Seorang pria duduk di tepi pantai hanya bersinarkan cahaya rembulan dan bintang yang berpesta pora di musim panas. Angin malam berembus lembut menerbangkan kemeja yang sengaja tak dikancingkan, menampilkan lapisan kaos warna putih yang ada di dalamnya.Di pasir keemasan, dua botol anggur mahal salah satunya hanya tersisa separuh. Isinya sudah habis ditegaknya dalam selang waktu puluhan menit yang lalu."Kenapa kamu harus menikahinya, Tifanny?" raungnya pecah di antara suara deburan ombak.Setelah sekian tahun berlalu, ternyata rasa itu belum hilang. Tifanny, wanita yang berhasil membuat Gavin patah hati. Lompatan waktu membawanya hinggap pada masa sembilan tahun silam, saat kekecewaannya memuncak karena pernikahan wanita yang teramat dicintainya di dunia ini.Tayangan demi tayangan kekecewaan itu hadir begitu saja di pelupuk mata. Membuka kembali balutan luka yang telah lama mengering. Sialnya, bekas luka itu tidak pernah hilang. Bahkan kini, kembali menganga."Kenapa, Tifanny. Kenapa
Adalah hal langka, keluarga Fletcher bisa bersama berkumpul di Resort mewah seperti hari ini, karena biasanya, mereka mempunyai kesibukan masing-masing. Berkat Floretta, terpaksa harus meluangkan waktu.Sarapan pagi outdoor dengan background birunya pantai dan pasir putih suasana paling istimewa bagi Floretta, sejak beberapa bulan terakhir. Ditambah lagi, kehangatan perhatian dari Fletcher senior maupun paman dan bibinya, membuatnya berwajah semringah sejak sampai Blue Sea."Selamat pagi, Flow," sapa Eleanor yang terlambat datang. Suami gilanya itu baru saja mengizinkan keluar dari kamar setelah semalaman mengurungnya sebagai hukuman."Pagi, Bibi. Anda terlihat sangat cantik pagi ini." Floretta yang tengah mengunyah roti memberikan pujian dengan mulut penuh makanan."Jangan bicara dengan mulut penuh, Flow." Rose menasihati."Iya, Oma." Floretta merasa bersalah pada sang Nenek yang begitu disiplin tentang tata krama di meja makan."Pagi, Ponakan cantikku," sapa Aaron sembari mendaratk
Seorang pemuda berdiri mengamati tiga orang yang sedang bermain di pantai dari kajauhan. Tatapan campur aduk yang membangkitkan dendam, karena patah hati. Sulit memadamkan dendam yang sudah terlalu lama bersemi."Kebahagiaan kalian membuatku iri," dengkusnya.Ekor matanya selalu mengikuti gerakan orang yang diamatinya. Aaron dan Eleanor tertawa gembira bersama anak tujuh tahun."Siapa anak kecil itu?" tanyanya lirih."Apa mungkin itu putrinya Tifanny?" Ada kilat teduh ketika Gavin mengucapkannya. Saat rindu dan dendam bercampur dalam hati, Gavin bahkan tak sanggup mengatur ekspresi."... tapi, kenapa mereka tidak ikut?" lanjutnya.Sejak kemarin, rasa heran belum juga enyah dari dalam dada. Kenapa Arthur dan Rifanny tidak ikut berlibur? Hanya ada putrinya saja bersama dengan Fletcher senior yang datang menyusul.Makin penasaran, Gavin makin tertarik untuk memperhatikan Floretta. Jika dia memang putri Tifanny, gadis kecil itu harusnya mewarisi kecantikan Tifanny. Sayangnya, jarak yang m
"Apa? Kalian pacaran?" Julia membelalak sempurna. Kekagetan yang sama sekali tidak dibuat-buat. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba dia haruz mendengar kabar yang sulit diterima logika.Bisa-bisanya, Grace semudah itu memutuskan untuk berpacaran dengan pria yang baru saja dikenalnya di tempat ini? Berapa kalipun Julia mencoba untuk memaklumi, logikanya masih saja menolak."Ya, aku jatuh cinta pada Gavin, Julia," lanjut Grace meyakinkan. Demi apa, Grace melakukan semua kebohongan ini?"Jangan berpikir kamu begitu pintar untuk membodohiku, Grace. Kamu pikir aku percaya?" Julia mendengus kesal. "No, aku tidak membohongimu, Julia." Grace tahu, tidak akan semudah itu untuk meyakinkan Julia. "Gavin sangat tampan. Aku hanya merasa nyaman di dekatnya. Semua kesedihan dan kecewaku, bisa menghilang tiba-tiba saat berada di dekatnya." Grace sudah merancang setiap kalimat yang harus diucapkan pada Julia. Gavin dan Grace mempunyai tujuan yang sama untuk menghancurkan pernikahan Aaron Fle
Selepas makan malam, Floretta tidak bergegas ke kamarnya. Dia malah mengajak Aaron untuk duduk bersama di balkon."Paman, malam ini apa aku boleh tidur bersama Bibi?" cicit Floretta. Sejak pernikahan Aaron dan Eleanor, gadis tujuh tahun itu tidur sendirian. Dia merasa rindu dengan cerita yang sering dibacakan oleh Eleanor sebelum mereka tidur.Mendengar permintaan keponakannya, Aaron tidak menjawab. Dia malah melirik Eleanor yang berada di hadapannya, ingin tahu bagaimana ekspresi istrinya.Tak ingin saling bersitatap dengan Aaron, Eleanor hanya bisa berpura-pura tidak mendengar ucapan Floretta."Sayang, aku akan mengambilkan minuman dan kue untuk kalian berdua." Eleanor memutuskan untuk menghindar. Daripada harus ikut terjebak dalam situasi yang bisa merugikannya, lebih baik melarikan diri.Tak menunggu jawaban Aaron atau Floretta, dia bergegas bangkit dan melangkah menjauh. Aaron mengembuskan napas kesal. "Paman, apa aku boleh pinjam Bibi malam ini?" tanya Floretta sekali lagi. Ter
Begitu terdengar suara dengkur halus, sepasang netra Aaron yang sebelumnya tertutup rapat perlahan terbuka. Perlahan, Aaron beringsut duduk. Diamatinya paras cantik Eleanor saat terlelap. Hal paling disukainya dari wanita ini adalah saat terlelap. Aaron bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengamati wanitanya. Andai Eleanor tahu dengan hobi baru Aaron Fletcher ini, dia pasti tidak mau tidur satu ranjang dengan pria itu.CEO Morgan Co itu mendekatkan wajah. Sepasang netranya mengamati rambut panjang berwarna jagung dan mengelusnya lembut. Sebentuk alis yang tersulam indah dipadukan dengan bentuk hidung dan bibir sensual yang memabukkan. Aaron Fletcher bahkan tak bisa mengendalikan diri jika sudah terjebak dalam pesona Eleanor."Mulut pedasmu itu baru bisa diam kalau tertidur," dengkusnya sembari mengelus bibir sang Istri.Merangsek mendekat, Aaron merengkuh Eleanor erat. Rasa nyaman saat mencium aroma wangi rambut Eleanor membuatnya ketagihan. Hanya dalam posisi seperti itu,
"Selamat siang, Tante." Saat makan siang, Grace menemui Tuan dan Nyonya besar Fletcher di restoran. Seakan sebuah pertemuan yang tak disengaja. Padahal, Grace sudah mendapatkan informasi sangat detail dari Penelope sebelumnya bahwa siang ini Fletcher senior akan makan siang di tempat ini. Wanita Pelayan itu sudah menjadi orang kepercayaan Grace sepeninggal Julia Harper. Sepertinya, Grace sudah mulai memikirkan akan memberi posisi asisten pribadi pada Penelope."Grace, kamu ada di sini?" balas Rose sedikit terkejut. Meski sudah mendapatkan informasi dari Aaron tentang kedatangan Grace Harper di Blue Sea, wanita tua itu berpura-pura tak mengetahui."Aku menikmati liburan di tempat ini bersama kekasihku, Tante." Grace mengenalkan pria tampan yang berdiri di sisinya pada Fletcher senior."Selamat siang, Nyonya, Tuan." Gavin menundukkan kepala sopan. Dalam hati, dia mengutuk semua keluarga Fletcher, termasuk pasangan senior yang merupakan orang tua dari orang yang paling dibencinya di du
"Tifanny tidak mungkin meninggal, kan?" Gavin tanpa sadar bergumam. Grace memicing curiga. Kenapa ekspresi Gavin berubah? Pria yang biasanya terlihat santai itu berubah serius, menyisakan tanda tanya di hati Grace."Apa kamu mengenal Tifanny?" telisiknya curiga.Tak segera menjawab, Gavin mengubah ekspresinya terlebih dahulu. Aah, ternyata, masih sedalam itu rasa cintanya untuk Tifanny. Panik tiba-tiba saja hadir dari bawah sadar. "Apa maksudmu, Grace? Aku tidak mengenal mereka semua." Gavin sudah kembali tersenyum untuk memupus kecurigaannya.Grace masih diam saja. Dia hanya merasa Gavin sedikit aneh barusan. Jika tidak kenal, kenapa tampak begitu panik?Gavin menghela napas panjang. Dia tahu Grace masih curiga."Aku hanya merasa terkejut. Gadis sekecil Floretta, masih membutuhkan orang tuanya. Sesayang apapun Nyonya dan Tuan Besar Fletcher, tetap tidak bisa menggantikan kedudukan seorang ibu. Bukankah begitu?" Tahu Grace masih curiga, Gavin berusaha membuat penjelasan masuk akal.
"Kita berjumpa kembali, El!" sapa Grace Harper ketika keduanya saling berhadap-hadapan. Dua wanita cantik itu saling melempar pandang. Grace Harper mengangkat dagu dengan angkuh, sedangkan Eleanor hanya membalas dengan tatapan datar. Jika bukan karena pekerjaan, Eleanor malas berurusan dengan Grace yang sangat merepotkan itu. Sialnya, mereka seakan telah diikat oleh takdir. Selalu saja dipertemukan di dalam setiap kesempatan. Cukup menguji kesabaran."Sepertinya, Aaron tidak keberatan kamu kembali bekerja sebagai staf dengan gaji rendah, El?" sindirnya.Tak ingin menanggapi ejekan Grace, istri Aaron Fletcher itu tetap bersikap tenang dan tersenyum tipis. Namun, senyumnya hanya di bibir saja, lengkungannya tak sampai di mata."Selamat bekerja kembali, Nona Harper," balasnya."Tentu saja harus kembali bekerja. JK sudah membayarku begitu mahal, tanggung jawabku adalah memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kami." Grace mengangkat dagunya angkuh. Kesombongam jelas tampak dari kalim
"Pagi, El! Aaa, akhirnya kamu muncul juga," pekik Fiona semringah saat bertemu di foyer gedung kantor mereka. Tega sekali sahabat baiknya itu tidak memberi kabar kalau sudah pulang dari bulan madu. Tiba-tiba datang ke kantor tanpa konfirmasi lebih dahulu. Tidak tahu apa, kalau dia sudah menahan rindu karena ditinggal bulan madu Eleanor begitu lama. Huh....Menanggapi Fiona yang exiting melihatnya muncul tiba-tiba, Eleanor hanya tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan Fiona."Kukira, Nyonya Eleanor Fletcher tidak akan kembali lagi ke NIC. Tak disangka, Nyonya Fletcher masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji rendah ini," dengkus Fiona."Ha-ha-ha, mulutmu itu jahat sekali." "Bukankah sekarang, Anda sudah menjadi Nyonya Aaron Fletcher. Orang terkaya nomor tiga di Negara ini? Kenapa masih tertarik bekerja dengan gaji rendah yang bahkan jika dikumpulkan setahun pun belum cukup untuk membeli baju kerja yang Anda pakai sekarang, Nyonya, hmm?" Fiona menjawab dengan me
Grace Harper memandang Loli dengan mata yang menyala. Hatinya berdesir menahan kemarahan begitu mendengar Loli melaporkan apa yang didengarnya semalam. “Kenapa?” gumamnya, “Kenapa Eleanor harus hamil? Seharusnya itu aku!” Grace Harper meraung lepas kendali. Grace tak menyangka Aaron akan melangkah sejauh itu dengan Eleanor Wilson."Nona, tolong tenang dulu." Loli ikut panik melihat Grace yang tak bisa mengendalikan diri. Kesabarannya sedang teruji. “Nona Harper, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mungkin ada alasan yang kita belum ketahui. Mungkin saja---”Grace menggelengkan kepala. “Tidak, Loli. Aku mengenal Aaron lebih baik dari siapapun. Jika dia sudah mengatakan menginginkan bayi dari Eleanor, itu artinya Aaron memang mencintainya. Aku tidak bisa menerima hal ini. Aaron hanya boleh menjadi milikku saja!”Loli menggigit bibirnya kebingungan. “Nona, aku janji. Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Selagi Nona memikirkan rencana untuk mencegah kehamilan Nyo
Aaron duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang sudah tidak dia sentuh selama beberapa menit. Pikirannya sedang tidak tenang. Besok, Eleanor sudah kembali bekerja. Kebiasaan yang sudah terlanjur terjalin beberapa pekan ini telah menjadikannya nyaman selalu berada di sisi Eleanor. Tiba-tiba dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang akan dialaminya besok. Tepatnya, dia tidak siap.Jujur, Aaron terlalu over thinking dengan keadaan itu. Namun ego dan keangkuhannya menghalangi untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Merasa kesal dengan keadaan ini, Aaron Fletcher bangkit. Dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Eleanor tengah sibuk dengan di depan laptop saat dia tiba. "Bisakah, jangan bawa pekerjaan ke dalam kamar. Aku tidak nyaman melihatnya!" protesnya sambil membuang pandangan tak suka. Seperti biasanya, setiap ucapannya hanya memancing emosi Eleanor.Eleanor menghela napas panjang. Padahal, Aaron juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Dia merasa
Di tengah hiruk-pikuk Bandara kota London, Grace Harper berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tak sendiri, kali ini super model itu melakukan perjalanan berdua dengan seorang gadis muda. Ya, dia membawa Penelope ikut serta untuk diangkatnya sebagai asisten pribadi.Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa gadis itu ke London. Grace membutuhkan seorang asisten pribadi untuk membantu pekerjaannya.“Sebagai asisten pribadi,” mulai Grace dengan suara yang tegas ketika mereka telah berada di dalam mobil. “Tugas utamamu adalah memastikan bahwa jadwalku terorganisir dengan sempurna. Setiap pertemuan, setiap sesi foto, setiap perjalanan harus direncanakan dengan detail jangan sampai ada hal yang tak terlewatkan!"Di sampingnya, Penelope, asisten pribadinya yang baru, menatap dengan penuh perhatian. Menjadi asisten pribado dari seorang super model kelas dunia adalah sebuah keberuntungan baginya. Penelope sangat menyukai pekerjaan barunya ini.Grace menatap Penelope tajam, dia butuh memastikan ga
Di dalam helikopter yang menderu, pasangan suami istri duduk berdampingan. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela, menerangi rambut pirang mereka yang berkilau. Mata sebiru samudra milik Eleanor Wilson menatap keluar penuh dengan kekaguman. Sejak menikah dengan Aaron Fletcher, dia mempunyai kehidupan jet set seperti ini. Bertolak belakang dengan kehidupannya semasa lajang.Membiarkan Aaron yang berekspresi datar menggenggam erat tangan lembutnya. Eleanor haeus mulai terbiasa dengan temperamen pria itu yang naik turun seperti roller coaster. Hidup Eleanor memang seroller coaster itu sejak menikah dengannya.Suara rotor yang berputar mengisi dinding kebisuan yang tercipta sejak berangkat dari Blue Sea tadi. Di atas awan, jauh dari keramaian dunia, Eleanor merasa bebas dan hidup, siap untuk menjelajahi keindahan yang belum terjamah. Hanya sesekali saja Aaron mengajaknya berbicara tentang rencana mereka setiba di London. "Mungkin saja, kita mulai sibuk dengan pekerjaan ma
"Syukurlah kalau kalian sudah kembali." Rose menyambut menantu dan putranya di meja makan dengan senyum semringah. Fernando juga ikut bernapas lega. Melihat Aaron yang sudah bisa tersenyum tanpa beban, jauh berbeda dari terakhir kali mereka sarapan bersama.Diakui atau tidak, keberadaan Eleanor telah mengubah semua kebiasaan di keluarga mereka. Aaron terlihat lebih bahagia saat ada Eleanor di sisinya. Bahkan mungkin CEO Morgan Co itu tidak menyadarinya. Namun, semua itu jelas terlihat di mata Rose dan Fernando."Son, wajahmu terlihat lebih segar hari ini." Entah sebagai bentuk pujian atau hanya sekedar mengungkapkan perasaannya saja, Fernando berkata jujur."Ya, hari ini cukup menyenangkan," sahut Aaron acuh tak acuh.Tak hanya Aaron, senyum Floretta juga begitu lebar hari ini. "Bibi, akhirnya Bibi kbali ke Blue Sea," timpal Floretta ikut nimbrung."Apa kamu masih betah di tempat ini, Flow?" tanya Aaron menatap serius."Aku masih ingin berada di sini seminggu lagi." Floretta sangat m
Sepasang kekasih turun dari helikopter dengan senyuman mengembang, mengundang perhatian orang-orang yang sedang berlibur di Blue Sea. Selama beberapa hari terakhir keduanya menjadi sorotan gosip paling panas di kota kecil tersebut. Gosip tentang retaknya rumah tangga Aaron Fletcher dan Eleanor Wilson tengah menjadi hot issue yang menjadi trend perbincangan publik. Bukan tanpa sebab, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membesarkan kabar tersebut supaya membuat nama Keluarga Fletcher mencuat ke permukaan.Keluarga Fletcher yang mempunyai kekayaan jutaan triliun, selama ini selalu menghindari media sorotan media. Dengan adanya berita itu, Rose dan Fernando tak bisa menikmati liburan dengan tenang. "Apa kamu kelaparan, Baby?" tanya Aaron Fletcher sembari menggandeng mesra tangan Eleanor."Tidak, tidak, kamu sudah bertanya padaku sepuluh kali dalam dua jam terakhir," sahut Eleanor merasa konyol. Apakah mengatakan lapar begitu tabu di depan pria ini? Padahal dia hanya mengatakannya sat
"Apa kamu sakit?" tanya Aaron yang memperhatikan Eleanor yang tampak pucat. Wanita itu menggelengkan kapala, mereka saat ini dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Eric.Hari ini, Aaron akan bertemu dengan saudara iparnya untuk pertama kali. Sebelumnya, Aaron hanya mempunyai Tifanny sebagai satu-satunya saudara ipar. Ternyata, sekarang dia mempunyai dua."Aku hanya sedikit lapar," sahut Eleanor lemah. 'Lapar lagi? Bukankah tadi kita habis sarapan?' batin Aaron sambil menatap serius seakan tak percaya dengan ucapan istrinya."Hmm, aku mudah lapar sekarang. Mungkin udara Newcastle yang nyaman membuat nafsu makanku bertambah besar." Eleanor berkata sekenanya."Apa kamu sangat berhemat selama di sini, El? Jangan merusak nama baikku, El. Bagaimana bisa istri seorang Aaron Fletcher kelaparan sampak pucat seperti ini? Dimana harga diriku! Beli apapun yang kamu inginkan!" Aaron mulai mengomel."Aku tidak berhemat, hanya sedikit lelah." "Jangan mengalihkan pembicaraan. Kamu tadi