"Ini untukmu!"Sebuah bungkusan plastik mendarat di atas pangkuan Atika. Gadis itu mengangkat pandangannya dan melihat Daffa yang sedang menggeret bangku kosong ke dekat Atika dan mendudukinya."Apa ini?""Buka saja. Kemarin kamu bilang ingin lepas dari kebangkrutan. Aku gak punya banyak uang, tapi aku bisa bantu kamu menjual kemampuanmu."Atika mengerutkan dahi tak memahami penjelasan Daffa. Setelah hampir satu minggu mengacuhkannya, pria ini tiba-tiba datang dan mengungkit permintaan memalukan yang sempat Atika katakan dulu."Alah, kelamaan!" dengus Daffa lalu beranjak membuka bungkusan itu sendiri dan menaruhnya ke atas meja di depan Atika.Satu set cat minyak merk premium, beberapa tote bag serta pouch berbahan kanvas dan alat lukis lainnya kini berserakan di atas meja Atika. Semuanya masih tersegel, artinya perlengkapan melukis itu masih baru. Atika tahu benar berapa harga barang-barang ini, kalau dijumlahkan bisa setara dengan harga sepatu kets terbaru."Kamu beli ini?""Aku gak
"Nara, lihat siapa yang datang!" Daffa berseru riang setelah menggeser pintu kamar rawat hingga terbuka. Atika melongokkan kepala ke dalam, di atas tempat tidur seorang anak perempuan berusia kurang lebih delapan tahun terbaring lemah dengan selang infus yang menggantung dari pergelangan tangannya. Nara, anak itu tersenyum ceria menyambut Daffa. "Berikan buket itu padanya, Nara sangat suka bunga," bisik Daffa pada Atika. "Krisan! Makasih Om, Tante cantik banget, mirip Gwiyomi. Gwiyomi punya kebun bunga Krisan juga! " Atika bergantian menatap Daffa dan Nara tak mengerti. Belum juga Atika mendapatkan jawaban bukti apa yang akan ia dapatkan di rumah sakit ini, sekarang Atika harus memahami perkataan absurd bocah ingusan di depannya. "Gwiyomi karakter kartun yang Nara suka, menurut Nara kamu mirip Gwiyomi." Daffa menjelaskan dengan sabar, senyum tak pernah lepas dari wajahnya saat menyebutkan nama Nara. "Ah, begitu. Maaf aku gak tahu. Tapi kalau Nara suka, pasti Gwiyomi memang canti
Bangsal anak-anak masih ramai ketika Atika melangkahkan kaki keluar dari dalam lift dan berjalan menuju kamar rawat yang dua minggu terakhir ini selalu ia kunjungi. Beberapa perawat dan tenaga medis bahkan menyapa Atika ramah ketika berpapasan dengannya. Atika mengulum senyum, rumah sakit ini sudah jadi rumah keduanya.Di tangannya, ia kini menjinjing sebuah tas belanja berisi boneka Gwiyomi edisi terbatas. Atika bahkan terpaksa menunggu sepuluh hari untuk mendapatkan boneka kucing dengan kostum bunga mawar berwarna hitam ini meluncur di rumahnya. Dalam benaknya, Atika sudah membayangkan wajah sumringah Nara ketika menerima hadiah darinya."Nara, lihat Tante Tika bawa apa?" seru Atika melongokkan kepala ke dalam kamar rawat Nara yang terbuka separuh.Perut Atika mencelos, kamar rawat itu kosong tidak berpenghuni. Tempat tidur yang kemarin masih ditempati Nara, sekarang bersih dengan selimut yang terlipat rapi di ujung kaki tempat tidur. Tumpukan buku cerita pemberian Atika yang biasa
"Berhenti melakukan hal yang sia-sia. Sampai kapanpun video itu tidak akan pernah aku berikan." Arini menunduk menatap ujung kakinya malu. "Sebelum mengundurkan diri, Leanna menghancurkan semua hasil rekaman videonya termasuk video hari dimana dia sengaja keracunan. Jadi, semua usahamu akan percuma. Meski aku mau, aku tidak mungkin membantumu.""Aku tulus ingin membawa Nara jalan-jalan," ucap Atika sambil menepuk halus punggung tangan gadis kecil di sampingnya. "Ada atau gak ada video itu, aku ingin kalian menikmati waktu yang lebih menyenangkan selama beberapa saat. Aku yakin, Nara juga sudah bosan terus berada di ruang perawatan sepanjang hari."Arini akhirnya mengangkat wajahnya membuat Atika dapat melihat mata Arini yang memerah karena menahan air mata yang hampir tumpah. Atika sangat mengenal tatapan penuh penderitaan itu, tatapan yang dulu selalu diberikan bayangannya sendiri dari dalam cermin. Tatapan itu milik Atika Lidah Atika gatal ingin menanyakan apa sebab Arini memendam
Sepuluh menit lebih telah berlalu semenjak ledakan impulsif yang menimpa Atika. Detik jarum jam serasa diperbesar menggunakan pengeras suara di telinga perempuan itu. Di bawah tatapan menusuk suaminya, nyali Atika menciut seketika. "Aku menunggu penjelasanmu," kata Elang memecah kesunyian di kamar rawat VVIP tempat Atika berbaring sekarang.Atika memilin ujung selimut, masih belum berani membalas langsung tatapan Elang."Aku gak tahu harus mulai darimana," cicit Atika. Lebih tepatnya, Atika berhati-hati agar tidak menyulut emosi Elang seandainya pria itu sudah tahu kalau proyek menyelamatkan perusahaan ini Atika lakukan bersama Daffa.Elang menghembuskan nafas kasar dan melonggarkan ikatan dasi yang melingkari lehernya. "Dua minggu terakhir ini, apa kamu benar-benar mengikuti kelas yoga bersama Hanny?"Atika menggeleng pelan, dagunya semakin menempel ke dada."Aku minta maaf sudah berbohong, aku sungguh ingin membantumu. Kalau aku menceritakan semua ini aku takut kamu akan melarangku,
"Aku bisa turun sendiri." Atika berucap pelan saat Elang tergesa-gesa turun dari dalam mobil dan membukakan pintu kursi penumpang untuknya.Elang menggeleng tegas sebagai jawaban. "Dokter bilang kondisimu belum pulih sempurna, demi kebaikan bersama aku akan memastikan kamu tetap aman!" Pria itu mengulurkan tangan kanannya meminta Atika menggunakannnya sebagai tumpuan."Berlebihan sekali, aku jadi merinding." Atika bergidik ngeri tapi tetap tak mampu menahan diri untuk tidak tersipu malu."Kenapa sepi? Kemana yang lain?" tanya Atika ketika mereka sudah memasuki ruang tamu. Biasanya beberapa asisten rumah tangga akan datang menyambut mereka di pintu masuk, tetapi kali ini rumah itu terlihat sepi, sunyi, bahkan angin pun seperti lupa untuk berhembus siang itu."Mereka di tempatnya masing-masing, seperti biasa." "Gak, ini aneh. Gak ada yang terjadi selama aku dirawat di rumah sakit, kan?""Sekarang kamu yang berlebihan, kamu hanya pergi dua hari. Tidak akan ada yang berubah hanya dalam b
Pesta berlangsung hingga hampir tengah malam. Selain sajian makan malam mewah serta penampilan musik hidup dari beberapa artis kenamaan, Elang juga menyiapkan atraksi kembang api untuk Atika. "Terima kasih, telah menyiapkan pesta yang begitu indah," bisik Atika pada Elang yang sedang menutup tirai jendela kamar mereka setelah pesta berakhir. Hanny dan keluarganya serta Adrian, khusus malam ini menempati pavilliun khusus tamu di rumah itu."Tidak, aku yang berterima kasih. Pertama, untuk bukti rekaman video itu. Kedua dan yang paling penting adalah, karena telah memberiku Baby Ael." Elang berbalik dan berjongkok lalu mengecup perut Atika yang masih datar. "Dia adalah hartaku yang paling berharga."Atika diam tidak menjawab membuat Elang mendongak dan menatap heran istrinya. "Ada apa? Kamu sepertinya tidak begitu bahagia dengan berita ini." Elang beranjak bangun dan duduk di samping istrinya ketika Atika malah menghela nafas berat sebagai jawaban atas dugaannya."Bukan begitu," ucap At
"Nyonya, hati-hati! Tuan Elang tidak suka kalau tahu Nyonya berjalan-jalan di pinggir kolam renang seperti itu.""Mulai sekarang, aku tidak mengijinkanmu masuk ke dapur! Banyak benda-benda berbahaya di dalam dapur. Ingat keselamatanmu dan Baby Ael yang utama!""Maaf, Tika. Mulai hari ini kamu sudah harus mengambil cuti hamil. Aku gak bisa melawan perintah dari pusat."Atika membanting ponselnya ke atas tempat tidur. Setelah omelan Bi Rika kemarin sore saat Atika tengah asyik bermain air di tepi kolam renang dan larangan tidak masuk akal dari Elang diwaktu sarapan tadi, Atika sekarang dibuat kesal oleh panggilan dari Kirani, ketua divisi humas tempat Atika bekerja."Mana ada karyawan yang cuti hamil dari dua bulan mengandung? Ini pasti ulah Elang. Pakai istilah perintah dari pusat segala!" gerutu Atika pada bayangannya sendri di cermin.Pagi ini dia sudah siap dengan pakaian kerjanya seperti biasa, setelah tiga hari libur, Atika merasa cukup penat terus berdiam diri di rumah. Kegiatan