Share

Jaring Konspirasi

Penulis: mangpurna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-22 20:54:42

Sejenak, Daniel terdiam. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu. Kemudian, ia kembali menatap

Daniel menyeringai lebar, matanya berkilat penuh ambisi saat ia mulai menjelaskan rencananya pada Dimas. Suaranya rendah dan penuh percaya diri.

"Tentu saja aku yakin, Dimas. Kali ini, rencanaku pasti akan berhasil," ujar Daniel, jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme yang menunjukkan kegelisahannya.

Dimas mengangguk perlahan, terlihat sedikit ragu. "Baiklah, Daniel. Aku percayakan semuanya padamu. Aku ingin kau cepat memisahkan mereka. Aku tidak tahan melihat adikku menderita lebih lama lagi."

Daniel menepuk bahu Dimas, berusaha meyakinkannya. "Tenang saja, kawan. Serahkan saja semuanya padaku."

Sejenak, Daniel terdiam. Matanya menerawang, seolah sedang memikirkan sesuatu. Kemudian, ia kembali menatap Dimas dengan serius.

"Tapi... aku butuh bantuanmu, Dimas," ujarnya pelan. "Aku perlu seseorang yang bisa membantuku menjalankan rencana ini."

Dimas menegakkan tubuhnya, terlihat tertarik. "Te
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Sebuah syarat dari Daniel

    Setelah beberapa saat hening, Dimas tiba-tiba bangkit dari kursinya, matanya berbinar penuh harapan. Suara kursi yang berderit memecah kesunyian ruangan, membuat semua kepala menoleh ke arahnya."Ayah," ujarnya dengan nada yang bergetar karena antusiasme, "aku tahu siapa yang bisa membantu kita!"Pak Hartono yang tadinya tertunduk lesu, kini mengangkat kepalanya. Seberkas harapan mulai muncul di matanya yang lelah. "Siapa, Dimas? Siapa yang bisa menyelamatkan perusahaan kita?"Dimas menarik napas dalam sebelum menjawab, "Daniel, yah. Daniel bisa membantu kita."Ruangan itu seketika dipenuhi bisik-bisik. Pak Hartono mengerutkan keningnya, "Daniel? Maksudmu Daniel Prawira, sepupu Reza pemilik Prawira Group itu?"Dimas mengangguk mantap. "Ya, ayah. Daniel adalah teman baikku juga. Perusahaannya sedang dalam masa ekspansi. Aku yakin dia akan tertarik untuk berinvestasi di proyek kita."Pak Joko, salah satu direksi, angkat bicara dengan nada ragu, "Tapi pak Dimas, bukankah Prawira Group be

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Ketukan di malam hari

    Sebenarnya Dinda sudah ada di kafe itu sejak dari tadi, karena dia ada janji dengan temannya. Niatnya semula untuk menemui Dimas di mejanya sirna begitu melihat raut wajah suaminya yang tegang. Rasa penasaran mengalahkan keinginannya untuk bergabung. Ia memilih untuk menguping, berusaha menangkap setiap kata yang terucap dari bibir dua pria itu.Setiap kalimat yang tertangkap telinganya membuat jantung Dinda berdegup kencang. Proyek gagal, kerugian besar, ancaman kebangkrutan - semua ini bagaikan pukulan telak baginya."Aku tidak mau jatuh miskin," gumamnya, matanya berkaca-kaca membayangkan kehidupan mewahnya yang terancam. "Apa kata teman-teman sosialitaku nanti kalau tahu suamiku bangkrut?"Ketika nama Anisa disebut-sebut dalam percakapan tadi, Dinda menajamkan pendengarannya. Rencana Daniel untuk membantu dengan syarat tertentu membuat otaknya berputar cepat, mencari celah untuk menyelamatkan gaya hidupnya.Setelah Dimas dan Daniel pergi, Dinda masih duduk terpaku di tempatnya. Pik

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Tamu tak diundang

    Pintu mobil terbuka, dan Anisha turun dengan hati-hati. Satu tangannya memegang tas kerja, tangan lainnya mengelus perutnya yang mulai membuncit lima bulan."Sayang, kau sudah pulang," Adrian menyambut, bergegas membantu istrinya.Mereka duduk di sofa, dan Adrian mulai menceritakan kejadian malam itu dengan detail. Mata Anisha melebar, ekspresinya berganti-ganti antara kaget, cemas, dan iba."Ya Allah, kasihan sekali wanita itu," Anisha bergumam, tangannya menggenggam erat tangan Adrian. "Kau melakukan hal yang benar, sayang."Adrian menatap istrinya ragu, ada kekhawatiran di matanya. "Kau... benar-benar tidak marah? Aku membiarkan wanita asing masuk saat kau tidak ada. Bahkan dia... dia memelukku tadi."Anisha terdiam sejenak, matanya menatap dalam ke mata suaminya. Kemudian, sebuah senyum lembut tersungging di bibirnya. "Mas, dengarkan aku," ujarnya sambil membelai pipi suaminya. "Kau menolong seseorang yang benar-benar membutuhkan. Itu salah satu alasan aku jatuh cinta padamu. Soal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Ultimatum dan Pengkhianatan

    Secepat kilat, Bu Widya membekap mulut Bu Retno dengan tangannya yang kurus. "Ah, nggak kok Nis. Kita cuma lagi bahas... err..." matanya bergerak liar mencari alasan."Resep bolu!... ya resep bolu" Bu Lastri menimpali gugup, tangannya memainkan ujung kerudung semakin cepat. "Bu Retno baru dapet resep baru. Iya kan, Bu?" dia menyikut lengan Bu Retno yang masih dibekap.Anisa mengangkat alis, jelas bingung dengan tingkah aneh para tetangganya ini. Matanya bergulir dari satu ibu ke ibu lainnya. "Oh begitu... Ya sudah, kalau begitu saya masuk dulu ya Bu. Capek nih abis kerja. Tapi nanti kabarin ya kalo resep bolunya ternyata enak!"Setelah Anisa menghilang di balik pagar rumahnya, ketiga ibu-ibu itu menghela napas lega bersamaan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Ketegangan di Ruang Tamu

    Siska melangkah maju, matanya menatap tajam ke dalam mata Reza. "Kau... kau masih menyimpan rasa untuk Anisa, kan?""Apa?" Reza tersedak. "Tidak! Tentu saja tidak, Siska! Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?""Lalu kenapa?" Siska menuntut. "Kenapa kau begitu peduli pada perasaan Anisa? Kenapa kau bilang ini tidak adil untuknya?"Reza panik. Otaknya berpacu mencari alasan. "Dengar, Siska. Aku tidak punya perasaan apa-apa pada Anisa. Sungguh!"Siska menggeleng, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Bohong! Aku selalu merasa... selalu curiga... Ternyata benar."Reza, menyadari situasi yang semakin genting, melangkah maju dan meraih tangan Siska. "Sayang, dengarkan aku. Aku mengatakan itu karena... karena aku mengkhawatirkan reputasi keluarga Hartono."Siska mengerjap, kebingungan tergambar di wajahnya. "Reputasi keluarga?"Reza mengangguk cepat, memanfaatkan celah ini. "Ya. Coba pikir. Bagaimana pandangan publik jika tahu putri Hartono Corp dipaksa menikah demi menyelamatkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Badai di Rumah Anisa

    Sore itu, di bawah pohon mangga yang rindang, trio "Detektif Kompleks" masih terengah-engah setelah misi pengintaian mereka yang gagal. Bu Retno mengipasi wajahnya yang memerah dengan ujung dasternya, Bu Lastri sibuk merapikan kerudungnya yang berantakan, sementara Bu Widya membersihkan kacamatanya yang berembun."Duh, gagal total," keluh Bu Lastri, menghela napas panjang.Bu Retno baru saja akan menjawab ketika matanya menangkap kilau mobil tua yang familiar. "Eh, lihat! Itu mobilnya Anisa!"Tanpa pikir panjang, Bu Retno melompat berdiri, tangannya melambai-lambai liar ke arah mobil yang mendekat."Bu Retno! Jangan!" Bu Widya berusaha menahan, tapi terlambat.Anisa, dengan wajah bingung, menghentikan mobilnya. Dia menurunkan kaca jendela, alisnya terangkat melihat wajah-wajah tegang para tetangganya."Ada apa, Bu? Kok kayaknya pada panik gitu?" tanya Anisa, senyum sopan tersungging di bibirnya.Bu Retno menelan ludah, matanya melirik Bu Lastri dan Bu Widya sekilas sebelum kembali ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kesalahpahaman yang melukai

    Adrian mengangkat kedua tangannya, seakan mencoba menenangkan situasi yang sudah jelas di luar kendali. “Dengar, ini tidak seperti yang kau bayangkan,” katanya dengan suara putus asa. “Ini... ini Intan. Dia wanita yang selalu aku ceritakan padamu. Dia sudah kuanggap hanya sebagai teman.”"Teman?!" Anisa menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Lalu kenapa dia setengah telanjang di kamar kita? Adrian, jelaskan!"Adrian mengusap wajahnya dengan tangan, gugup dan bingung. "Intan datang untuk mengunjungi kita. Ketika dia akan pulang, tiba-tiba dia pingsan. Aku... aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku membawanya ke kamar kita. Aku ingin membaringkannya di sofa, tapi sofa kita cuma dua seater, aku khawatir tulang belakangnya bermasalah. Jadi aku pikir lebih baik menaruhnya di tempat tidur. Aku baru saja mau menelepon ambulans saat kamu tiba."Anisa berdiri diam, mencoba mencerna penjelasan Adrian. “Lalu, kenapa selimutnya berantakan? Dan kenapa dia tidak memakai b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Singa yang terbangun

    Adrian tercengang mendengar kata-kata itu. Wajahnya memerah karena marah bercampur bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya mulai meninggi, penuh dengan kebingungan dan kecurigaan. Hatinya berdegup kencang, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.Intan melangkah pelan mengitari Adrian, seperti predator yang mengelilingi mangsanya, menanti saat yang tepat untuk menyerang. Matanya menyala-nyala, menikmati ketidakpastian dan rasa sakit yang tergambar jelas di wajah Adrian. "Adrian, kau benar-benar naif," katanya pelan, namun setiap kata diucapkannya dengan jelas, seperti pisau yang mengiris kulit. "Aku tidak peduli tentang kau atau Anisa. Tugas ku hanyalah membuat Anisa salah paham. Membuatnya percaya bahwa kau telah menghianatinya. Itu saja."Adrian terdiam. Kata-kata Intan terasa seperti cambukan di telinganya. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menancap ke dalam telapak tangan. "Tugas?" ulangnya dengan suara rendah, berusaha keras untuk tetap tenang. "Siapa yang memberimu tugas ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kesedihan yang Menyisakan Pelajaran

    Dimas terduduk di lantai, matanya memandang kosong ke arah pembatas tempat Daniel terjatuh. "Aku hampir menyelamatkannya... Aku hampir mengubah segalanya," gumamnya dengan suara bergetar.Adrian menepuk bahu Dimas dengan lembut. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Dia memilih untuk meminta maaf. Setidaknya, dia pergi dengan hati yang tidak lagi dipenuhi kebencian."Mereka berdua terdiam, menatap langit malam yang dingin. Dalam keheningan itu, keduanya berjanji dalam hati bahwa mereka akan menjaga keluarga mereka dan tidak akan membiarkan kebencian seperti ini menghancurkan lagi.Meskipun akhir ini tragis, mereka tahu bahwa cerita ini mengajarkan mereka tentang arti pentingnya memaafkan dan melepaskan dendam..***Beberapa bulan setelah insiden tragis yang mengguncang kehidupan Adrian dan keluarganya, kehidupan akhirnya kembali berjalan normal. Waktu telah menjadi penyembuh yang luar biasa, perlahan tapi pasti mengobati luka-luka hati yang ditinggalkan oleh kejadian itu. Kehidupan baru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Penyesalan

    Adrian melangkah mendekat, tetap memeluk Alisha dengan hati-hati. "Dia selamat, Dimas. Aku dan polisi sudah berhasil menyelamatkannya. Kami tahu Daniel mungkin akan melakukan sesuatu yang nekat."Dimas menatap Adrian dengan kebingungan. "Tapi bagaimana mungkin...? Aku melihat sendiri, kalau dia... Daniel melemparnya..."Adrian menghela napas, mencoba menjelaskan di tengah emosi yang berkecamuk. "Sebelum aku ke sini, aku dan polisi sudah mempersiapkan segala kemungkinan. Kami memasang jaring pengaman di balkon kamar yang ada tepat di bawah rooftop ini. Saat Daniel melepaskan Alisha..." Adrian berhenti sejenak, menatap Alisha yang masih terisak. "...instingku benar. Jaring itu menyelamatkannya."Dimas tersandar lemas ke lantai, matanya mulai berkaca-kaca lagi, tetapi kali ini karena lega yang luar biasa. "Alisha... dia selamat. Dia benar-benar selamat..."Dimas menatap Adrian dengan penuh harap, suaranya gemetar ketika bertanya, "Bagaimana dengan Anisa dan semua anggota keluarga kita? A

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Daniel melakukannya

    Sementara itu, di rooftop yang penuh ketegangan, Dimas terus mencoba berbicara dengan Daniel. Dengan suara penuh harapan, ia berkata, “Daniel, aku mohon, lepaskan Alisha. Dia hanya seorang anak kecil, dia tidak bersalah. Kau tidak perlu melibatkan dia dalam dendammu ini.”Namun, Daniel tetap tak tergoyahkan. Dengan ekspresi penuh amarah, ia berteriak, “Kau tidak mengerti apa yang aku rasakan, Dimas! Aku sudah kehilangan segalanya. Adrian mengambil semua dariku—hidupku, mimpiku, bahkan wanita yang aku cintai! Dan sekarang, dia harus merasakan penderitaan yang sama.”Alisha terus menangis dalam dekapan Daniel, tangisannya semakin memilukan. Hati Dimas terasa hancur melihat keponakannya yang ketakutan. Ia tahu, jika ia tidak melakukan sesuatu, situasinya bisa menjadi lebih buruk. Dimas mencoba mengalihkan pikiran Daniel dengan berbicara lebih tenang. “Dengar, Daniel. Aku tahu kau terluka, dan aku tidak bisa menghapus rasa sakit itu. Tapi aku percaya kau masih punya hati. Jangan biarkan d

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Misi penyelamatan

    “Dengar kan aku baik-baik. Sebaiknya kalian berhenti berisik sekarang. Karena pertunjukanku yang kedua akan segera dimulai.”Kata-kata itu membuat Dimas dan Adrian saling berpandangan, bingung dan waspada.“Pertunjukan apa, Daniel? Apa yang sudah kau rencanakan?” tanya Adrian dengan suara tegang, mencoba mencari tahu apa maksud pria di depannya.Daniel hanya tertawa pelan, suara tawanya menggema di rooftop yang dingin. Belum sempat Adrian menuntut jawaban, tiba-tiba suara ledakan keras mengguncang udara, diikuti getaran yang terasa hingga ke tempat mereka berdiri.“Boom!” seru Daniel dengan nada puas, senyumnya semakin lebar melihat kepanikan yang mulai merayap di wajah Adrian dan Dimas.“Apa yang sudah kau lakukan, Daniel?!” teriak Dimas, suaranya penuh kepanikan. Adrian segera mengalihkan pandangannya ke arah suara ledakan, wajahnya memucat.Daniel menatap mereka dengan tatapan penuh kemenangan. “Tenang saja, ledakan kecil itu hanya untuk memberimu pilihan, Adrian. Kau mau menyelama

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Keadaan semakin genting

    “Jangan mendekat!” balas pria itu, menolehkan wajahnya ke Adrian dengan mata merah dan penuh kebencian. “Kalau kau mendekat, aku tidak akan ragu-ragu untuk... untuk...” Ia tak sanggup menyelesaikan kalimatnya, tapi gesturnya sudah cukup jelas.Angin kencang malam itu membuat suasana semakin mencekam. Alisha menangis keras, tangannya mencoba meraih udara seolah meminta bantuan.“Kau tidak perlu melakukan ini,” kata Adrian, mencoba menenangkan situasi. “Apa pun masalahnya, kita bisa menyelesaikannya secara baik baik. Jangan melibatkan anak kecil yang tidak bersalah.”Pria itu menatap Adrian dengan ekspresi penuh rasa sakit. “Tidak bersalah? Semua kejadian ini adalah salahmu, Adrian! Hidupku hancur karena kau! Sekarang kau harus merasakan penderitaanku!”Adrian melangkah pelan, berhati-hati agar tidak memprovokasi. “Dengar, aku tidak tahu apa yang sudah kau alami, tapi aku bisa membantumu. Asal kau menyerahkan Alisha padaku. Dia tidak seharusnya berada dalam situasi seperti ini.”Pria it

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Alisha di culik

    Daniel mengepalkan tangannya, suaranya berbisik dingin, “Nikmati kebahagiaan kalian sekarang, Adrian. Sebentar lagi, aku akan memastikan tawa itu berubah menjadi jeritan kesedihan.”Ia menatap Anisa yang tersenyum cerah sambil memegang tangan Alisha. Pemandangan itu membuat hatinya terbakar. Ia memalingkan wajahnya sebentar, berusaha meredam emosi yang semakin memuncak. Dengan langkah perlahan namun penuh perhitungan, ia bergerak menuju belakang panggung kecil tempat perayaan berlangsung.Di atas panggung, Adrian dan Anisa melanjutkan nyanyian mereka, memimpin para tamu dalam perayaan. Alisha, yang kini genap dua tahun, tertawa riang di tengah sorakan semua orang. Suasana bahagia memenuhi ballroom, penuh dengan senyum dan tawa dari keluarga dan teman dekat.Namun, kegembiraan itu tiba-tiba terhenti. Dalam sekejap, lampu di seluruh ballroom padam, meninggalkan kegelapan yang pekat. Suara bisikan dan gumaman panik mulai terdengar dari para tamu.

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Menjalankan rencana

    Doni menelan ludah, merasa merinding oleh intensitas di mata bosnya. Ia bertanya hati-hati, “Kalau boleh tahu, Pak, apa rencana Bapak?”Daniel terdiam sejenak, memutar gelas minumannya di tangan. Cairan bening di dalamnya berputar lambat, seolah mencerminkan kekacauan yang bergejolak di dalam pikirannya. Setelah beberapa detik, ia menghela napas panjang dan tersenyum kecil, sebuah senyuman yang dingin dan penuh tekad. “Nanti juga kamu akan tahu, Doni. Yang jelas, aku akan membuat Adrian merasakan apa yang kurasakan sekarang. Kehilangan segalanya. Hancur. Dan aku akan pastikan dia tidak pernah bangkit lagi.” Suaranya dipenuhi bara dendam yang membakar setiap kata yang diucapkannya.Doni mengangguk perlahan, mencoba menyembunyikan kegelisahan di hatinya. “Baik, Pak Daniel. Saya percaya, apa pun yang Bapak lakukan pasti yang terbaik. Tapi... saya tetap harus mengingatkan, anda Pak. Pak Adrian itu bukan orang sembarangan. Dia punya uang, kekua

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Senyum kemenangan

    Sementara itu, di kediaman AdrianSenja baru saja turun, mewarnai langit dengan semburat jingga. Di ruang tamu rumah besar milik Adrian, Anisa sedang duduk membaca buku sambil menunggu suaminya pulang. Suara mesin mobil berhenti di halaman, membuatnya segera menutup buku dan bangkit menuju pintu.Ketika pintu terbuka, Adrian muncul dengan senyuman yang lebar. Langkahnya ringan, wajahnya berseri seperti seseorang yang baru saja memenangkan perang besar.Anisa menyipitkan mata, heran. “Mas? Kok kamu kelihatan bahagia sekali? Ada apa?” tanyanya, berjalan mendekat.Adrian hanya tersenyum, melepaskan jasnya dan menyerahkannya pada Anisa sambil berjalan menuju sofa. Anisa mengikutinya dengan rasa penasaran yang semakin membuncah.Setelah duduk, Adrian menepuk sofa di sebelahnya, memberi isyarat agar Anisa duduk di sampingnya. Anisa patuh, duduk dengan mata yang menatap tajam, menunggu jawaban.“Cerita dong, Mas. Jangan membuat aku semakin penasaran,” katanya sambil menyodorkan secangkir kop

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Prawira Group di ujung tanduk

    Namun, Mr. Lee mengangkat tangan, menghentikan Daniel. “Cukup. Saya juga akan memberi tahu kepada semua mitra bisnis kami di China tentang apa yang sudah terjadi hari ini. Saya ingin mereka tahu betapa bobroknya integritas Prawira Group.”Daniel tampak seperti dihantam badai. Wajahnya merah padam, tetapi kali ini bukan karena amarah, melainkan karena ketakutan. “Tuan Lee, tolong… tolong jangan lakukan itu. Anda tahu apa artinya bagi perusahaan kami jika reputasi kami hancur di pasar China. Kami tidak akan bisa bertahan. Saya mohon, beri kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini.”Mr. Lee menatapnya dengan dingin. “Kesempatan? Kesempatan itu Anda sudah sia-siakan ketika Anda memutuskan untuk bermain kotor. Saya tidak peduli berapa besar perusahaan Anda. Bagi kami, kejujuran adalah segalanya.”Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Mr. Lee meraih koper itu dan menyerahkannya kembali kepada Daniel. “Ambil u

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status