Selepas makan malam, Floretta tidak bergegas ke kamarnya. Dia malah mengajak Aaron untuk duduk bersama di balkon."Paman, malam ini apa aku boleh tidur bersama Bibi?" cicit Floretta. Sejak pernikahan Aaron dan Eleanor, gadis tujuh tahun itu tidur sendirian. Dia merasa rindu dengan cerita yang sering dibacakan oleh Eleanor sebelum mereka tidur.Mendengar permintaan keponakannya, Aaron tidak menjawab. Dia malah melirik Eleanor yang berada di hadapannya, ingin tahu bagaimana ekspresi istrinya.Tak ingin saling bersitatap dengan Aaron, Eleanor hanya bisa berpura-pura tidak mendengar ucapan Floretta."Sayang, aku akan mengambilkan minuman dan kue untuk kalian berdua." Eleanor memutuskan untuk menghindar. Daripada harus ikut terjebak dalam situasi yang bisa merugikannya, lebih baik melarikan diri.Tak menunggu jawaban Aaron atau Floretta, dia bergegas bangkit dan melangkah menjauh. Aaron mengembuskan napas kesal. "Paman, apa aku boleh pinjam Bibi malam ini?" tanya Floretta sekali lagi. Ter
Begitu terdengar suara dengkur halus, sepasang netra Aaron yang sebelumnya tertutup rapat perlahan terbuka. Perlahan, Aaron beringsut duduk. Diamatinya paras cantik Eleanor saat terlelap. Hal paling disukainya dari wanita ini adalah saat terlelap. Aaron bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengamati wanitanya. Andai Eleanor tahu dengan hobi baru Aaron Fletcher ini, dia pasti tidak mau tidur satu ranjang dengan pria itu.CEO Morgan Co itu mendekatkan wajah. Sepasang netranya mengamati rambut panjang berwarna jagung dan mengelusnya lembut. Sebentuk alis yang tersulam indah dipadukan dengan bentuk hidung dan bibir sensual yang memabukkan. Aaron Fletcher bahkan tak bisa mengendalikan diri jika sudah terjebak dalam pesona Eleanor."Mulut pedasmu itu baru bisa diam kalau tertidur," dengkusnya sembari mengelus bibir sang Istri.Merangsek mendekat, Aaron merengkuh Eleanor erat. Rasa nyaman saat mencium aroma wangi rambut Eleanor membuatnya ketagihan. Hanya dalam posisi seperti itu,
"Selamat siang, Tante." Saat makan siang, Grace menemui Tuan dan Nyonya besar Fletcher di restoran. Seakan sebuah pertemuan yang tak disengaja. Padahal, Grace sudah mendapatkan informasi sangat detail dari Penelope sebelumnya bahwa siang ini Fletcher senior akan makan siang di tempat ini. Wanita Pelayan itu sudah menjadi orang kepercayaan Grace sepeninggal Julia Harper. Sepertinya, Grace sudah mulai memikirkan akan memberi posisi asisten pribadi pada Penelope."Grace, kamu ada di sini?" balas Rose sedikit terkejut. Meski sudah mendapatkan informasi dari Aaron tentang kedatangan Grace Harper di Blue Sea, wanita tua itu berpura-pura tak mengetahui."Aku menikmati liburan di tempat ini bersama kekasihku, Tante." Grace mengenalkan pria tampan yang berdiri di sisinya pada Fletcher senior."Selamat siang, Nyonya, Tuan." Gavin menundukkan kepala sopan. Dalam hati, dia mengutuk semua keluarga Fletcher, termasuk pasangan senior yang merupakan orang tua dari orang yang paling dibencinya di du
"Tifanny tidak mungkin meninggal, kan?" Gavin tanpa sadar bergumam. Grace memicing curiga. Kenapa ekspresi Gavin berubah? Pria yang biasanya terlihat santai itu berubah serius, menyisakan tanda tanya di hati Grace."Apa kamu mengenal Tifanny?" telisiknya curiga.Tak segera menjawab, Gavin mengubah ekspresinya terlebih dahulu. Aah, ternyata, masih sedalam itu rasa cintanya untuk Tifanny. Panik tiba-tiba saja hadir dari bawah sadar. "Apa maksudmu, Grace? Aku tidak mengenal mereka semua." Gavin sudah kembali tersenyum untuk memupus kecurigaannya.Grace masih diam saja. Dia hanya merasa Gavin sedikit aneh barusan. Jika tidak kenal, kenapa tampak begitu panik?Gavin menghela napas panjang. Dia tahu Grace masih curiga."Aku hanya merasa terkejut. Gadis sekecil Floretta, masih membutuhkan orang tuanya. Sesayang apapun Nyonya dan Tuan Besar Fletcher, tetap tidak bisa menggantikan kedudukan seorang ibu. Bukankah begitu?" Tahu Grace masih curiga, Gavin berusaha membuat penjelasan masuk akal.
Sebelum Floretta mengulurkan tangan untuk menerima gelas orange jus dari Gavin, salah satu bodyguard yang mengawal Floretta maju."Maaf, Tuan. Nona kami, tidak bisa menerima kebaikan Anda."Menjadi bodyguard putri mahkota dari keluarga kaya raya, pastinya tanggung jawabnya sangat besar. Tidak semua orang mempunyai niat baik. Apalagi, di tempat yang jauh dari London. Dua bodyguard itu sangat waspada. Tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada majikannya."Aah, kami sudah saling mengenal sebelumnya. Tadi, saya makan siang bersama dengan Nyonya dan Tuan Besar Fletcher di restoran. Benar, kan, Flow? Kalian tidak perlu begitu waspada." Gavin mengaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa tidak nyaman. Dia dicurigai sebagai orang jahat oleh para bodyguard yang mengawal Floretta."Benar, Matt. Paman ini adalah kekasih Bibi Grace Harper." Floretta menatap dua bodyguard-nya memberi pengertian."Maaf, Tuan, Nona Floretta. Pesan dari Tuan Aaron Fletcher, kami tidak boleh membiarkan orang
"Paman, Paman," panggil Floretta ketika melihat Aaron kebingungan mencari keberadaan sang Istri."Flow, darimana saja kamu? Kami mencarimu kemana-mana," seru Aaron ketika melihat Floretta berlari dari kejauhan.Dada gadis kecil itu naik turun dengan napas terengah-engah. Aaron sampai mengerutkan dahi melihatnya."Hey, kenapa harus berlari-lari?" tanya Aaron begitu Floretta sudah sampai di sisinya.CEO Morgan Co itu berjongkok di depan Floretta, supaya tingginya sejajar dengan keponakannya. Aaron melirik dua bodyguard, pengawal Floretta dengan pandangan mengintimidasi."Aah, bukan salah mereka, Paman. Aku memang tidak mau digendong. Aku berlari karena sedang buru-buru, Paman." Floretta tidak ingin Matt dan Dio kehilangan pekerjaan. Meski masih kecil, dia sudah mengerti bahwa seseorang harus bekerja untuk bisa membeli barang-barang yang disukai. Jika mereka kehilangan pekerjaan, Floretta merasa kasihan."Baiklah, kalau begitu, katakan kenapa kamu terburu-buru, Sayang?" tanyanya lembut. D
Aaron tak bicara sepatah katapun sejak kejadian di tepi pantai hingga malam menjelang. Eleanor juga canggung untuk mengajaknya bicara lebih dahulu. Setiap kali Eleanor berniat mengajak bicara, kalimat yang sudah tersusun rapi, terpaksa ditelan kembali karena wajah dingin Aaron.Lagipula, dia tidak melakukan hal yang salah. Kenapa harus memberi penjelasan? Pada akhirnya, Eleanor merasa tidak terlalu penting untuk memberi penjelasan. Jadilah, mereka hanya saling diam. Eleanor duduk membaca buku di sofa, ketika Aaron sudah bersiap pergi makan malam bersama dengan keluarganya. Beberapa saat Aaron berdiri diam di ambang pintu, menunggu istrinya. Melihat Eleanor tak bergerak dari tempatnya, pria itu memutuskan pergi sendiri dengan amarah yang makin menjadi-jadi.Selepas pria itu pergi, Eleanor menghela napas panjang berulang kali. Ada rasa nyeri yang tiba-tiba hadir. "Sudah, tidak apa-apa. Bukankah semuanya memang hanya sandiwara?" gumamnya pelan. "Pernikahan ini juga hanya sebuah kesepa
Begitu Grace Harper beranjak, Eleanor juga ikut beranjak dari sana. Dia tidak ingin menambahkan kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dengan Aaron Fletcher. Sebenci apa Aaron pada Gavin, tak perlu lahi diragukan.Hanya sebuah ketidak sengajaan saja, Aaron sudah semarah itu, sampai mendiamkan Eleanor sejak siang. Apalagi jika malam ini Aaron melihatnya bersama Gavin. Entah semurka apa Aaron Fletcher padanya.Eleanor tidak terlalu percaya diri menganggap Aaron cemburu pada Gavin. Itu hanya tentang kehormatan. Saat ini, statusnya adalah Nyonya Fletcher. Dia punya kewajiban menjaga nama baik Aaron dimana pun. Aaron pasti tidak ingin ada berita miring di luar sana.Pasti hanya sebatas itu!"Nyonya Fletcher, makanan Anda belum habis. Kenapa tidak dihabiskan dulu." Eleanor meninggalkan sisa burger yang baru digigit separuh di meja. Tak ada lagi nafsu untuk menghabiskannya, meski perutnya terasa begitu lapar malam ini."Saya sudah kenyang, Tuan. Maaf, saya permisi dulu." Tak memedulikan