Share

Bab 49

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-02 17:00:46

"Semua ini terjadi seperti beberapa bulan lalu, dan bodohnya... Hahaha," Ann terkekeh saat tiba di parkiran kantor.

Ia tergopoh-gopoh saat berlari keluar, nafasnya tersengal-sengal.

"Ini benar-benar gila!" umpatnya.

Dari belakang, Ann mendengar suara Sena berteriak memanggil namanya. Perduli setan, ia tidak ingin lagi mendengar apa pun.

"Ann, kamu gak papa?" tanya Sena saat melihat Ann terduduk diam.

"Kamu bisa melihatku tanpa harus bertanya 'kan?" ketus Ann.

"Sayang, ayo aku obati kakimu. Setelah itu kita pulang," ajak Sena dengan meraih tangan Ann.

"Basi, aku bisa pulang sendiri. Untuk apa aku pulang bersamamu. Sudah, kamu tidak ada bedanya dengan bajingan itu!" pekik Ann.

Sena menghela nafas gusar, ia ikut terduduk di parkiran. Menatap nanar wajah istrinya yang penuh dengan kekesalan.

"Kamu percaya sama aku?" tanya Sena lembut.

"Tidak lagi!" pekik Ann.

Ia beranjak begitu saja, memberhentikan taxi dan meninggalkan Sena sendirian.

"Keluarga Adi mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 50

    "Selamat datang, Sayang. Ini apartment milikmu!" seru Sena saat keduanya tiba di apartment. Ann melangkah masuk ke dalam, interiornya memang sangat memanjakan mata. Ia saja langsung suka pada dekorasinya. Definisi tempat yang sangat nyaman. "Kenapa tiba-tiba memberikan apartment?" tanya Ann. "Kalau kamu suntuk dan tidak ingin pulang ke rumah, tempat ini bisa menjadi tempat yang nyaman untukmu," ucap Sena dengan senyuman. "Oh, oke. Aku mau tidur!" tegas Ann. Entah langkahnya ke mana, ia hanya melenggang ke sembarang arah. "Ann, kamarnya di sebelah sini," tunjuk Sena Padaa satu ruangan yang tidak jauh dari ruang tamu. 'Sialan!' umpat Ann dalam hatinya. Ann berjalan menuju tempat yang ditunjuk Sena, matanya membelalak saat Sena mengikuti langkahnya. "Ini kamarku, kenapa kau juga masuk ke sini?" tanya Ann dengan ketus. "Hehehe, hanya ada satu kamar di apartment ini," dengan mengulas senyumnya. Mendengar itu, Ann hanya bisa pasrah. Memang Sena membeli ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 51

    "Dewi memintaku untuk membantu membenarkan lampu di kamar, aku tidak nyaman dan pergi meninggalkannya dengan emosi," terang Sena. Sorot matanya tajam, ia tidak sedang berbohong pada Ann. Kejujurannya patut diapresiasi kali ini, bagaimana tidak? "Apa kamu masih marah padaku, Ann?" tanya Sena. "Seharusnya tidak, tapi ... Aku tidak bisa mudah percaya padamu, Sena. Terlepas dari ucapanmu itu jujur atau berbohong, aku ... Aku tidak bisa percaya," ucapnya. Langkahnya meninggalkan dapur dan kembali ke kamar. Sena hanya tersenyum, mie buatannya habis. Setidaknya, jika Ann terlelap ia sudah makan dengan kenyang. [Arka, bagaimana keadaan di kantor?] Sena. Setelah mengirimkan pesan, ia menyusul istrinya di kamar. Ternyata benar tebakan Sena, Ann merebahkan tubuhnya di kasur. Memejamkan matanya yang indah itu, dan kini ia mengambil tempat di samping istrinya. "Wanita sepertimu, seharusnya mendapatkan yang terbaik dalam hidup, Ann!" gumamnya. Matanya membelalak, bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 52

    "Sena, bangun!" bisik Ann. Amarahhya sedikit mereda, tapi tidak sepenuhnya percaya juga. "Aku lusa harus ke luar kota, Ann," ucapnya lirih. "Ya, aku akan tinggal di rumah ayah untuk sementara. Tapi ... sepertinya aku lebih aman ada di sini," ucap Ann. Sena perlahan mengerjapkan matanya, samar ia menatap istrinya yang kini hanya terdiam. Cahaya matahari yang menembus kamar tidur keduanya. "Aku suka dengan apartment ini, terima kasih. Tapi ... aku masih belum percaya padamu, Sena," tutur Ann. Mata coklat itu menelisik ke luar, ragu! Perasaannya cukup mengguncang ketenangan dirinya. "Aku akan berusaha membuatmu percaya, kalau kamu ingin tinggal di sini selama aku di luar kota. Aku tidak masalah, dan bahkan aku senang jika kamu tinggal di sini ...," Sena menjeda ucapannya. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. "Apa kamu tidak ingin aku di rumah ayah?" tanya Ann dengan menatap nyalang ke arah suaminya. "Ya, aku tidak bisa mempercayai mereka," ucap Sena jujur. Lengkunga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 53

    "Pria gila!" ujar Dewi tatkala melangkah keluar meninggalkan kantor Sena. Hari ini semuanya terlihat kacau, Adi yang memanggilnya secara tiba-tiba. Ratih yang suka mengomel, dan ... Rafael yang terlihat mulai bermain di belakang. "Ada apa dengan hari ini?" tanya Dewi berulang kali. Ia memberhentikan taxi, niatnya untuk pergi sejenak menghindari Ratih. "Semoga apa yang aku dengar itu salah, mana mungkin Mas Rafael melakukan itu," gumam Dewi. "Nona, kita sudah sampai," ucapnya. "Terima kasih." Setibanya di cafe, ia duduk dengan nyaman di sudut ruangan. Matanya menelisik, sejenak ia teringat masa ia masih kecil dan hidup miskin. "Dulu aku bermimpi bisa duduk di sini," gumamnya dengan tatapan kosong. "Permisi!" ujar seorang di hadapan Dewi. Matanya membelalak lebar tatkala mendapati seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya. "Ya!" seru Dewi. "Boleh saya duduk di sini?" ucapnya dengan mengulas senyuman. "Silakan, saya juga sendiri," Tanpa memikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 54

    "Arghhh!" teriak Dewi kian mengeras. "Dewi!" Seno berlari saat melihat Dewi terhuyung. Tanpa ragu ia menggendong tubuh istri rekan kerjanya, membawanya ke rumah sakit terdekat. "Aku harap dia tidak apa-apa," ucap Seno. Setibanya di rumah sakit, ia langsung menyerahkan Dewi pada perawat. Membiarkan tubuh Dewi diperiksa. Satu jam berlalu, ia masih dengan perasaan cemas. "Apakah bapak suami pasien?" tanya dokter yang baru saja keluar ruangan IGD. "Bukan, Dok. Saya teman suaminya, kebetulan tadi kami bertemu di cafe," papar Seno. "Baiklah, mari Anda ikut saya," titah Dokter. Seno hanya mengikuti langkah dokter, hingga ia tiba di sebuah ruangan dengan nuansa putih. "Jadi, Nyonya Dewi tidak apa-apa, hanya ada kontraksi palsu dan ia tidak bisa menahan sakitnya. Itu membuat dia pingsan, istirahat dan mengurangi stress kuncinya. Usahakan saat hamil tidak stres," terang Dokter bernama Lina itu. "Baik, Dokter. Apa Dewi sudah siuman?" tanya Seno. "Mungkin seben

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 55

    "Dan ... apa, Sena?" tanya Ann menajamkan tatapannya. "Lihat, itu bukannya Rafael ya, Ann?" Sena menunjuk ke satu arah. Membuat Ann mengikuti arah pandang Sena, matanya menajam tatkala melihat seorang pria yang cukup ia kenal. Bahkan, perawakannya sangat Ann kenal, hingga ia tertegun. "Dia sama wanita lain?" tanya Ann dengan sigap menutup mulutnya. "Siapa ya? Bagaimana bisa ia bersama wanita lain saat istrinya hamil?" Sena bertanya-tanya. Ann menatap Sena tajam, ia menarik wajah Sena menghadap dirinya. "Tutup mata, tutup telinga. Gak usah dilihat atau apa pun, itu urusannya sama istrinya. Kita gak usah ikut campur ya, Sayang," ucap Ann dengan menutup telinga Sena. Pipinya menghangat, kalimat yang keluar dari mulut Ann membuat Sena tersenyum manis. "Kamu hari ini makan apa, Sayang?" tanya Sena. Hah? Ann hanya bisa menatap Sena dengan bingung, masalahnya pagi ia dan Sena sarapan bersama. Mana mungkin Sena tidak tahu. "Kamu aneh banget, aku sarapan sama

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 56

    "Selamat pagi, Sayang!" sapa Rafael. Ia baru saja masuk ke kamar, matanya menelisik pada Dewi yang masih terlelap. 'Dasar wanita bodoh!' batinnya. Ia hanya membutuhkan partisipasinya untuk mendapatkan Ann kembali. Persetan perasannya dan segala hal tentang Dewi Rafael tidak peduli. "Si-siapa? Kenapa kau datang kembali, Rafael!" hardik Dewi. Ia mendorong keras tubuh Rafael tanpa memedulikan raut kaget pria itu. Tatapan tajamnya seolah siap menusuk bak belati yang tajam. "Sayang, ada apa?" tanya Rafael dengan tatapan aneh. "Ada apa katamu? Masih pantaskah kau ada di sini, setelah kau bergumul dengan wanita lain? pria gila!" pekik Dewi dengan suara kian mengeras. "Dewi, apa maksudmu? jujur aku tidak paham dengan jalan pikiranmu kali ini, katakan apa yang salah dariku?" tanya Rafael. "Hahaha, bukan apa-apa, Sayang. Kenapa wajahmu panik sekali?" Dewi mengulas senyum manisnya. Menatap suaminya dengan wajah penuh keterkejutan. "Ah ... aku kira kamu kenapa, De

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 57

    "Apa maksudmu, Antasena Gaharu?!" hardik Adi dengan berdiri secara tiba-tiba. "Lihatlah keluarga Anda sekarang, apakah layak seorang ayah membiarkan anaknya di ... Mungkin Anda harus melihat sendiri. Saya pamit, sepertinya lain kali saja kita bahas ini, Pak Adi," papar Sena dengan senyuman tajam. "Kurang ajar!" pekik Adi keras. Adi ingin sekali memaki menantunya satu itu, tapi apa dayanya? "Maaf, Pak Adi," ucap Sena seraya melambaikan tangan. Saat Sena memasuki ruang tamu, Ann menatapnya dengan tajam. Penuh tanya dalam benak Sena, apa yang terjadi pada istrinya? "Ibu, Dewi, kami pamit dulu!" ucap Sena dengan mengulas senyuman. "Lihatlah, Bu. Mas Sena sangat tampan ya!" ucap Dewi dengan berbisik pada Ratih. "Iya, dan sangat kaya! Kenapa kamu dulu memilih Rafael yang sebenarnya kere sih!" hardik Ratih dengan kesal. "Ya siapa suruh 'kan, dulu ibu yang nyuruh kok aku yang salah!" Dewi beranjak dengan mengomel. Kesal rasanya mendengar ucapan Ratih, ia yang menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 93

    Ratmi berjalan dengan gusar, setelah kepergian Sena dan Arka. Ia semakin tidak tega dengan Ann. "Ann," panggilnya. "Iya, Bu. Ada apa ya? Apa Sena sudah pulang?" tanya Ann memberondong. "Sudah, dia pria yang baik kelihatannya. Apa mualmu sudah mendingan, Nak?" tanya Ratmi. Ann hanya mengangguk pelan, dengan senyuman yang masih mengembang pada bibirnya. "Bu, apa yang aku lakukan ini salah?" tanya Ann. "Tidak, Ann. Laki-laki memang harus diberi pemahaman lebih agar dia mau berjuang. Jika kamu dengan mudah kembali dengannya, ia akan melakukan kesalahan yang sama," jelas Ratmi. Ratmi menggenggam tangan Ann dengan lembut. Mengusapnya secara perlahan, memberikan kekuatan pada gadis rapuh di hadapannya. "Baiklah, Bu. Aku akan beristirahat lebih cepat malam ini," ucap Ann. Raut wajahnya berubah, rona yang biasa Ratmi lihat kini telah berubah menjadi rona bahagia. Jiwa Ann seolah menemukan ketenangannya. "Ann, tunggu, apa kamu merindukan Sena?" tanya Ratmi. "Hehe

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 92

    Sesuai dengan perkataan ibu Ratna, Sena dan Arka bergegas menuju rumah di ujung desa itu. "Kau yakin Ann akan menemuiku?" tanya Sena dengan raut penuh tanya. "Ya, saya menjaminnya, Tuan muda!" tegas Arka. "Oke." Ketukan pintu Sena layangkan pada pintu kayu yang terlihat tidak layak. Helaan nafas panjang saat menunggu respon dari pemilik rumah. "Lihatlah, tidak ada jawaban apa pun!" ujar Sena. "Bersabarlah sedikit, Tuan muda." Kini, Arka berjalan mendekati pintu, tangannya mengetuk dengan perlahan. "Permisi, Bu Ratmi," Arka sedikit meninggikan suaranya. Tidak lama dari itu, suara kaki yang melangkah mendekati pintu. "Oh kamu lagi, duduklah di teras!" titahnya. Sena mengernyitkan sebelah alisnya, "Benar-benar ya, aku bukan siapa-siapa di sini," ungkapnya lirih. "Silakan duduk, Tuan muda," ucap Arka. Beberapa kali ia menatap jam tangan yang melingkar, sudah 10 menit dari kepergian Ratmi. Tapi, Ann tidak kunjung keluar. Alih-alih Ann, sekarang mal

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 91

    "Mbak Ann, ada beberapa pria nyari kamu," bisik Ratna. Ann mendongak pada gadis kecil di hadapannya, "Siapa, Ratna?" tanya Ann. Ratna menggeleng, ia hanya menarik lengan Ann untuk ikut dengannya. "Itu, Mbak. Om-om tampan itu yang mencari mbak," jemari kecilnya menunjuk seorang pria di halaman. Detak jantung tidak beraturan, nafas yang tersengal-sengal. Tahu dari mana dia jika Ann ada di sini? "Mbak, aduh!" seru Ratna tatkala Ann mulai limbung. "Ann!" seru Sena. Tidak sabar untuk segera melihat istrinya, Sena berlari menuju suara gadis kecil yang ia temui di jalan. Tapi, alih-alih dengan gampang ia mendekati Ann, Ratna yang awalnya antusias perlahan memberi jarak.. "Jangan mendekati Mbak Ann! Gara-gara Om, mbak Ann hampir pingsan!" pekiknya keras. "Ratna, Annindita adalah istriku. Kamu belum tahu urusan orang dewasa," elak Sena. "Aku tidak peduli, Om. Silakan pergi!" pekik Ratna kian keras. Sopan santun memang diajarkan oleh Ratmi padanya, tapi kali in

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 90

    Dua bulan berlalu. Ann yang berhasil melewati trimester pertamanya dengan tenang. Bantuan Ratmi sangat penting baginya. "Ann, hari ini kita ke dokter ya," ajak Ratmi dengan mengulas senyum ramah. "Iya, Bu." Sudah selayaknya ibu sendiri, Ann begitu di sayangi oleh Ratmi. Dan sebaliknya, Ratmi sudah menganggap Ann seperti anaknya sendiri. "Bu, aku sudah memasak nasi goreng, ayo sarapan!" ajak Ann. Ratna yang baru saja keluar kamar sontak mendongak, "Mbak masak lagi?" tanya Ratna. "Ya, Ratna. Ayo cuci muka dulu terus sarapan!" ajak Ann. Gadis dengan riang berlari menuju kamar mandi, bergegas mencuci muka dan menyusul ke ruang makan. "Bagaimana keadaanmu, Ann? Tidak ada masalah selama tidur 'kan?" tanya Ratmi. "Sudah baik-baik saja, Bu. Anak ini bisa diajak kerja sama dengan baik," jawab Ann dengan kekehan ringan. "Syukurlah, semalam aku mendengar kamu menangis. Apa yang membuatmu bersedih, Ann?" Ratmi menatap Ann dengan penuh tanya. Meski bukan anak ka

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 89

    "Mbak, bangun!" suara lirih Ratna berhasil membangunkan Ann yang terlelap. Tanpa sadar, ia telah tidur cukup lama. di luar sudah gelap, dan Ratmi terlihat sudah sibuk. "Mbak, ayo makan!" ajaknya. Ann masih terdiam sejenak, memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil setelah ini. "Ya, ayo!" seru Ann setelah menyadari Ratna tidak beranjak. Setibanya di meja makan, Ratmi sudah menyiapkan beberapa makanan dan buah. "Saya tidak tahu mbak bisa makan apa tidak, karena trimester pertama itu sangat sensitif. Kalau gak bisa makan berat, ini ada beberapa buah yang sudah saya potong," papar Ratmi dengan tenang dan ramah. "Bu Ratmi, saya sangat berterima kasih," ucap Ann. Ratmi mengangguk dengan ulasan senyum, "Ya, makanlah, Mbak." Ann hanya bisa memakan beberapa suap, hingga ia harus memaksa makanan itu masuk ke perutnya. Hamil memang bukan perkara mudah, tapi kini Ann harus kuat dengan apa pun yang terjadi. "Bu Ratmi, saya boleh ngobrol sebentar?" tanya Ann. Ur

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 88

    Ann terdiam sejenak setelah membuka mata, ruangan yang begitu asing baginya. Kosong! Tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya. "Buk, Mbaknya sudah sadar!" seruan anak kecil yang nyaring membuat Ann menoleh. Setelah itu, terdengar langkah kaki yang mendominasi, hingga seorang wanita masuk ke dalam ruangan. "Mbak, gimana keadaan kamu?" tanya wanita itu. "Masih sedikit pusing, terima kasih sudah membantuku, Bu. Maaf kalau merepotkan," tutur Ann lembut. Wanita setengah baya itu tersenyum simpul, entah apa yang ada di benaknya. "Maaf jika pertanyaan ini sedikit sensitif, apa mbak sudah menikah?" tanyanya lagi. Ann tertegun, ada apa? Apakah ada seseorang yang mencarinya? "E ... iya, saya sudah menikah. Ada apa ya, Bu?" tanya Ann dengan gugup. Kembali senyum itu tersimpul, "Selamat ya, Mbak. Kamu sudah mengandung 6 Minggu," ucapnya. Seperti tersambar petir, Ann terdiam dalam lamunannya sendiri. "Mengandung? ja-jadi aku hamil?" tanya Ann terbata. "Iy

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 87

    [Hai, Mbak. Aku Ailyn, maaf baru mengirim pesan padamu. Aku istri Mas Sena, jadi maaf jika tadi kamu melihat kami saling bermesraan. Jujur, aku cukup takut jika ada salah paham antara kita. Kalau Mbak berkenan bertemu, tolong hubungi nomor ini ya!] Sebuah pesan dari nomor yang asing bagi Ann, satu persatu kata yang ia baca terasa menyesakkan. Perlahan tangisnya pecah. [Lena, tolong katakan pada Pak Dewa aku akan cuti cukup lama!] Ann. Ann tidak lagi mampu berpikir jernih, ia merasa dirinya hancur berkeping-keping. Sakit dan kalut menyergap dirinya hingga terengah. "Pak, kita pindah tujuan ke bandara saja," tegas Ann. Meski matanya basah, tanpa bekal banyak yang ia bawa. 'Kemana aku harus pergi?' gumam Ann dalam batinnya. Dering telepon yang semakin sering, membuatnya risih. Akhirnya ia membuang kartunya, membiarkan ponselnya kosong. "Capek!" keluh Ann dengan lirih. Batin dan hatinya seolah dipermainkan, badannya cukup lemas. Baru saja merasa bahagia, sekaran

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 86

    "Pagi ini Aisha harus memberikan jawaban 'kan?" tanya Ann dengan menatap Sena. "Seharusnya, iya. Tapi kita tunggu saja kabar dari Arka, aku antar ke kantor ya!" celetuk Sena. Setelah beres sarapan pagi, Ann dan Sena bergegas menuju kantor. Meski pagi ini sedikit gerimis, tidak menyusutkan semangat ke duanya. "Kalau di kantor lagi gak kondusif bilang ya, Sayang. Sepertinya aku bakalan kasih kantor cabang ke kamu aja," ujar Sena dengan penuh pertimbangan. "Kontrak aku di kantor masih setahun lagi, Sena. Jangan seperti itu deh," elak Ann. [Tuan muda, saya ingin bertemu dengan segera.] Arka. Sena mengulas senyum sejenak, matanya tidak beralih dari jalan kali ini. Satu pesan yang Sena baca, ia menebak-nebak apa jawabannya. "Kamu yakin Aisha menerima tawaranku?" Sena melemparkan tanya pada istrinya. "Yakin gak yakin sih, tapi kata Lena. Aisha termasuk orang yang punya keteguhan tinggi," balas Ann dengan menatap tajam Sena. "Kali ini aku yakin dia menerima tawaranku,

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 85

    "Lena?" tanya Sena dengan tatapan penuh tanya. "Kan kamu janjiin dia cowok, Sayang. Kamu lupa?" tanya Ann dengan kekesalan. "Tidak, aku masih ingat kok. Hm, beberapa temanku memang sedang mencari pacar, nanti aku akan mengenalkan salah satunya pada Lena," terang Sena. Mata yang teduh kini menatap lekat ke arah Ann, perjalanan menuju apartment selalu menyenangkan baginya. "Malam ini biarkan aku memasak untukmu, Sayang. Kamu istirahat saja ya," bisik Sena. "Ta-tapi? Kenapa tidak pesan di luar saja?" Ann melempar tanya. Ia hanya cemas jika Sena memasak asal dan tidak bisa dimakan. Akan sangat mubazir jika itu terjadi. "Tenang saja!" ucap Sena. Tibalah mereka berdua di apartment, Sena yang langsung membawa Ann ke kamar. "Kamu istirahat ya, mandi dulu," titah Sena. "Tapi, Sayang," Ann memeluk erat tubuh Sena. Membuat lelaki itu terdiam sejenak, Ia membalas pelukan Ann dengan hangat. "Kamu mau apa sekarang? Mandi dulu ya, nanti aku yang memasak," terang Se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status