Bara yang tiba-tiba berada di dalam rumah. Ia menatap Nabilah dengan tajam seolah tidak akan memberikan ampun. Nabilah tampak tercengang melihat kedatangan Bara. Ia tidak mengerti bagaimana suaminya itu bisa tahu, kepulangannya ke rumah ini. Seketika ketakutan melanda hatinya. "Kembalikan anakku!" seru Nabilah sambil mundur dan membentur dinding.Bara terus melangkah seraya bertanya, "Kenapa kamu pergi?" "Aku sudah beritahu alasannya di surat itu," jawab Nabilah terpaksa berbohong. "Jawab dengan jujur atau kamu tidak akan pernah melihat Robin lagi!" seru Bara sambil mengancam. Nabilah tampak menggeleng dan matanya memancarkan ketakutan. "Aku akan melindungimu, jadi jangan takut dan katakan saja sejujurnya!" pinta Robin agar Nabilah mau berterus terang. "Aku akan katakan, tapi setelah itu tolong jangan ganggu hidupku dan Robin!" Nabilah mengajukan syarat. Robin menanggapi dengan dingin, "Hemm, jangan buang-buang waktuku Bilah!" Nabilah tidak punya pilihan lain dan segera menc
Tujuan Sadewa datang ke Jakarta adalah untuk membicarakan perjodohan Bara dengan Jesy secara kekeluargaan. Pria itu kemudian memutuskan untuk menginap di rumah yang diwariskan untuk Bara. Akan tetapi, ia sangat terkejut melihat Mom Sandra dan Hans berada di depan kediaman itu. Jujur Sadewa masih tidak rela Sandra kembali dalam pelukan Hans dan masih cemburu melihat kebersamaan mereka. Padahal ia tidak tahu kalau Hans hanya datang setiap weekend saja. "Apa maksud kamu sebenarnya Bara?" tanya Sadewa dengan sorot mata yang tajam. "Momi amnesia dan belum bisa ingat semuanya. Aku tidak mau kehadiran Papi memicu kenangan pahit yang telah tercipta dan itu akan membuat kepalanya jadi sakit," jawab Bara yang membuat emosi Sadewa sedikit mereda. Sebagai orang yang masih mencintai mantan istrinya. Sadewa kesal sekali karena tidak diberitahu akan hal ini. Namun, ketika mendengar alasan Bara yang memberitahu Sandra amnesia membuat Sadewa bisa menahan diri dan mau mengerti."Papi terima alas
Suara tawa anak-anak yang sedang bermain terdengar riang. Sampai seorang tukang mainan lewat baru mereka terdiam karena ingin melihat atau membeli sesuatu. "Ibu, aku mau balon!" pinta Robin ketika melihat tukang mainan yang berhenti di depan rumahnya.Nabilah hanya tersenyum karena tidak punya uang. Bahkan untuk belanja hari ini saja tidak ada. Ia kemudian membujuk anaknya, "Iya nanti kita beli." "Aku mau sekarang belinya!" rengek Robin sambil menarik tangan Nabilah. Tiba-tiba Pak Jamal keluar rumah dah bertanya, "Robin kenapa menangis?" "Minta beli balon Pak, tapi Bilah tidak punya uang," jawab Nabilah apa adanya. Pak Jamal merogoh kantung celananya dan mengeluarkan uang sepuluh ribuan. Lalu menyerahkan kepada Nabilah seraya berkata, "Belikan sana, nanti kembaliannya buat beli telur atau mie!"Nabilah merasa sungkan menerimanya dan bertanya, "Pak, salah nggak kalau Bilah ambil uang dari ATM yang dikasih Bang Bara?" "Tentu saja tidak, kalian berhak mendapatkan nafkah dari Bara
Namun, Nabilah tidak pernah sombong dan tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia bahkan selalu ramah dan ringan tangan kepada warga sekitar. Bahkan ketika susah menjadi gunjingan, sudah berkecukupan tetap menjadi omongan orang, Nabilah tetap menerimanya dengan sabar. "Ibu-ibu sudah tahu belum Pak Jamal beli motor baru dan pasang pagar!" ujar salah seorang warga. "Ya paling ngutang, coba pikir duit dari mana, pekerjaannya cuma jadi marbot mesjid," sahut tetangga lainnya."Bang Tigor tinggal lagi di kampung ini dan ngontrak di dekat rumah Nabilah. Saya jadi curiga jangan-jangan ada main hati sama Nabilah. Soalnya saya melihat beberapa kali datang ke rumah Pak Jamal." "Heran sama ibu-ibu ini kerjaannya bergosip saja. Kalian nggak bosen ngomongin orang terus?" tanya Tigor yang tiba-tiba datang. Mereka tidak ada yang menyahuti dan langsung membubarkan diri. ***Hari ini Bara ingin sekali bertemu Robin, tetapi rasa itu harus ditahannya entah sampai kapan. Ia tahu Sadewa pasti menyuruh orang
Robin mengigit tangan pria itu dan berteriak, "Ibu tolong, tolong!" Ia langsung menangis kencang.Tigor yang berada di sekitar tempat itu mendengar teriakan Robin dan segera menghampirinya. "Hei, mau apa kalian?" tanyanya dengan lantang.Kedua pria itu tidak menyangka ada Tigor dan mereka langsung lari meninggalkan Robin yang menangis ketakutan."Robin, kamu kenapa?" tanya Tigor sambil menggendongnya."Om nakal, hu .., hu .., mau bawa aku," sahut Tigor sambil sesenggukan. Tigor langsung mengajak Robin, "Ya sudah diam, ayo kita pulang!" Sampai di rumah Robin langsung memeluk ibunya dengan erat. Sehingga membuat Nabilah terkejut dan heran. "Tadi ada dua orang pria mau membawa Robin ketika sedang pulang sendirian. Tapi sepertinya mereka bukan orang sini atau pun kampung Rantau," ujar Tigor menjelaskan. "Ya Allah, Ibu kan sudah bilang Robin jangan pulang sendiri!" ujar Nabilah merasa bersyukur ada Tigor yang menolong putranya, kalau tidak entah apa yang akan terjadi.Robin menjelask
Setelah rapi dan berpamitan kepada Pak Jamal, sebuah mobil datang menjemput Nabilah dan Robin. Mereka kemudian pergi ke suatu tempat. Kendaraan itu meluncur ke kota Bogor, tepatnya ke kawasan puncak. Ketika sampai di tempat tujuan, Bara tampak menyambut mereka di teras. Nabilah ingat di vila inilah dulu pernikahan keduanya dengan Bara terjadi. "Ayah," panggil Robin sambil menghambur memeluk Bara. "Jagoan Ayah," ujar Bara sambil memeluk putranya dengan erat. Solah terbayar sudah kerinduannya selama ini. Setelah mempunyai anak, Bara memaklumi sikap Sadewa kepadanya. Akan tetapi, kalau Robin besar nanti ia berjanji tidak akan bersikap otoriter dan berusaha lebih bijak. Apalagi harus memisahkan dua insan yang saling mencintai karena derajat sosial semata. Bara juga memeluk Nabilah dan mereka masuk ke vila itu untuk menghabiskan waktu dalam kebersamaan. Ia sudah membelikan putranya mainan dan mereka bermain bersama. Setelah itu makan bareng, lalu main lagi sampai Robin kelelah
Nabilah sudah merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama suaminya. Mereka banyak mengabadikan kebersamaan itu dalam foto-foto. Ia berdoa semoga bisa seperti ini lagi di lain waktu. "Jaga diri kalian baik-baik, apa pun yang terjadi nanti ingatlah satu hal. Cinta dan kasih sayang Abang cuma untuk Bilah dan Robin!" pesan Bara ketika harus berpisah dengan istri dan anaknya. "Bilah akan selalu ingat hari ini. Jagalah salat agar Abang selalu dalam lindungan Allah!" sahut Nabilah sambil menyalami tangan suaminya."Sekarang Robin pulang sama Ibu ya. Nanti kapan-kapan kita main ke sini lagi. Ayah mau kerja dulu !" ujar Bara yang dijawab anggukan oleh Robin. Nabilah dan Robin segera meninggalkan vila dan pulang ke kampung Santri dengan penuh kebahagiaan. Bara tampak memandangi kepergian istri dan anaknya dengan sendu. Rasanya sesak sekali ketika harus berjauhan lagi dengan orang-orang yang dicintainya. Andai dirinya bisa memilih dengan siapa menjalani hidup ini. Setelah kendar
Waktu cepat berlalu, hari pernikahan Bara dan Jesy semakin dekat. Bahkan keluarga mempelai wanita sudah terlebih dahulu terbang ke Bali. Hal yang sama juga dilakukan oleh Hans dengan mengajak Mom Sandra ke Surabaya. Tentu saja harus menggunakan alasan untuk berobat. Sementara itu Bara meminta Sadewa untuk tidak mengumbar kemesraan di depan Mom Sandra ketika hari akad. "Tolong Papi bilangin Mami untuk jaga sikap di depan momi. Sekali saja dia buat ulah aku pastikan pernikahan itu langsung batal!" pesan Bara sedikit mengancam. "Oke, setelah menikah sebaiknya kamu dan Jesy tinggal di Singapura. Sekalian bawa Mom Sandra berobat di sana. Jangan pikirkan biayanya!" seru Sadewa yang secara langsung masih memberikan perhatian kepada mantan istrinya. "Aku akan membicarakannya terlebih dahulu sama Om Hans," sahut Bara yang sangat menghargai ayah posisi sambungnya itu. "Atur saja, sebaiknya sekarang kamu segera berangkat karena Papi dan keluarga Sadewa sudah siap terbang ke Bali! Kita