Beranda / Romansa / Suamiku Bos Galak / Bab 4. Pasien RSJ

Share

Bab 4. Pasien RSJ

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 08:48:05

"Kamu kenapa ngomongin nasi uduk? Kenapa ngomongin jengkol? Kenapa bilang suka jengkol? Kenapa? Aku sama Papah gak suka makanan itu. Bau!"

Mulai dah, bos kampret merepet. Kalian tahu kenapa aku bilang dia bos kampret? karena bos galak itu selalu pulang malam dari kantor. Kalau dia pulang malam, aku juga pulang malam. Gak pernah tuh pulang sore apalagi masih siang. Aneh, jadi bos tapi jam kerjanya melebihi karyawan. 

Aku tak menanggapi ucapannya. Lebih memilih menikmati roti tawar panggang selay kacang. Ternyata rasanya sangat mantap. Jujur, baru kali ini merasakan roti panggang. Biasanya Aku makan roti tawar tanpa dipanggang. 

"Harusnya kamu bilang aja, gak suka jengkol. Enggak biasa ke pasar. Enggak biasa makan uduk! Sukanya makan steak, sukanya ke swalayan."

Ngomel aja terus. Ya anggap aja, nyanyian di pagi hari. Aku tetap diam, sesekali tersenyum menikmati lezatnya roti tawar panggang. Ya emang norak, tapi memang beginilah aku. 

"Anabel! Kamu denger aku gak?"

Kunyahanku seketika terhenti, menoleh padanya sembari berdehem. Kuambil botol air mineral, meneguk hingga setengah. 

"Awal mula yang bilang nasi uduk siapa? Kan Bos yang pertama bilang aku suka nasi uduk. Yang pertama ngomongin jengkol siapa? Kan Tante Salsa yang pertama bilang. Aku sih cuma nanggapin aja. Aku minta maaf, kalau aku ada salah."

Lebih baik mengalah, lebih baik aku yang minta maaf dari pada dia terus-terusan ngomel. 

Lelaki yang duduk di balik kemudi itu mencebik, memalingkan wajah ke arah lain. Setelah itu, mulutnya bungkam. Ya paling ngoceh laginya setelah sampai kantor. Tapi jujur saja, aku masih penasaran, ibu kandung Sadam itu berasal dari mana? Apakah tante Salsa berasal dari keluarga terhormat seperti keluarga Adiwilaga? Atau keluarga bangsawan? Rasanya tidka mungkin kalau tante Salsa berasa dari keluarga yang sederhana atau dari kampung. Tapi, masa iya, seorang anak dari keturunan bangsawan suka jengkol?

___ 

Tiba di area parkir, Aku langsung mencari keberadaan sepeda motor. 

"Bos, motor saya mana? Kok gak ada?" 

Apa jangan-jangan taro di gudang?"

"Tadi subuh aku udah telepon security, suruh mereka jual motormu!"

"Apa?" Nih orang keterlaluan banget. Main jual motorku aja. Dia gak tau, motor itu cicilannya aku bayar dengan keringat sendiri. 

Aku menggigit bibir, menahan rasa sedih. Begini amat jadi orang miskin? Jadi orang yang bergantung pada orang kaya raya. Kalau bukan karena nenekku yang butuh biaya pengobatan, aku ingin berhenti kerja di sini. 

"Enggak usah sedih begitu! Mukamu tambah jelek. Nanti sore kita ke showroom, kamu pilih sendiri mobil yang kamu inginkan!"

Seketika mendongak, tapi Bos Sadam sudah lebih dulu jalan meninggalkanku. Setengah berlari, berusaha mensejajari langkahnya. 

"Bos, seriusan mau beliin saya mobil? Dalam rangka apa?" Tanyaku saat kami masuk ke dalam lift. 

"Bonus. Karena kamu mau bertahan kerja di tempat ini selama hampir 2 tahun."

Masya Allah tabarakallah, aku gak. Nyangka kalau bos Sadam mau beliin mobil. Pengen peluk dia, tapi pasti marah. Lelaki yang berdiri di sampingku tatapannya lurus ke depan. 

"Makasih, Bos."

"Sama-sama."

Wah jadi semangat kerja kalau begini. 

Di dalam ruangan si Bos, aku langsung menyalakan laptop, begitu pula dengannya. Kami sama-sama fokus melihat bahan materi yang nantinya akan disampaikan saat meeting. Melirik arloji, sudah jam tujuh pagi.

Tidak berselang lama, suara dering handphone terdengar. Aku mengambil handphone, menerima panggilan telepon atas nama kontak, Bos Jagat. 

"Siapa yang telepon kamu pagi-pagi?" 

"Bos Jagat. Yang mau meeting sama kita nanti."

"Jangan diangkat! mau ngapain dia telepon segala. Cek lagi materi presentasinya!"

"Iya, Bos."

*** 

"Selamat pagi, Bella." 

"Pagi, Pak Jagat." ucapku hendak menjabat telapak tangannya, namun Sadam justru menarik tanganku agar tidak menyambut uluran tangan lelaki berambut klimis itu. 

"Jangan salaman! Kalian bukan muhrim."

Idih, amit-amit punya bos modelan kayak gini. Angkat telepon Pak Jagat gak boleh, salaman juga gak boleh. 

Pak Jagat tak menimpali ucapan Sadam, duduk di salah satu kursi meeting. 

"Anabel, duduk sini!"

"Iya, Bos."

Aku duduk dekat Sadam. Lelaki itu wajahnya jarang sekali terlihat senyum kalau di hadapan klien. Kadang aku meminta dirinya belajar tersenyum supaya terkesan ramah. Tapi yang ada, marah-marah, merepet kayak kampret. 

Usai meeting, tanpa kuduga, Pak Jagat yang usianya sebaya dengan Sadam datang menghampiri. 

"Bella, malam minggu nanti kamu ada acara gak?" 

Wah, mau ngapain nih Pak Jagat yang ramah dan murah senyum nanyain kayak gitu. Jangan-jangan dia sebenarnya naksir sama aku.

"Malam Minggu besok perusahaan kami ada acara. Dia harus datang karena sekretaris saya."

Bukan aku yang jawab. Tapi, bos kampret yang tiba-tiba udah berdiri di sampingku. Sorot mata Sadam begitu tajam menatap Bos Jagat. Aku yang masih duduk di antara kedua lelaki yang saling menatap tajam jadi salah tingkah. 

Sadam tadi bilang, ada acara perusahaan? Acara perusahaan apa?

"Oh begitu. Oke, gak masalah." Pandangan Jagat beralih padaku. 

"Bella?"

"Iya, Pak Jagat?" sahutku tersenyum tipis. 

"Kalau kamu ada waktu senggang, segera hubungi saya."

"Gak ada waktu senggang buat dia! Dia sekarang sibuk! Kalau kamu mau ngajak kencan wanita, cari wanita lain. Jangan dia!"

Pak Jagat tertawa lepas mendengar ucapan Bos Sadam.

Bos aku ini emang memalukan. Posesif dan protektif banget. Enggak ada waktuku untuk menyendiri. Hampir setiap hari kecuali hari Minggu, selalu bersamanya sampe malam. Ada aja pekerjaan yang harus aku kerjakan. 

"Tingkahmu ini kayak pacarnya aja, Sadam. Apa kamu takut jadi pecundang lagi setelah dulu Juwita lebih memilihku?" desis Bos Jagat.

Kedua mataku membeliak mendengar nama itu. Ya aku tahu, Juwita adalah mantan kekasih Sadam sejak dia sekolah SMA dulu. Tapi, aku dengar-dengar, sejak saat itu Sadam tidak mau membuka hati untuk wanita lain. 

"Lebih baik dibilang pecundang dari pada hidung belang. Anabel, ke ruangan saya sekarang!"

Bos Sadam menarik tanganku agar menghindari Bos Jagat. Lelaki berambut klimis itu tercenung mendengar ucapan Sadam. 

"Anabel, jadi cewek itu jangan gampangan! Mau-maunya salaman sama si Jagat. Dia itu cowok hidung belang. Suka mainin perempuan sampe gila! Kamu tau gak, bagaimana kondisi Juwita sekarang gara-gara menjalin hubungan sama dia?" 

Aku tak menyangka Sadam sangat marah dengan sikapku pada bos Jagat. Padahal menurutku biasa saja. 

"Tau gak?" Sentaknya lagi karena aku hanya diam. 

"Enggak."

Sadam mendekatkan diri padaku. Wajah kami hanya berjarak beberapa centi, embusan napasnya sangat aku rasakan. 

"Sekarang Juwita menjadi pasien rumah sakit jiwa gara-gara kelakuan si b4jingan Jagat Indragiri."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bos Galak   Bab 5. Ultimatum

    "Hah? Masa sih, Bos?""Iya.""Emang Juwita diapain sampe gila begitu?" tanya Anna penasaran. "Sini, duduk kamu di sini!"Anna mengikuti langkah Sadam, duduk di sofa bersebelahan. Lelaki itu mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang, memantiknya. Asap rokoknya sangat mengganggu. Kebiasaan Sadam, tiap kali mau cerita, pasti sambil merokok. "Aku mau cerita, kamu mau dengerin gak?" tanyanya dingin. Anna menganggukan kepala, mengubah posisi duduk lebih menghadapnya. "Gimana ceritanya, mantan pacar Bos itu mengalami gangguan jiwa."Sadam melonggorkan dasi, sorot matanya yang tajam menatap lurus ke depan. Sekian menit, terjadi keheningan. Anna sampai menarik napas panjang berulang kali menunggu cerita yang disampaikan lelaki yang tengah merokok itu. "Juwita gila gara-gara video m3svm mereka disebarluaskan. Wajah si Jagat gak dilihatin, cuma Juwita aja. Itu juga kata temenku yang lihat videonya.""Kamu juga lihat videonya?""Enggak," jawab Sadam menjentikkan abu rokok ke atas as

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 6. Mau?

    "Assalamu'alaikum, Tante ..., " sapa Anna saat pintu telah dibuka oleh seorang wanita cantik meski sudah tak lagi muda. "Waalaikumsalam, Anna Isabella... Tante pikir kamu gak jadi nginep.""Jadi dong, Tante.... Anna kan udah janji.""Eh, kamu pake parfum apa sih? Wanginya Tante seneng deh!"Hidung Salsa mengendus tubuh Anna. Dia memang mengkoleksi berbagai macam parfum. Dari harga 15 ribu rupiah sampai 150 juta. Yamaklum, istri seorang Damian. Apapun yang diinginkan, pasti dikabulkan. Parfum seharga 150 juta bagi Damian, bukan masalah besar. Masalah besar bagi Damian jika istri tercinta tidak bicara padanya lewat dia jam. "Dia pake parfum murah, Mah. Paling wanginya cuma satu jam doang." Baru saja Anna mau menjawab, sudah dijawab lebih dulu oleh Sadam. "Jangan diambil ati ucapannya. Dibalik nyinyirannya, ada pujian yang tersembunyi, " bisik Salsa pada Anna yang wajahnya sempat murung. "Masa sih, Tante? Kayaknya gak mungkin deh." Anna langsung mengelak ucapan Salsa. Secara nyata,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 7. Celana Dalam

    "Nikah sama Anabel? Yang bener aja, Mah!" Tanggapan Sadam tampak tak suka. Terkejut, menyugar rambut kesal. "Gak bener kenapa? Anabel itu anak yang baik, cantik, menarik lagi. Kurang apa coba? Udahlah, Dam ... lupain Juwita. Move on ...." Salsa tak henti, membujuk anak semata wayangnya agar mau menikah dengan Anna Isabella. Gadis yang selama ini menjadi sekretarisnya. "Aku belum pengen nikah, Mah. Dah ya, aku mau tidur dulu. Night, Mah."Belum sempat Salsa menanggapi ucapan Sadam, lelaki itu langsung menutup pintu kamar. Salsa hanya menghela napas berat. Meninggalkan pintu kamar Sadam, berjalan menghampiri sang suami yang menunggu di dalam kamarnya. Damian yang tengah menonton berita tanah air di televisi kamar menoleh. Salsa masuk kamar, bibirnya cemberut, terlihat kesal. "Bibirmu manyun gitu, pengen aku sosor?"Damian justru menggoda istrinya. Salsa memutar bola mata malas. Menajuhkan bibir Damian yang hendak meng3cup bibirnya. "Aku kesel sama Sadam. Masa dia belum mau nikah se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 8. Disuruh

    Anna terkejut mendapat perintah Sadam. Dia bingung, mau mengambilkan celana d4lam Sadam atau gak. "B-Bos ... yang bener aja, cuma cel4na dalam saya yang ngambilin?" Anna meringis, garuk-garuk kepalanya yang tak gatal."Ya sudah kalau gak mau. Keluar sana!"Anna bernapas lega. Sadam tidak memaksa seperti biasa. Gadis itu melenggang keluar kamar, berjalan ke ruang makan. Di sana Salsa dan Damian sedang menyantap sarapan. "An, Sadam susah dibanguninnya ya?" tanya Salsa melihat Anna sudah datang ke ruang makan. Anna menarik kursi, duduk dan tersenyum simpul. "Bos Sadam udah bangun, Tante.""Kok kamu sampe lama?""Itu ... Bos Sadam pengen disiapin pakaiannya.""Oohh ...." Salsa menanggapi sambil melirik suaminya yang tampak menggelengkan kepala. Tidak berselang lama, Sadam datang. Lelaki itu duduk di kursi samping Anna. Sadam mengambil roti tawar yang sudah diberi selai Kacang oleh Anna. "Sadam, nanti di pasarnya kamu nungguin di mobil aja. Gak usah ikut masuk pasar," tukas Salsa mena

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Suamiku Bos Galak   Bab 9. Dicegah

    Baru kali ini Salsa sangat menikmati masakan sendiri. Makan masakan favorit tidak sendirian, ada temannya. Sepertinya Anna harus, wajib, mesti, jadi istrinya Sadam. Cewek kayak gini tuh sulit dicari apalagi multitalenta. Anna bukan hanya pandai memasak masakan kampung, tetapi dia juga gadis yang cerdas. Mampu bekerja di perusahaan besar. "An, kamu mau gak jadi mantu, Tante?" Salsa sudah tak tahan ingin bertanya masalah itu pada Anna. "Hah? Mantu, Tante? Gak salah?"Gadis itu kayaknya masih gak percaya kalau Sadam jatuh hati padanya. Salsa yakin, Sadam sebenarnya sangat menyukai Anna. Kalau gak suka, mana berani Sadam bawa cewek ke rumah. Dulu, waktu pacaran sama Juwita, dia gak pernah bawa Juwita ke rumah. Salsa dan Damian hanya dikenalkan di restoran waktu Sadam ingin makan malam bersama mereka. Tapi, Salsa gak suka pada Juwita. Menurut Salsa, Juwita orangnya sombong. Memang dia lebih cantik jika dibandingkan Anna, tetapi sama sekali tidak ramah. Dia ramah saat ada Sadam saja. Kala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Suamiku Bos Galak   Bab 10. Dinner

    "Maaf, Nak. Papa gak bisa melarang mamamu pergi dengan Anna," jawab Damian lesu. Menoleh ke dalam kamar, melihat istrinya sedang mematut diri di depan cermin rias. "Ya elah, Pa ... kenapa gak bisa? Aku beneran lagi banyak kerjaan. Butuh Annabel aku, Pah. Ck, mama tuh ada-ada aja."Sadam mulai frustasi jika mengingat kembali kelakuan wanita yang telah melahirkannya. Sejak mengenal Anna, Salsa jadi sering mengganggu pekerjaan sekretaris Sadam itu. "Kamu kayak gak tau mamamu saja, Nak. Gini aja, sekarang Papa ke kantor. Papa bantuin kerjaanmu.""Enggak usah, Pa. Aku butuhnya Annabel bukan Papa." Sangat tegas, Sadam mengucapkan kalimat tersebut. Damian tidak tersinggung, ia sudah tahu betul sifat anaknya. Sadam suka ceplas-ceplos. Kadang tak peduli, apakah perasaan orang lain akan tersinggung atau tidak. Damian justru tersenyum, mengingat kembali masa mudanya ketika awal mula menikah dengan Salsa. Dia pun sama. Selalu ketus pada Salsa, selalu menghina dan mengejek Salsa. Namun, seiring

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Suamiku Bos Galak   Bab 11. Disuap

    Anna sangat terkejut mendengar ajakan Sadam. Selama ini memang dia beberapa kali diajak makan di restoran, entah siang atau malam. Tapi, biasanya bersama klien atau sedang bertemu dengan klien. Kalau hanya berdua makan malam, hanya baru kali ini. "Bos, enggak salah ngomong kan?" Anna memastikan yang didengarnya. Sadam membuka kedua mata, menatap lekat gadis yang duduk bersimpuh di bawah kakinya. "Kamu pikir saya cowok plinplan?" sentak Sadam tampak marah. Anna meringis, menggelengkan kepala. Bukan maksud Anna menganggap Sadam plinplan, tapi biasanya lelaki itu sering marah-marah terus. Sekarang tiba-tiba mengajak dinner, maksudnya apa?'Apa mungkin benar, yang dikatakan tante Salsa? Kalau Bos Sadam sebenarnya suka sama aku?' Tanpa disadari, Anna tersenyum manis sambil merunduk."Kamu kenapa senyam-senyum begitu? Senyummu pahit, gak ada manis-manisnya!" Sangat ketus, Sadam mengatakan kalimat itu. Sadam bangkit dari tempat duduk, bersiap merapikan berkas-berkas dan hendak pulang. A

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Suamiku Bos Galak   Bab 1. Gara-Gara Typo

    "Bulan lalu omset perusahaan kut4ng menguntungkan karena ...," gumam Sadam Adiwilaga ketika membaca laporan keuangan yang diberikan oleh sekretarisnya, Anna Isabella. "Anabel, kenapa ini jadi perusahaan kut4ng? Maksudmu apa?"Anna yang sudah terbiasa dipanggil Anabel -nama boneka pembvnuh- terkejut mendengar pertanyaan bos-nya. Lelaki itu menyerahkan kembali laporan yang beberapa menit lalu dikerjakan seorang gadis keturunan Indo-Jepang. "Maksudnya kut4ng siapa, Bos?" Anna pun tak mengerti. "Kut4ngmu!""Astaghfirullahalazhim." Anna mendekap d4danya. "Nih baca! Kamu tuh bener-bener gak bisa diandelin. Dari tadi salah terus. Revisi lagi laporannya!" sentak Sadam kecewa akan laporan yang dibuat oleh Anna. "Astaghfirullah, Bos. Ini cuma typo. R dan T itu letaknya tetanggaan. Jadi---""Jangan banyak alasan! Revisi ulang! Saya tunggu sampe lima menit. Lewat lima menit, bonusmu bulan ini saya potong!" Ancam Sadam pada gadis yang terpaksa bekerja padanya karena membutuhkan uang untuk bia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06

Bab terbaru

  • Suamiku Bos Galak   Bab 11. Disuap

    Anna sangat terkejut mendengar ajakan Sadam. Selama ini memang dia beberapa kali diajak makan di restoran, entah siang atau malam. Tapi, biasanya bersama klien atau sedang bertemu dengan klien. Kalau hanya berdua makan malam, hanya baru kali ini. "Bos, enggak salah ngomong kan?" Anna memastikan yang didengarnya. Sadam membuka kedua mata, menatap lekat gadis yang duduk bersimpuh di bawah kakinya. "Kamu pikir saya cowok plinplan?" sentak Sadam tampak marah. Anna meringis, menggelengkan kepala. Bukan maksud Anna menganggap Sadam plinplan, tapi biasanya lelaki itu sering marah-marah terus. Sekarang tiba-tiba mengajak dinner, maksudnya apa?'Apa mungkin benar, yang dikatakan tante Salsa? Kalau Bos Sadam sebenarnya suka sama aku?' Tanpa disadari, Anna tersenyum manis sambil merunduk."Kamu kenapa senyam-senyum begitu? Senyummu pahit, gak ada manis-manisnya!" Sangat ketus, Sadam mengatakan kalimat itu. Sadam bangkit dari tempat duduk, bersiap merapikan berkas-berkas dan hendak pulang. A

  • Suamiku Bos Galak   Bab 10. Dinner

    "Maaf, Nak. Papa gak bisa melarang mamamu pergi dengan Anna," jawab Damian lesu. Menoleh ke dalam kamar, melihat istrinya sedang mematut diri di depan cermin rias. "Ya elah, Pa ... kenapa gak bisa? Aku beneran lagi banyak kerjaan. Butuh Annabel aku, Pah. Ck, mama tuh ada-ada aja."Sadam mulai frustasi jika mengingat kembali kelakuan wanita yang telah melahirkannya. Sejak mengenal Anna, Salsa jadi sering mengganggu pekerjaan sekretaris Sadam itu. "Kamu kayak gak tau mamamu saja, Nak. Gini aja, sekarang Papa ke kantor. Papa bantuin kerjaanmu.""Enggak usah, Pa. Aku butuhnya Annabel bukan Papa." Sangat tegas, Sadam mengucapkan kalimat tersebut. Damian tidak tersinggung, ia sudah tahu betul sifat anaknya. Sadam suka ceplas-ceplos. Kadang tak peduli, apakah perasaan orang lain akan tersinggung atau tidak. Damian justru tersenyum, mengingat kembali masa mudanya ketika awal mula menikah dengan Salsa. Dia pun sama. Selalu ketus pada Salsa, selalu menghina dan mengejek Salsa. Namun, seiring

  • Suamiku Bos Galak   Bab 9. Dicegah

    Baru kali ini Salsa sangat menikmati masakan sendiri. Makan masakan favorit tidak sendirian, ada temannya. Sepertinya Anna harus, wajib, mesti, jadi istrinya Sadam. Cewek kayak gini tuh sulit dicari apalagi multitalenta. Anna bukan hanya pandai memasak masakan kampung, tetapi dia juga gadis yang cerdas. Mampu bekerja di perusahaan besar. "An, kamu mau gak jadi mantu, Tante?" Salsa sudah tak tahan ingin bertanya masalah itu pada Anna. "Hah? Mantu, Tante? Gak salah?"Gadis itu kayaknya masih gak percaya kalau Sadam jatuh hati padanya. Salsa yakin, Sadam sebenarnya sangat menyukai Anna. Kalau gak suka, mana berani Sadam bawa cewek ke rumah. Dulu, waktu pacaran sama Juwita, dia gak pernah bawa Juwita ke rumah. Salsa dan Damian hanya dikenalkan di restoran waktu Sadam ingin makan malam bersama mereka. Tapi, Salsa gak suka pada Juwita. Menurut Salsa, Juwita orangnya sombong. Memang dia lebih cantik jika dibandingkan Anna, tetapi sama sekali tidak ramah. Dia ramah saat ada Sadam saja. Kala

  • Suamiku Bos Galak   Bab 8. Disuruh

    Anna terkejut mendapat perintah Sadam. Dia bingung, mau mengambilkan celana d4lam Sadam atau gak. "B-Bos ... yang bener aja, cuma cel4na dalam saya yang ngambilin?" Anna meringis, garuk-garuk kepalanya yang tak gatal."Ya sudah kalau gak mau. Keluar sana!"Anna bernapas lega. Sadam tidak memaksa seperti biasa. Gadis itu melenggang keluar kamar, berjalan ke ruang makan. Di sana Salsa dan Damian sedang menyantap sarapan. "An, Sadam susah dibanguninnya ya?" tanya Salsa melihat Anna sudah datang ke ruang makan. Anna menarik kursi, duduk dan tersenyum simpul. "Bos Sadam udah bangun, Tante.""Kok kamu sampe lama?""Itu ... Bos Sadam pengen disiapin pakaiannya.""Oohh ...." Salsa menanggapi sambil melirik suaminya yang tampak menggelengkan kepala. Tidak berselang lama, Sadam datang. Lelaki itu duduk di kursi samping Anna. Sadam mengambil roti tawar yang sudah diberi selai Kacang oleh Anna. "Sadam, nanti di pasarnya kamu nungguin di mobil aja. Gak usah ikut masuk pasar," tukas Salsa mena

  • Suamiku Bos Galak   Bab 7. Celana Dalam

    "Nikah sama Anabel? Yang bener aja, Mah!" Tanggapan Sadam tampak tak suka. Terkejut, menyugar rambut kesal. "Gak bener kenapa? Anabel itu anak yang baik, cantik, menarik lagi. Kurang apa coba? Udahlah, Dam ... lupain Juwita. Move on ...." Salsa tak henti, membujuk anak semata wayangnya agar mau menikah dengan Anna Isabella. Gadis yang selama ini menjadi sekretarisnya. "Aku belum pengen nikah, Mah. Dah ya, aku mau tidur dulu. Night, Mah."Belum sempat Salsa menanggapi ucapan Sadam, lelaki itu langsung menutup pintu kamar. Salsa hanya menghela napas berat. Meninggalkan pintu kamar Sadam, berjalan menghampiri sang suami yang menunggu di dalam kamarnya. Damian yang tengah menonton berita tanah air di televisi kamar menoleh. Salsa masuk kamar, bibirnya cemberut, terlihat kesal. "Bibirmu manyun gitu, pengen aku sosor?"Damian justru menggoda istrinya. Salsa memutar bola mata malas. Menajuhkan bibir Damian yang hendak meng3cup bibirnya. "Aku kesel sama Sadam. Masa dia belum mau nikah se

  • Suamiku Bos Galak   Bab 6. Mau?

    "Assalamu'alaikum, Tante ..., " sapa Anna saat pintu telah dibuka oleh seorang wanita cantik meski sudah tak lagi muda. "Waalaikumsalam, Anna Isabella... Tante pikir kamu gak jadi nginep.""Jadi dong, Tante.... Anna kan udah janji.""Eh, kamu pake parfum apa sih? Wanginya Tante seneng deh!"Hidung Salsa mengendus tubuh Anna. Dia memang mengkoleksi berbagai macam parfum. Dari harga 15 ribu rupiah sampai 150 juta. Yamaklum, istri seorang Damian. Apapun yang diinginkan, pasti dikabulkan. Parfum seharga 150 juta bagi Damian, bukan masalah besar. Masalah besar bagi Damian jika istri tercinta tidak bicara padanya lewat dia jam. "Dia pake parfum murah, Mah. Paling wanginya cuma satu jam doang." Baru saja Anna mau menjawab, sudah dijawab lebih dulu oleh Sadam. "Jangan diambil ati ucapannya. Dibalik nyinyirannya, ada pujian yang tersembunyi, " bisik Salsa pada Anna yang wajahnya sempat murung. "Masa sih, Tante? Kayaknya gak mungkin deh." Anna langsung mengelak ucapan Salsa. Secara nyata,

  • Suamiku Bos Galak   Bab 5. Ultimatum

    "Hah? Masa sih, Bos?""Iya.""Emang Juwita diapain sampe gila begitu?" tanya Anna penasaran. "Sini, duduk kamu di sini!"Anna mengikuti langkah Sadam, duduk di sofa bersebelahan. Lelaki itu mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang, memantiknya. Asap rokoknya sangat mengganggu. Kebiasaan Sadam, tiap kali mau cerita, pasti sambil merokok. "Aku mau cerita, kamu mau dengerin gak?" tanyanya dingin. Anna menganggukan kepala, mengubah posisi duduk lebih menghadapnya. "Gimana ceritanya, mantan pacar Bos itu mengalami gangguan jiwa."Sadam melonggorkan dasi, sorot matanya yang tajam menatap lurus ke depan. Sekian menit, terjadi keheningan. Anna sampai menarik napas panjang berulang kali menunggu cerita yang disampaikan lelaki yang tengah merokok itu. "Juwita gila gara-gara video m3svm mereka disebarluaskan. Wajah si Jagat gak dilihatin, cuma Juwita aja. Itu juga kata temenku yang lihat videonya.""Kamu juga lihat videonya?""Enggak," jawab Sadam menjentikkan abu rokok ke atas as

  • Suamiku Bos Galak   Bab 4. Pasien RSJ

    "Kamu kenapa ngomongin nasi uduk? Kenapa ngomongin jengkol? Kenapa bilang suka jengkol? Kenapa? Aku sama Papah gak suka makanan itu. Bau!"Mulai dah, bos kampret merepet. Kalian tahu kenapa aku bilang dia bos kampret? karena bos galak itu selalu pulang malam dari kantor. Kalau dia pulang malam, aku juga pulang malam. Gak pernah tuh pulang sore apalagi masih siang. Aneh, jadi bos tapi jam kerjanya melebihi karyawan. Aku tak menanggapi ucapannya. Lebih memilih menikmati roti tawar panggang selay kacang. Ternyata rasanya sangat mantap. Jujur, baru kali ini merasakan roti panggang. Biasanya Aku makan roti tawar tanpa dipanggang. "Harusnya kamu bilang aja, gak suka jengkol. Enggak biasa ke pasar. Enggak biasa makan uduk! Sukanya makan steak, sukanya ke swalayan."Ngomel aja terus. Ya anggap aja, nyanyian di pagi hari. Aku tetap diam, sesekali tersenyum menikmati lezatnya roti tawar panggang. Ya emang norak, tapi memang beginilah aku. "Anabel! Kamu denger aku gak?"Kunyahanku seketika te

  • Suamiku Bos Galak   Bab 3. Anterin

    Mendengar perintah Sadam, Anna jadi serba salah. Menyuapi Sadam di depan kedua orang tuanya? Anna sangat malu. "Eh, kamu denger gak?" sentak Sadam membuat lamunan Anna buyar. "Denger, Bos." Anna bergegas mengangkat piring yang berisi nasi dan beberapa lauk pauk, lalu menyuapi Sadam dengan telaten. Salsa dan Damian yang melihat prilaku putranya hanya menggelengkan kepala dan diam seribu basa. Sebagai seorang ibu, sebetulnya Salsa tak enak hati pada Anna. Akan tetapi, Salsa pun tahu betul watak Sadam. "Kita berangkat sekarang! Bawa sarapanmu, nanti sarapannya di mobil!"Kedua pundak Anna menurun mendengar perintah selanjutnya dari Sadam. Anna menelan air liur melihat sarapan yang terhidang di atas meja makan keluarga Adiwilaga. "Sadam, Anna sarapan di sini dulu sebentar. Setelah itu, baru kalian berangkat."Anna tersenyum mendengar ucapan wanita yang telah melahirkan Sadam. Dalam hati, Anna berharap Sadam mau menuruti perintah Salsa yang tak lain ibu kandungnya. "Enggak apa-apa, M

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status