setiap gerakannya seakan diperhatikan oleh Rajendra. “Emmm, Jendra, aku mandi dulu,” ucap Catleya memecah keheningan. Karena tak tahan dengan kecanggungan yang ada, Catleya memutuskan untuk membersihkan diri dan berganti baju di dalam kamar mandi. “Iya, saya juga pamit ke peternakan ayam dulu, Mbak,” pamit Rajendra. "Kenapa?" tanya Catleya bingung. Kenapa juga harus ke peternakan di kala matahari sudah tenggelam. "Memang sudah seharusnya begitu, peternakan harus tetap dipantau meskipun ma

    Last Updated : 2023-10-27
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Akhirnya Satu Kamar

    “Tenang saja, Mbak, itu pasti salah satu pegawai saya. Mbak tunggu di sini, saya akan periksa ke depan,” ucap Rajendra lantas melangkah pergi. Dengan wajah tegang, Catleya pun menunggu Rajendra kembali. Perempuan itu baru bisa bernapas lega tatkala melihat Rajendra datang bersama seorang pria berusia empat puluh tahunan. Dari gestur tubuhnya, tampak bahwa lelaki tersebut sudah mengenal Rajendra dengan baik. “Ini Pak Yadi, pengawas kandang. Dia kemari untuk tugas jaga malam,” kata Rajendra memperkenalkan pria itu kepada Catleya. “Selamat malam, Bu, maaf kalau kedatangan saya buat Ibu kaget. Saya baru saja selesai membersihkan balai desa bersama warga,” kata Pak Yadi sembari menunduk hormat. “I-iya, Pak, tidak apa-apa,” jawab Catleya merasa malu sendiri. Memang dirinya yang terlalu penakut hingga berpikiran macam-macam. “Pak, tolong jaga kandang. Besok sebelum jam tujuh pagi, saya akan datang,” titah Rajendra. Setelah memberikan arahan kepada pegawainya, Rajendra berpaling untuk

    Last Updated : 2023-10-27
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Reproduksi

    Mendengar pengakuan spontan dari Rajendra membuat Catleya tidak dapat menahan tawa. Catleya tidak menyangka masih ada pria sepolos Rajendra di muka bumi. Mana mungkin laki-laki seusia Rajendra tidak mengetahui mengenai hal-hal yang berbau dewasa, kecuali dia benar-benar seorang yang alim. Walaupun tidak pernah melakukan, paling tidak seseorang memiliki pengetahuan lewat buku, artikel maupun film. Di samping itu, Catleya juga tidak percaya bila Rajendra belum pernah berpacaran. Dengan didukung paras tampan dan kantong yang tebal, rasanya mustahil bila tak ada gadis yang berusaha untuk menarik perhatian Rajendra. Merasa ditertawakan, Rajendra menatap heran kepada Catleya. "Apa ucapan saya tadi lucu, Mbak?" Catleya tidak langsung menjawab, karena wanita itu masih berupaya mengendalikan tawanya. Beginilah resiko bila menikah dengan lelaki yang masih bocah biarpun secara fisik sudah terlihat dewasa. Sebagai pihak yang lebih tua, ia harus bisa memahami sisi kekanak-kanakan dalam diri

    Last Updated : 2023-10-30
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Tamu

    “Jendra….” lirih Catleya. Sengaja Catleya memanggil Rajendra dengan suara lirih untuk mengetes apakah suaminya itu sudah tidur atau belum. Tak ada sahutan yang terdengar dari lelaki itu, pertanda bahwa ia telah terbang ke alam mimpi. Ternyata Rajendra termasuk tipe orang yang mudah sekali terlelap hanya dalam hitungan menit. Berbeda dengan dirinya yang sulit memejamkan mata bila di sebelahnya ada orang lain. “Sebenarnya dia tidur atau hanya pura-pura?” gumam Catleya bermonolog.Merasa penasaran, Catleya beringsut mendekat kepada Rajendra. Dengan bertumpu pada sikunya, perempuan itu mengintip sang suami. Kedua kelopak mata pemuda itu terkatup rapat tanpa adanya pergerakan sama sekali. Catleya mencoba untuk mengamati Rajendra lebih dekat. Namun, ia malah menjadi gagal fokus saat memperhatikan bentuk wajah, alis, hidung, dan bibir suaminya. Sungguh, seorang lelaki tampan dalam kondisi apa pun tetaplah tampan, bahkan saat ia memejamkan mata. Barangkali jika Catleya bisa melukis, maka

    Last Updated : 2023-10-31
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Lalat Pengganggu

    Mendengar itu, Meliana justru memasang ekspresi prihatin sembari melipat tangannya di depan dada. "Kami datang jauh-jauh untuk memberimu ucapan selamat, Kak. Setahuku pengantin baru biasanya penuh kebahagiaan, tetapi kenapa wajahmu masam begitu? Apa kamu mengalami stress berat setelah menjadi wanita desa?” sarkasnya. Sekilas Catleya melihat Adrian menyenggol lengan Meliana agar berhenti bicara. Tindakan Adrian tidak membuat Catleya tersentuh sama sekali. Justru ia ingin menunjukkan kepada lelaki itu bahwa seorang Catleya Wiryawan bisa membela diri tanpa membutuhkan bantuan dari siapapun. “Aku tadi bangun pagi dengan wajah berseri-seri. Tetapi mood-ku langsung hancur saat ada dua lalat pengganggu yang beterbangan di rumahku. Selain bau busuk, lalat itu terus mendengung di telingaku. Aku berencana untuk menggeplaknya dengan raket listrik supaya lalat itu berhenti mengganggu kebahagiaanku,” tandas Catleya menekan setiap kalimatnya. Kini wajah Meliana memanas. Namun, perempuan itu

    Last Updated : 2023-11-01
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Gara-gara Wortel

    “Saya memang butuh bantuan dari Mbak Leya, tetapi bukan sekarang. Nanti Mbak Leya juga akan tahu kalau waktunya sudah tiba,” jawab Rajendra penuh teka-teki. Catleya terdiam. Namun, ia mencoba tak ambil pusing dan mengangguk. Mungkin, suaminya ini memang butuh waktu.***** “Jendra, apa kamu akan ke peternakan lagi?” tanya Catleya mengikuti langkah Rajendra yang berjalan menuju dapur. Jika pemuda itu sudah tidak disibukkan oleh pekerjaan, Catleya berencana akan bicara mengenai kepulangannya. Dia juga akan memesan tiket bus agar secepat mungkin bisa meninggalkan desa Purwabinangun. Catleya bertekad untuk mengurus keperluannya sendiri agar tak selalu merepotkan Rajendra. “Iya, dua jam lagi saya akan kembali ke kandang untuk mengawasi penyuntikan vaksin. Mungkin saya pulang agak malam,” kata Rajendra sembari mencuci tangannya dengan air sabun. “Ayam juga perlu divaksin?” tanya Catleya heran. Catleya memang tidak tahu-menahu cara memelihara hewan yang menjadi makanan favorit sebagi

    Last Updated : 2023-11-03
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Kabar Penting dari Kantor

    Dalam beberapa detik, Catleya mengerjap-ngerjapkan mata lantas mencubit tangannya sendiri di bawah meja. Ketika merasakan kulitnya tertarik, barulah Catleya yakin bahwa ia tidak bermimpi di siang bolong. Ternyata dewi fortuna sedang berpihak kepadanya hingga Rajendra tiba-tiba mendapat pekerjaan di kota! Meski senang bukan kepalang, Catleya lantas berpikir keras. Bila Rajendra turut serta pindah ke Jakarta, artinya mereka akan tinggal serumah lagi. Bukannya dia benci kepada Rajendra, tetapi Catleya tidak ingin terbawa perasaan jika serumah terus dengan sang suami. Pasalnya dengan jurang perbedaan usia yang cukup jauh, tidak mungkin bagi mereka untuk menjalani pernikahan sungguhan. Di samping itu, Rajendra nampaknya lebih tertarik mengurusi ayam dibandingkan memikirkan masalah cinta...? “Apa kamu akan bekerja di perusahaan peternakan juga? Lalu bagaimana dengan usahamu sendiri di desa ini?” tanya Catleya penasaran. “Pekerjaan saya tidak ada hubungannya dengan ayam, Mbak. Soal pe

    Last Updated : 2023-11-05
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Tidak Mungkin Jatuh Cinta

    Bukannya ikut bersemangat, Catleya justru menguap lebar. Kedua kelopak matanya mendadak terasa berat dan minta untuk dipejamkan dengan segera. Mungkin ini merupakan efek samping dari perutnya yang sudah kekenyangan. Atau bisa jadi dia terlalu bosan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh Ineke.“Ley, kamu masih mendengarkan aku?” tanya Ineke merasa diabaikan.“Sorry, aku tiba-tiba ngantuk banget, Ke,” jawab Catleya sambil menguap untuk kedua kalinya.“Ish, bisa-bisanya menguap di saat aku bicara serius denganmu. Aku sumpahin kamu nanti jatuh cinta dengan CEO baru kita,” sembur Ineke.“Itu tidak mungkin terjadi, karena kami beda alam,” jawab Catleya sekenanya. Mana mungkin dia bisa jatuh cinta sedangkan melihat rupa CEO saja belum pernah. Seandainya suatu hari mereka tak sengaja berpapasan di lobi atau lift, paling hanya dianggap angin lalu saja. Mustahil ada adegan jatuh terpeleset atau tabrak-menabrak yang berujung cinta, seperti dalam serial drama. Itu semua hanyalah imajinasi

    Last Updated : 2023-11-06

Latest chapter

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Cinta Tulus - Bahagia Selalu (END)

    Esok harinya Rajendra dan Catleya berangkat ke desa Purwabinangun untuk berbulan madu. Begitu mereka tiba, kepala desa dan seluruh warga menyambut Rajendra dengan hangat. Mereka merasa gembira lantaran sang juragan peternakan ayam akhirnya kembali, pasca meninggalkan desa cukup lama.Setelah beramah tamah sebentar dengan warga, Rajendra mohon diri untuk membawa Catleya beristirahat di rumah. Semula Catleya mengira bahwa rumah itu akan terlihat kotor dan berbau apek karena sudah lama tidak dihuni. Namun dugaannya ternyata keliru. Begitu pintu terbuka, Catleya terkejut melihat rumah bercat hijau itu terlihat rapi dan bersih. Ia juga disambut oleh Isti dan Irma, gadis kembar yang dulu menjadi perias pengantinnya. Nampaknya, Rajendra menugaskan kedua gadis itu untuk merawat dan menjaga rumahnya selama mereka tidak ada. “Mbak Leya sedang hamil. Sudah berapa bulan, Mbak?” Isti memandang perut Catleya yang membuncit dengan mata berbinar.“Lima bulan, Isti,” kata Catleya.“Mbak Leya dan Pak

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Resepsi Pernikahan Meriah

    Catleya sudah bersIap-siap pergi ke butik untuk melakukan fitting baju. Hari ini, Catleya pergi dengan ditemani oleh Ineke, karena sahabatnya itu sedang cuti. Setibanya di tempat tujuan, Ineke langsung bergerak aktif bersama para pegawai butik untuk memilihkan gaun bagi Catleya. Sementara itu, sang ibu hamil hanya berdiri sambil melihat kesibukan mereka. Dalam hal ini, Catleya berperan sebagai manekin yang bertugas mencoba gaun. Rasanya bagaikan mimpi ketika Catleya memandang dirinya di depan cermin. Sebuah gaun putih berenda mawar, dengan ekor panjang yang menjuntai membalut tubuhnya. Persis seperti imajinasinya semasa kecil, bahwa ia akan berpakaian seperti putri raja dan menikah dengan seorang pangeran. Dan pangeran tersebut tak lain adalah Rajendra Aryaguna, lelaki yang mendadak hadir dalam hidupnya tanpa disangka-disangka. “Setelah ini, kita akan ke mana? Belanja ke mall, perawatan ke salon, makan di kafe, atau nonton film?” tanya Ineke pasca urusan di butik sudah selesai. “Ki

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Pelangi Sehabis Badai

    Bibir Catleya berubah sepucat kertas takala mendengar kabar duka itu. Cairan bening berdesakan di kedua sudut matanya. Pasalnya, sejahat apa pun perilaku Nyonya Nandini dan Meliana, tetap saja mereka pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Bahkan, selama ini ia telah menganggap Nyonya Nandini sebagai ibu kandung sendiri.“Halo, Non. Apa Non Leya masih mendengar suara saya?” tanya Bi Ijah dari seberang telepon.“I-iya, Bi. Tolong tanyakan, di rumah sakit mana Mama Nandini dirawat,” kata Catleya dengan suara parau.“Sebentar, Non.”Terdengar suara langkah kaki Bi Ijah yang menjauh, disertai sayup-sayup percakapannya dengan petugas kepolisian. Tak berselang lama, Bi Ijah kembali untuk memberitahukan informasi yang berhasil dia dapatkan. “Kata Pak Polisi, Nyonya Nandini ada di IGD rumah sakit Premier, Non.”“Baik, Bi, terima kasih. Aku dan Jendra akan ke sana sekarang,” ucap Catleya sebelum memutus sambungan telepon. Bersamaan dengan itu, Rajendra datang dengan membawa namp

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Tak Mau Kehilanganmu

    “Mama!”Catleya berteriak di dalam tidur karena memimpikan ibu kandungnya berjalan pergi bersama Nyonya Nandini. Merasa sedih sekaligus takut, perempuan itu meraih guling yang ada di sampingnya dan memeluknya dengan erat. Anehnya, guling tersebut terasa lebih besar dan hangat seakan memiliki nyawa.“Eummm, jangan tinggalkan aku,” racau Catleya. “Aku tidak akan meninggalkan kamu, Sayang.”Mendengar suara bariton yang menjawabnya, Catleya serasa terlempar kembali ke dunia nyata. Kelopak matanya mengerjap sebelum akhirnya terbuka perlahan. Seolah tak percaya, Catleya mengusap mata beberapa kali. Berusaha menajamkan penglihatan, supaya tidak salah mengenali benda. Siapa tahu mimpi buruk tadi telah membuat dirinya mengalami halusinasi berlebihan. “Kenapa guling bisa berubah menjadi Jendra?” tanya Catleya bingung. Dalam sepersekian detik, Catleya bersitatap dengan netra hitam milik sang suami. Entah mengapa perwujudan dari imajinasinya saat ini benar-benar nyata.Catleya pun mengulurkan t

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Anak Durhaka

    “Biarkan Mama ikut denganmu, Mel. Mama akan selalu menemani kamu, ke mana pun kamu pergi,” kata Nyonya Nandini berusaha meluluhkan hati Meliana. Bagaimanapun, dia tidak akan membiarkan putrinya pergi seorang diri. Apalagi, Meliana saat ini sedang dirundung keputusasaan yang mendalam. Melihat ibunya terus memohon, Meliana akhirnya membuka pintu mobil. Setelah Nyonya Nandini masuk, perempuan itu langsung menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Yang diinginkan Meliana hanyalah melampiaskan amarah yang sedang membakar dirinya, dengan cara mengemudi secara ugal-ugalan. Catleya hanya bisa memandang kepergian ibu dan adik tirinya dengan tatapan nanar. Ia bingung harus berbuat apa saat ini. Di satu sisi, ia mencemaskan kondisi Meliana dan Nyonya Nandini, tetapi di sisi lain hatinya masih terlalu pedih untuk bertatap muka lagi dengan mereka. Terlebih, bayi dalam rahimnya hampir saja celaka gara-gara ulah sang adik tiri. “Ayo, masuk, Non. Sebaiknya Non Leya istira

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Playing Victim

    Meski harus melanggar pesan dari Rajendra, Catleya bertekad untuk mendatangi Nyonya Nandini. Hanya saja, dirinya saat ini sedang dijaga ketat oleh para pelayan. Jika ia nekat keluar dari apartemen, mereka pasti akan mengadu pada Rajendra. Oleh karena itu, ia harus mencari cara supaya diizinkan pergi seorang diri. Setelah berganti pakaian dan mengambil tas, Catleya pun berjalan mengendap-endap dari kamarnya. Namun, salah satu pelayan yang sedang membersihkan ruang tamu mengetahui pergerakannya. “Nyonya, mau ke mana? Tuan Muda berpesan agar Nyonya istirahat di kamar,” tegur pelayan itu. Pelayan yang satu lagi juga menghentikan pekerjaannya di dapur dan menghampiri Catleya.“Saya sedang merindukan mama saya, Mbak. Saya akan berkunjung ke rumahnya sebentar,” bohong Catleya. “Kalau begitu kami akan menelepon Tuan Muda dulu untuk meminta izin,” kata salah satu pelayan.“Jangan, Mbak, suami saya sedang ada urusan penting, tidak bisa diganggu. Lebih baik Mbak berdua tetap di apartemen untu

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Saling Mendendam

    Pagi hari, Catleya langsung merengek kepada Rajendra agar mengurus kepulangannya. Tentu saja, Rajendra menuruti keinginan sang istri meski dia tidak melakukan sendiri. Ada Rama yang siap sedia menangani urusan administrasi rumah sakit, sedangkan Rajendra lebih memilih berduaan dengan Catleya.Setibanya di apartemen, dua orang pelayan yang diutus Nyonya Tiara sudah menantikan kedatangan Catleya. Mereka yang akan ditugaskan melayani Catleya, selama Rajendra berada di kantor. Sebelum berangkat, Rajendra pun mewanti-wanti para pelayan itu agar tidak lalai dalam menyiapkan segala keperluan Catleya.Sementara Catleya hanya memperhatikan dari sofa sambil geleng-geleng kepala. Dia merasa heran melihat perubahan drastis pada diri sang suami. Siapa sangka Rajendra yang dulu irit bicara, sekarang bisa mengucapkan kalimat panjang tanpa jeda, mirip seorang ibu mertua yang sedang mengomeli menantunya.“Jangan lupa siapkan vitamin dari dokter setelah Catleya makan siang,” pesan Rajendra.“Baik, Tuan

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Romantis sampai Tua

    Rajendra yang sedang menemani Catleya di rumah sakit, mendapat telepon dari Tuan Rinto. Pengacara sekaligus sahabat mendiang ayahnya itu memberikan kabar bahwa pihak yang berwajib sudah mendatangi rumah Ibrahim. Hampir saja pria paruh baya tersebut melarikan diri ke Amerika, tetapi kepergiannya berhasil dicegah.“Apa sekarang Om Ibrahim sudah diamankan?” tanya Rajendra memastikan.“Iya, Jendra. Ibrahim sudah ada di kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan. Om akan terus mengikuti perkembangan penyelidikan kasus ini,” kata Tuan Rinto.“Terima kasih, Om. Kalau memang aku perlu datang ke sana, tolong kabari aku secepatnya.”“Baik, Jendra.”Setelah percakapan itu berakhir, Rajendra meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia bermaksud hendak menemani Catleya yang sedang tertidur. Namun tidak sampai lima menit, ponselnya bergetar-getar. Melihat nama Bintang di layar, Rajendra segera menekan tombol hijau. Ia sama sekali tidak terkejut bila kakak sepupunya itu menelepon, karena ia sudah menebak

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Kebenaran yang Menyakitkan

    Kedua perempuan beda usia itu berpelukan dalam haru. Pipi Catleya ikut basah oleh air mata, tak mengira bila ia akan bertemu lagi dengan pembantu sekaligus pengasuhnya semasa kecil.Setelah melepas rindu satu sama lain, mereka pun duduk di kursi dengan posisi saling berhadapan. Mbok Tami berusaha menghentikan tangisnya, sebab dia sudah mengetahui tujuan Catlleya mengunjunginya kali ini.“Non, Mbok Tami benar-benar minta maaf atas kesalahan Mbok selama ini. Mbok tidak bermaksud untuk mendukung perbuatan buruk Nyonya Nandini,” kata Mbok Tami dengan suara parau.“Perbutan buruk apa, Mbok?” tanya Catleya dengan mata terbeliak.“Nyonya Nandini yang sudah menyebabkan Nyonya Sofia mengalami serangan jantung, Non,” Ucapan Mbok Tami terputus lantaran sesak yang menghimpit rongga dadanya. “Saya sudah berusaha mencegah Nyonya Sofia, tapi akhirnya dia melihat Nyonya Nandini dan Tuan Wirya di kamar. Mereka bertiga bertengkar hebat. Nyonya Nandini justru menghina Nyonya Sofia. Dia bilang Tuan Wiry

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status