Home / Romansa / Suamiku Bos Galak / Bab 2. Suapin

Share

Bab 2. Suapin

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-03-06 08:46:52

"Memangnya Mamah mau punya mantu serba minimalis kayak dia? Penampilan minimalis, otak minimalis, hidungnya minimalis, tingginya juga minimalis," cibir Sadam melirik Anna yang merunduk malu. Baru kali ini ada orang yang menghinanya terang-terangan. Anna berusaha menahan kesedihan dan air matanya. 

"Astaghfirullah, Sadam ... Jaga bicaramu, Nak. Sekarang minta maaf sama ... siapa namamu, Nak?"

Salsa agak membungkukkan badan, menatap wajah Anna yang merunduk. 

"Anna Isabella, Tante," jawab Anna sembari meraih telapak tangan Salsa, mencium takzim. 

"Oh namanya cantik. Anna, ucapan Sadam jangan diambil hati, ya? Eh, Sadam ... minta maaf dulu sama Anna. Sadaaamm ...." teriak Salsa karena Sadam sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu. 

"Nanti aja minta maafnya, kalau lebaran."

Jawaban Sadam membuat Salsa semakin tak enak hati pada Anna. 

"Astaghfirullahalazim.... "

"Enggak apa-apa kok, Tante. Kenyataannya kan saya emang serba minimalis, hehehe." sebisa mungkin Anna ingin terlihat baik-baik saja di depan Salsa. 

"Anna, maafin Sadam, ya? Sekarang dia menghinamu, suatu saat dia akan mencintaimu."

"Ck, gak mungkin, Tante." Anna langsung mengelak. 

"Pasti mungkin. Ya udah, masuk ke dalam yuk! kamu belum makan kan?" tanya Salsa sambil merangkul pundak Anna. 

"Udah, Tante."

"Mau makan lagi gak?" Salsa bertanya seraya tersenyum. 

"Enggak, Tante. Terima kasih, saya masih kenyang."

"Eh, Annabel! Kamu makan lagi sini! Ada makanan enak. Kamu pasti suka! Cepat sini!" Suara Sadam yang berdiri di dinding pembatas antara ruang keluarga dan ruang makan. 

"I-iya, Bos. Tante, saya ke sana dulu, ya?"

"Iya, Anna. Inget kata Tante, suatu saat dia akan mencintaimu," bisik Salsa yakin kalau Anna akan dicintai oleh anak semata wayangnya. 

"Tante bisa aja," timpal Anna sambil berjalan menghampiri Sadam. 

Salsa berjalan ke kamarnya yang berada di lantai dua. Meninggalkan Anna dan Sadam yang hendak makan malam. 

"Duduk situ!" titah Sadam. Ia menyendokan nasi dan beberapa lauk pauk ke atas piring Anna. 

"Nih, makan! Tenang aja, makanan itu gratis. Bonus bulananmu tetep aman, enggak akan aku potong buat makan enak ini," kata Sadam menatap Anna yang tampak ragu memakan sepiring nasi beserta lauk pauk yang beraneka macam. 

"Bos, ini kebanyakan. Enggak akan habis. Makan berdua sama Bos mau gak? Biar aku yang suapin," ucap Anna bingung cara menghabiskan nasi dan lauk pauk yang begitu banyak di atas piring. Sadam yang sebelumnya tersenyum, seketika bibirnya mengerucut. 

"Kamu mau ... mau nyuapin aku?" tanya Sadam sekadar meyakinkan pendengarannya. 

"Iya. Dari pada mubazir. Nih, buka mulutmu!" Anna sudah mengangkat nasi ke atas sendok, bersiap menyuapi makanan ke dalam mulut Sadam. 

Anak tunggal Damian dan Salsa itu menurut. Ia membuka mulut hingga mereka saling suap menyuapi. 

Usai menyantap makan malam bersama, Sadam mengantarkan Salsa ke kamarnya. 

"Kamarmu yang itu. Di dalam kamar itu, udah disediakan baju ganti dan hal-hal yang kamu butuhkan. Sekarang lebih baik kamu mandi soalnya badanmu, bau kecut!"

Ucapan Sadam membuat Anna langsung mencium ketiaknya kanan dan kiri. 

"Emangnya bau kecut? Enggak bau kok, orang masih wangi," elak Anna. 

"Katamu masih wangi. Sudah sana mandi! Mau aku mandiin?"

"Dih, enggaklah. Enak aja! Walaupun serba minimalis, tapi aku masih v1rgin!"

"Iya, iya. Ya udah masuk kamar sana! Jangan lupa mandi supaya tidurmu nyenyak, bisa bangun pagi-pagi. Besok kita ke kantor jam enam pagi  buat persiapan persentasi dengan klien dari luar kota." 

"Siap, Bos!"

Tanpa berkata-kata lagi, Sadam pergi meninggalkan Anna. 

Sebelum tidur, Anna membersihkan badan. Tidak peduli waktu yang sudah tengah malam. Usai mandi, keadaan badan Anna sudah menjadi lebih segar, dia pun membaringkan tubuh ke atas r4njang, lalu terlelap. 

****

Anna terbangun pukul lima Subuh. Usai salat Subuh, Anna keluar kamar. Rasanya tak enak jika menginap di rumah orang tapi berleha-leha. Anna ingin membantu asisten rumah tangga Sadam beres-beres atau menyiapkan sarapan. 

"Non ... Non-nya Mas Sadam udah bangun?" Kening Anna mengkerut mendengar panggilan wanita yang usianya mungkin sekitar lima puluh tahunan. 

"Nama saya Anna, Bi. Bukan Non-nya Mas Sadam," ralat Anna menghampiri Bi Sanah yang memanggang roti tawar. 

"Oh, namanya Non Anna. Maaf, Bibi gak tau. Non Anna duduk di sana aja. Biar Bibi yang memanggang roti tawarnya," ucap Bi Sanah yang sudah terlihat semakin menua. Usia Bi Sanah sekarang sudah mendekati 80 tahunan tetapi wanita itu tetap ingin bekerja di keluarga Adiwilaga bahkan Bi Sanah ingin bekerja di rumah ini sampai akhir hayat. 

"Enggak apa-apa, Bi. Insya Allah saya juga bisa," kata Anna membantu Bi Sanah memanggang roti tawar. 

"Bi, maaf. Tuti kesiangan." Pembantu lainnya yang berusia sekitar tiga puluh tahunan datang, menggantikan Bi Sanah. 

"Kamu itu, Tut. Jangan kesiangan terus. Kalau Mas Damian dan Non Salsa tau, Bibi yang malu. Makanya kalau malam, jangan main hape mulu," omel Bi Sanah pada Tuti yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya. 

"Iya, maaf, Bi. Hm, maaf ... Non pacarnya Mas Sadam?" tanya Tuti penasaran, menoleh pada Anna. 

"Bukan, Mbak. Saya cuma sekretarisnya. Semalam nginap di sini soalnya lembur. Kata Bos Sadam, nginap di sini saja supaya ke kantornya gak telat," jelas Anna pada kedua asisten rumah tangga keluarga. 

Setelah beberapa menit berlalu, Salsa dan Damian sudah keluar dari kamar. 

"Kamu yang namanya Anna Isabella?" tanya Damian dingin. Semalam Salsa sempat bercerita tentang gadis yang dibawa Sadam ke rumahnya. 

"I-Iya, Pak," jawab Anna berdiri. 

Anna tentu tahu kalau yang menyapanya adalah Damian Adiwilaga. Lelaki yang terkenal dingin dan bertangan besi dalam menjalankan bisnisnya. Terbukti, sampai sekarang bisnis keluarga Adiwilaga ada yang bergerak di restoran, cafe, dan sekarang sejak Damian memiliki anak, Damian mencoba bisnis dalam bidang property dan bahan-bahan tekstil. 

"Anna, gak usah takut-takut begitu. Suamiku ini orangnya sangat baik. Silakan duduk lagi, kita sarapan bersama." Salsa sangat ramah. Anna sangat menyukai sikap ramah wanita telah melahirkan Sadam, bos galak di muka bumi ini. 

Sadam datang, langsung duduk di samping Anna. 

"Annabelle, ambilkan aku roti panggang, sekalian olesin selai cokelat," titah Sadam pada gadis yang sudah berpakaian rapi. 

"Iya, Bos."

Dengan cekatan Anna melakukan perintah Sadam. Kemudian, roti panggang yang sudah diberi selay diletakkan di atas piring. 

"Ini roti panggangnya," ujar Anna masih menjaga sikap.

Sadam mengerutkan kening, menoleh pada Anna. Sedangkan Salsa dan Damian diam-diam memerhatikan tingkah laku putranya. 

"Kenapa diletakkan di atas piring? Yang mau sarapan itu aku, bukan piring. Harusnya kamu letakkan roti itu ke dalam mulutku!" sentak Sadam membuat Salsa dan Damian menggelengkan kepala. 

"Ma-maksudnya Bos?"

"Suapin aku!"

Hah? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Bos Galak   Bab 3. Anterin

    Mendengar perintah Sadam, Anna jadi serba salah. Menyuapi Sadam di depan kedua orang tuanya? Anna sangat malu. "Eh, kamu denger gak?" sentak Sadam membuat lamunan Anna buyar. "Denger, Bos." Anna bergegas mengangkat piring yang berisi nasi dan beberapa lauk pauk, lalu menyuapi Sadam dengan telaten. Salsa dan Damian yang melihat prilaku putranya hanya menggelengkan kepala dan diam seribu basa. Sebagai seorang ibu, sebetulnya Salsa tak enak hati pada Anna. Akan tetapi, Salsa pun tahu betul watak Sadam. "Kita berangkat sekarang! Bawa sarapanmu, nanti sarapannya di mobil!"Kedua pundak Anna menurun mendengar perintah selanjutnya dari Sadam. Anna menelan air liur melihat sarapan yang terhidang di atas meja makan keluarga Adiwilaga. "Sadam, Anna sarapan di sini dulu sebentar. Setelah itu, baru kalian berangkat."Anna tersenyum mendengar ucapan wanita yang telah melahirkan Sadam. Dalam hati, Anna berharap Sadam mau menuruti perintah Salsa yang tak lain ibu kandungnya. "Enggak apa-apa, M

    Last Updated : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 4. Pasien RSJ

    "Kamu kenapa ngomongin nasi uduk? Kenapa ngomongin jengkol? Kenapa bilang suka jengkol? Kenapa? Aku sama Papah gak suka makanan itu. Bau!"Mulai dah, bos kampret merepet. Kalian tahu kenapa aku bilang dia bos kampret? karena bos galak itu selalu pulang malam dari kantor. Kalau dia pulang malam, aku juga pulang malam. Gak pernah tuh pulang sore apalagi masih siang. Aneh, jadi bos tapi jam kerjanya melebihi karyawan. Aku tak menanggapi ucapannya. Lebih memilih menikmati roti tawar panggang selay kacang. Ternyata rasanya sangat mantap. Jujur, baru kali ini merasakan roti panggang. Biasanya Aku makan roti tawar tanpa dipanggang. "Harusnya kamu bilang aja, gak suka jengkol. Enggak biasa ke pasar. Enggak biasa makan uduk! Sukanya makan steak, sukanya ke swalayan."Ngomel aja terus. Ya anggap aja, nyanyian di pagi hari. Aku tetap diam, sesekali tersenyum menikmati lezatnya roti tawar panggang. Ya emang norak, tapi memang beginilah aku. "Anabel! Kamu denger aku gak?"Kunyahanku seketika te

    Last Updated : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 5. Ultimatum

    "Hah? Masa sih, Bos?""Iya.""Emang Juwita diapain sampe gila begitu?" tanya Anna penasaran. "Sini, duduk kamu di sini!"Anna mengikuti langkah Sadam, duduk di sofa bersebelahan. Lelaki itu mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang, memantiknya. Asap rokoknya sangat mengganggu. Kebiasaan Sadam, tiap kali mau cerita, pasti sambil merokok. "Aku mau cerita, kamu mau dengerin gak?" tanyanya dingin. Anna menganggukan kepala, mengubah posisi duduk lebih menghadapnya. "Gimana ceritanya, mantan pacar Bos itu mengalami gangguan jiwa."Sadam melonggorkan dasi, sorot matanya yang tajam menatap lurus ke depan. Sekian menit, terjadi keheningan. Anna sampai menarik napas panjang berulang kali menunggu cerita yang disampaikan lelaki yang tengah merokok itu. "Juwita gila gara-gara video m3svm mereka disebarluaskan. Wajah si Jagat gak dilihatin, cuma Juwita aja. Itu juga kata temenku yang lihat videonya.""Kamu juga lihat videonya?""Enggak," jawab Sadam menjentikkan abu rokok ke atas as

    Last Updated : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 6. Mau?

    "Assalamu'alaikum, Tante ..., " sapa Anna saat pintu telah dibuka oleh seorang wanita cantik meski sudah tak lagi muda. "Waalaikumsalam, Anna Isabella... Tante pikir kamu gak jadi nginep.""Jadi dong, Tante.... Anna kan udah janji.""Eh, kamu pake parfum apa sih? Wanginya Tante seneng deh!"Hidung Salsa mengendus tubuh Anna. Dia memang mengkoleksi berbagai macam parfum. Dari harga 15 ribu rupiah sampai 150 juta. Yamaklum, istri seorang Damian. Apapun yang diinginkan, pasti dikabulkan. Parfum seharga 150 juta bagi Damian, bukan masalah besar. Masalah besar bagi Damian jika istri tercinta tidak bicara padanya lewat dia jam. "Dia pake parfum murah, Mah. Paling wanginya cuma satu jam doang." Baru saja Anna mau menjawab, sudah dijawab lebih dulu oleh Sadam. "Jangan diambil ati ucapannya. Dibalik nyinyirannya, ada pujian yang tersembunyi, " bisik Salsa pada Anna yang wajahnya sempat murung. "Masa sih, Tante? Kayaknya gak mungkin deh." Anna langsung mengelak ucapan Salsa. Secara nyata,

    Last Updated : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 7. Celana Dalam

    "Nikah sama Anabel? Yang bener aja, Mah!" Tanggapan Sadam tampak tak suka. Terkejut, menyugar rambut kesal. "Gak bener kenapa? Anabel itu anak yang baik, cantik, menarik lagi. Kurang apa coba? Udahlah, Dam ... lupain Juwita. Move on ...." Salsa tak henti, membujuk anak semata wayangnya agar mau menikah dengan Anna Isabella. Gadis yang selama ini menjadi sekretarisnya. "Aku belum pengen nikah, Mah. Dah ya, aku mau tidur dulu. Night, Mah."Belum sempat Salsa menanggapi ucapan Sadam, lelaki itu langsung menutup pintu kamar. Salsa hanya menghela napas berat. Meninggalkan pintu kamar Sadam, berjalan menghampiri sang suami yang menunggu di dalam kamarnya. Damian yang tengah menonton berita tanah air di televisi kamar menoleh. Salsa masuk kamar, bibirnya cemberut, terlihat kesal. "Bibirmu manyun gitu, pengen aku sosor?"Damian justru menggoda istrinya. Salsa memutar bola mata malas. Menajuhkan bibir Damian yang hendak meng3cup bibirnya. "Aku kesel sama Sadam. Masa dia belum mau nikah se

    Last Updated : 2025-03-06
  • Suamiku Bos Galak   Bab 8. Disuruh

    Anna terkejut mendapat perintah Sadam. Dia bingung, mau mengambilkan celana d4lam Sadam atau gak. "B-Bos ... yang bener aja, cuma cel4na dalam saya yang ngambilin?" Anna meringis, garuk-garuk kepalanya yang tak gatal."Ya sudah kalau gak mau. Keluar sana!"Anna bernapas lega. Sadam tidak memaksa seperti biasa. Gadis itu melenggang keluar kamar, berjalan ke ruang makan. Di sana Salsa dan Damian sedang menyantap sarapan. "An, Sadam susah dibanguninnya ya?" tanya Salsa melihat Anna sudah datang ke ruang makan. Anna menarik kursi, duduk dan tersenyum simpul. "Bos Sadam udah bangun, Tante.""Kok kamu sampe lama?""Itu ... Bos Sadam pengen disiapin pakaiannya.""Oohh ...." Salsa menanggapi sambil melirik suaminya yang tampak menggelengkan kepala. Tidak berselang lama, Sadam datang. Lelaki itu duduk di kursi samping Anna. Sadam mengambil roti tawar yang sudah diberi selai Kacang oleh Anna. "Sadam, nanti di pasarnya kamu nungguin di mobil aja. Gak usah ikut masuk pasar," tukas Salsa mena

    Last Updated : 2025-03-20
  • Suamiku Bos Galak   Bab 9. Dicegah

    Baru kali ini Salsa sangat menikmati masakan sendiri. Makan masakan favorit tidak sendirian, ada temannya. Sepertinya Anna harus, wajib, mesti, jadi istrinya Sadam. Cewek kayak gini tuh sulit dicari apalagi multitalenta. Anna bukan hanya pandai memasak masakan kampung, tetapi dia juga gadis yang cerdas. Mampu bekerja di perusahaan besar. "An, kamu mau gak jadi mantu, Tante?" Salsa sudah tak tahan ingin bertanya masalah itu pada Anna. "Hah? Mantu, Tante? Gak salah?"Gadis itu kayaknya masih gak percaya kalau Sadam jatuh hati padanya. Salsa yakin, Sadam sebenarnya sangat menyukai Anna. Kalau gak suka, mana berani Sadam bawa cewek ke rumah. Dulu, waktu pacaran sama Juwita, dia gak pernah bawa Juwita ke rumah. Salsa dan Damian hanya dikenalkan di restoran waktu Sadam ingin makan malam bersama mereka. Tapi, Salsa gak suka pada Juwita. Menurut Salsa, Juwita orangnya sombong. Memang dia lebih cantik jika dibandingkan Anna, tetapi sama sekali tidak ramah. Dia ramah saat ada Sadam saja. Kala

    Last Updated : 2025-03-20
  • Suamiku Bos Galak   Bab 10. Dinner

    "Maaf, Nak. Papa gak bisa melarang mamamu pergi dengan Anna," jawab Damian lesu. Menoleh ke dalam kamar, melihat istrinya sedang mematut diri di depan cermin rias. "Ya elah, Pa ... kenapa gak bisa? Aku beneran lagi banyak kerjaan. Butuh Annabel aku, Pah. Ck, mama tuh ada-ada aja."Sadam mulai frustasi jika mengingat kembali kelakuan wanita yang telah melahirkannya. Sejak mengenal Anna, Salsa jadi sering mengganggu pekerjaan sekretaris Sadam itu. "Kamu kayak gak tau mamamu saja, Nak. Gini aja, sekarang Papa ke kantor. Papa bantuin kerjaanmu.""Enggak usah, Pa. Aku butuhnya Annabel bukan Papa." Sangat tegas, Sadam mengucapkan kalimat tersebut. Damian tidak tersinggung, ia sudah tahu betul sifat anaknya. Sadam suka ceplas-ceplos. Kadang tak peduli, apakah perasaan orang lain akan tersinggung atau tidak. Damian justru tersenyum, mengingat kembali masa mudanya ketika awal mula menikah dengan Salsa. Dia pun sama. Selalu ketus pada Salsa, selalu menghina dan mengejek Salsa. Namun, seiring

    Last Updated : 2025-03-21

Latest chapter

  • Suamiku Bos Galak   Bab 11. Disuap

    Anna sangat terkejut mendengar ajakan Sadam. Selama ini memang dia beberapa kali diajak makan di restoran, entah siang atau malam. Tapi, biasanya bersama klien atau sedang bertemu dengan klien. Kalau hanya berdua makan malam, hanya baru kali ini. "Bos, enggak salah ngomong kan?" Anna memastikan yang didengarnya. Sadam membuka kedua mata, menatap lekat gadis yang duduk bersimpuh di bawah kakinya. "Kamu pikir saya cowok plinplan?" sentak Sadam tampak marah. Anna meringis, menggelengkan kepala. Bukan maksud Anna menganggap Sadam plinplan, tapi biasanya lelaki itu sering marah-marah terus. Sekarang tiba-tiba mengajak dinner, maksudnya apa?'Apa mungkin benar, yang dikatakan tante Salsa? Kalau Bos Sadam sebenarnya suka sama aku?' Tanpa disadari, Anna tersenyum manis sambil merunduk."Kamu kenapa senyam-senyum begitu? Senyummu pahit, gak ada manis-manisnya!" Sangat ketus, Sadam mengatakan kalimat itu. Sadam bangkit dari tempat duduk, bersiap merapikan berkas-berkas dan hendak pulang. A

  • Suamiku Bos Galak   Bab 10. Dinner

    "Maaf, Nak. Papa gak bisa melarang mamamu pergi dengan Anna," jawab Damian lesu. Menoleh ke dalam kamar, melihat istrinya sedang mematut diri di depan cermin rias. "Ya elah, Pa ... kenapa gak bisa? Aku beneran lagi banyak kerjaan. Butuh Annabel aku, Pah. Ck, mama tuh ada-ada aja."Sadam mulai frustasi jika mengingat kembali kelakuan wanita yang telah melahirkannya. Sejak mengenal Anna, Salsa jadi sering mengganggu pekerjaan sekretaris Sadam itu. "Kamu kayak gak tau mamamu saja, Nak. Gini aja, sekarang Papa ke kantor. Papa bantuin kerjaanmu.""Enggak usah, Pa. Aku butuhnya Annabel bukan Papa." Sangat tegas, Sadam mengucapkan kalimat tersebut. Damian tidak tersinggung, ia sudah tahu betul sifat anaknya. Sadam suka ceplas-ceplos. Kadang tak peduli, apakah perasaan orang lain akan tersinggung atau tidak. Damian justru tersenyum, mengingat kembali masa mudanya ketika awal mula menikah dengan Salsa. Dia pun sama. Selalu ketus pada Salsa, selalu menghina dan mengejek Salsa. Namun, seiring

  • Suamiku Bos Galak   Bab 9. Dicegah

    Baru kali ini Salsa sangat menikmati masakan sendiri. Makan masakan favorit tidak sendirian, ada temannya. Sepertinya Anna harus, wajib, mesti, jadi istrinya Sadam. Cewek kayak gini tuh sulit dicari apalagi multitalenta. Anna bukan hanya pandai memasak masakan kampung, tetapi dia juga gadis yang cerdas. Mampu bekerja di perusahaan besar. "An, kamu mau gak jadi mantu, Tante?" Salsa sudah tak tahan ingin bertanya masalah itu pada Anna. "Hah? Mantu, Tante? Gak salah?"Gadis itu kayaknya masih gak percaya kalau Sadam jatuh hati padanya. Salsa yakin, Sadam sebenarnya sangat menyukai Anna. Kalau gak suka, mana berani Sadam bawa cewek ke rumah. Dulu, waktu pacaran sama Juwita, dia gak pernah bawa Juwita ke rumah. Salsa dan Damian hanya dikenalkan di restoran waktu Sadam ingin makan malam bersama mereka. Tapi, Salsa gak suka pada Juwita. Menurut Salsa, Juwita orangnya sombong. Memang dia lebih cantik jika dibandingkan Anna, tetapi sama sekali tidak ramah. Dia ramah saat ada Sadam saja. Kala

  • Suamiku Bos Galak   Bab 8. Disuruh

    Anna terkejut mendapat perintah Sadam. Dia bingung, mau mengambilkan celana d4lam Sadam atau gak. "B-Bos ... yang bener aja, cuma cel4na dalam saya yang ngambilin?" Anna meringis, garuk-garuk kepalanya yang tak gatal."Ya sudah kalau gak mau. Keluar sana!"Anna bernapas lega. Sadam tidak memaksa seperti biasa. Gadis itu melenggang keluar kamar, berjalan ke ruang makan. Di sana Salsa dan Damian sedang menyantap sarapan. "An, Sadam susah dibanguninnya ya?" tanya Salsa melihat Anna sudah datang ke ruang makan. Anna menarik kursi, duduk dan tersenyum simpul. "Bos Sadam udah bangun, Tante.""Kok kamu sampe lama?""Itu ... Bos Sadam pengen disiapin pakaiannya.""Oohh ...." Salsa menanggapi sambil melirik suaminya yang tampak menggelengkan kepala. Tidak berselang lama, Sadam datang. Lelaki itu duduk di kursi samping Anna. Sadam mengambil roti tawar yang sudah diberi selai Kacang oleh Anna. "Sadam, nanti di pasarnya kamu nungguin di mobil aja. Gak usah ikut masuk pasar," tukas Salsa mena

  • Suamiku Bos Galak   Bab 7. Celana Dalam

    "Nikah sama Anabel? Yang bener aja, Mah!" Tanggapan Sadam tampak tak suka. Terkejut, menyugar rambut kesal. "Gak bener kenapa? Anabel itu anak yang baik, cantik, menarik lagi. Kurang apa coba? Udahlah, Dam ... lupain Juwita. Move on ...." Salsa tak henti, membujuk anak semata wayangnya agar mau menikah dengan Anna Isabella. Gadis yang selama ini menjadi sekretarisnya. "Aku belum pengen nikah, Mah. Dah ya, aku mau tidur dulu. Night, Mah."Belum sempat Salsa menanggapi ucapan Sadam, lelaki itu langsung menutup pintu kamar. Salsa hanya menghela napas berat. Meninggalkan pintu kamar Sadam, berjalan menghampiri sang suami yang menunggu di dalam kamarnya. Damian yang tengah menonton berita tanah air di televisi kamar menoleh. Salsa masuk kamar, bibirnya cemberut, terlihat kesal. "Bibirmu manyun gitu, pengen aku sosor?"Damian justru menggoda istrinya. Salsa memutar bola mata malas. Menajuhkan bibir Damian yang hendak meng3cup bibirnya. "Aku kesel sama Sadam. Masa dia belum mau nikah se

  • Suamiku Bos Galak   Bab 6. Mau?

    "Assalamu'alaikum, Tante ..., " sapa Anna saat pintu telah dibuka oleh seorang wanita cantik meski sudah tak lagi muda. "Waalaikumsalam, Anna Isabella... Tante pikir kamu gak jadi nginep.""Jadi dong, Tante.... Anna kan udah janji.""Eh, kamu pake parfum apa sih? Wanginya Tante seneng deh!"Hidung Salsa mengendus tubuh Anna. Dia memang mengkoleksi berbagai macam parfum. Dari harga 15 ribu rupiah sampai 150 juta. Yamaklum, istri seorang Damian. Apapun yang diinginkan, pasti dikabulkan. Parfum seharga 150 juta bagi Damian, bukan masalah besar. Masalah besar bagi Damian jika istri tercinta tidak bicara padanya lewat dia jam. "Dia pake parfum murah, Mah. Paling wanginya cuma satu jam doang." Baru saja Anna mau menjawab, sudah dijawab lebih dulu oleh Sadam. "Jangan diambil ati ucapannya. Dibalik nyinyirannya, ada pujian yang tersembunyi, " bisik Salsa pada Anna yang wajahnya sempat murung. "Masa sih, Tante? Kayaknya gak mungkin deh." Anna langsung mengelak ucapan Salsa. Secara nyata,

  • Suamiku Bos Galak   Bab 5. Ultimatum

    "Hah? Masa sih, Bos?""Iya.""Emang Juwita diapain sampe gila begitu?" tanya Anna penasaran. "Sini, duduk kamu di sini!"Anna mengikuti langkah Sadam, duduk di sofa bersebelahan. Lelaki itu mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang, memantiknya. Asap rokoknya sangat mengganggu. Kebiasaan Sadam, tiap kali mau cerita, pasti sambil merokok. "Aku mau cerita, kamu mau dengerin gak?" tanyanya dingin. Anna menganggukan kepala, mengubah posisi duduk lebih menghadapnya. "Gimana ceritanya, mantan pacar Bos itu mengalami gangguan jiwa."Sadam melonggorkan dasi, sorot matanya yang tajam menatap lurus ke depan. Sekian menit, terjadi keheningan. Anna sampai menarik napas panjang berulang kali menunggu cerita yang disampaikan lelaki yang tengah merokok itu. "Juwita gila gara-gara video m3svm mereka disebarluaskan. Wajah si Jagat gak dilihatin, cuma Juwita aja. Itu juga kata temenku yang lihat videonya.""Kamu juga lihat videonya?""Enggak," jawab Sadam menjentikkan abu rokok ke atas as

  • Suamiku Bos Galak   Bab 4. Pasien RSJ

    "Kamu kenapa ngomongin nasi uduk? Kenapa ngomongin jengkol? Kenapa bilang suka jengkol? Kenapa? Aku sama Papah gak suka makanan itu. Bau!"Mulai dah, bos kampret merepet. Kalian tahu kenapa aku bilang dia bos kampret? karena bos galak itu selalu pulang malam dari kantor. Kalau dia pulang malam, aku juga pulang malam. Gak pernah tuh pulang sore apalagi masih siang. Aneh, jadi bos tapi jam kerjanya melebihi karyawan. Aku tak menanggapi ucapannya. Lebih memilih menikmati roti tawar panggang selay kacang. Ternyata rasanya sangat mantap. Jujur, baru kali ini merasakan roti panggang. Biasanya Aku makan roti tawar tanpa dipanggang. "Harusnya kamu bilang aja, gak suka jengkol. Enggak biasa ke pasar. Enggak biasa makan uduk! Sukanya makan steak, sukanya ke swalayan."Ngomel aja terus. Ya anggap aja, nyanyian di pagi hari. Aku tetap diam, sesekali tersenyum menikmati lezatnya roti tawar panggang. Ya emang norak, tapi memang beginilah aku. "Anabel! Kamu denger aku gak?"Kunyahanku seketika te

  • Suamiku Bos Galak   Bab 3. Anterin

    Mendengar perintah Sadam, Anna jadi serba salah. Menyuapi Sadam di depan kedua orang tuanya? Anna sangat malu. "Eh, kamu denger gak?" sentak Sadam membuat lamunan Anna buyar. "Denger, Bos." Anna bergegas mengangkat piring yang berisi nasi dan beberapa lauk pauk, lalu menyuapi Sadam dengan telaten. Salsa dan Damian yang melihat prilaku putranya hanya menggelengkan kepala dan diam seribu basa. Sebagai seorang ibu, sebetulnya Salsa tak enak hati pada Anna. Akan tetapi, Salsa pun tahu betul watak Sadam. "Kita berangkat sekarang! Bawa sarapanmu, nanti sarapannya di mobil!"Kedua pundak Anna menurun mendengar perintah selanjutnya dari Sadam. Anna menelan air liur melihat sarapan yang terhidang di atas meja makan keluarga Adiwilaga. "Sadam, Anna sarapan di sini dulu sebentar. Setelah itu, baru kalian berangkat."Anna tersenyum mendengar ucapan wanita yang telah melahirkan Sadam. Dalam hati, Anna berharap Sadam mau menuruti perintah Salsa yang tak lain ibu kandungnya. "Enggak apa-apa, M

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status