Beranda / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 146. Khawatirnya Ayah Mertua

Share

Bab 146. Khawatirnya Ayah Mertua

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-27 23:43:10

Adelio hanya terkekeh mendorong tubuh Rayyen mengenai dinding, aku rasanya jantungan karena perilaku Adelio barusan.

"Takutkan lo, tangan berharga lo mau gue patahin?" tanya Adelio senyum penuh arti.

Sementara Rayyen meringis terduduk di lantai tanpa menjawab, Adelio langsung menghampiri melepaskan ikatan tangan maupun kakiku.

"Kondisi lo, gimana? Apa orgil itu ngelakuin sesuatu?" Adelio bertanya dengan nada khawatir.

Aku tidak menjawab, sampai Adelio melihat telapak tangan yang aku sembunyikan. Adelio langsung menoleh ke Rayyen yang masih menahan perih.

"Sakit?" tanya Adelio kepadaku yang tidak menjawab.

Tanpa perkataan lagi, Adelio mendekati Rayyen dan menatap tajam cowok yang kini menatap balik Adelio.

Dengan perasaan senang aku rasakan, saat melihat Adelio menendang Rayyen begitu brutal.

"Berani banget lo, nyakiti cewek gue," geram Adelio apalagi suara gertakan giginya itu.

Aku tidak tau lagi soal ini, reaksinya berbeda dan aku bisa merasakan kemarahan Adelio.

"Haha, dia
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 147. Omelan Mertua

    Tamparan keras mengenai pipi Adelio, aku saja langsung menganga lebar. Tanpa peduli, ada beberapa orang di sini termasuk Angga dan Pasya tidak ikut campur. Aku hanya melirik Ayah Liam terliat biasa saja. "Tanggung jawab kamu harus jaga Ranesya! Kenapa masih aja lalai hah?" hardik Bunda Delyna berkacak pinggang. Adelio melirikku masih terkaget, bukannya kesal Adelio terkekeh kecil seolah tidak terjadi apa-apa. "Bunda, aku udah ngelakuin banyak hal sampai nih muka bonyok tau. Nih liat luka karena ngelawan orang gila," rengek Adelio memberitahukan kondisinya. Awalnya memang marah, hanya saat mengetahui apa yang terjadi. Bunda Delyna menarik tangan Adelio. Wajahnya begitu khawatir, bahkan mendorong Adelio perlahan untuk duduk. Mengambil kotak obat untuk membersihkan luka. "Kenapa bisa sampai kayak gini?" kata Bunda Delyna mengambil betadine, kasa dan alkohol. Sebelumnya, Bunda Delyna sudah membersihkan menggunakan alkohol biar tidak terjadi infeksi. Bagaimana tidak khawatir? Tang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 148. Agar Ikan Lele

    "Nggak mau," teriakku memberontak. Sementara Adelio menggeleng. "Gue cuma ngajak lo makan di bawah," kata Adelio pada akhirnya terkekeh. Aku terdiam mengetahui apa Adelio maksud tadi, jujur aku malu karena pikiran otakku terlalu terjauh. "Emang lo mikirnya gue ngajak ke mana?" tanya Adelio memperhatikan diriku. Dengan senyum ragu, aku menggaruk tengkuk. Adelio mencubit pipiku dengan gemas. "Kalo mau sekarang, bisa kok kita buat yang menggemaskan," sambung Adelio menyeramkan. Aku melotot karena perkataan Adelio barusan, aku menabok lengannya. "Sembarangan, kita masih sekolah ini aja bentar lagi ulangan loh!" kesalku di mana Adelio hanya cengengesan. "Dahlah, ayo kita ke bawah aja kalo gitu," ajakku kini menariknya. Bahkan, orang-orang di rumah sudah berada di bawah hanya kami berdua baru turun. "Duh, kalian ngapain di atas ya? Kok lama banget," sindir Bunda Delyna tersenyum amat manis. Jujur aku jadinya agak gimana, karena pasti mengira kejauhan seperti aku barusan. "Biasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 149. Ngambek Bersama

    Siang harinya, kami berniat pergi ke taman bersama menggunakan sepeda. Saat sampai bukannya bersenang-senang. Nyatanya Ayah Liam digodain janda komplek rumah, asli aku sangat ngakak apalagi Bunda Delyna pura-pura tidak melihat. "Kamu ganteng banget deh," kata janda pirang itu centil mencubit dagu Ayah Liam. Aku dan Adelio sedikit jauh memperhatikan, sementara Bunda Delyna asik memotret pemandangan taman. Bunda Delyna pun menghampiri Ayah Liam, tanpa sengaja aku liat. Bahkan logat dari Bunda Delyna terlihat emosi. "Jauh-jauh sana!" usir Ayah Liam menepis tangan janda pirang itu. Aku menabok Adelio karena ingin tertawa terbahak-bahak, mengingat banyak orang melihat hanya bisa aku tahan. "Ayahh! Ngapain kamu sama dia!" hardik Bunda Delyna menghentakkan kaki. Serius, di sini ramai banyak orang jalan-jalan. Tapi malah melihat adegan ini, siapa yang tidak geli. "Mau aku bawa pulang jadi suami," sahut janda pirang menggandeng tangan Ayah Liam yang sedang memijit kepala. "Dih, dasar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 150. Berantem di Mall

    Tiba-tiba saja malamnya, Adelio mengajakku suatu tempat. Aku juga tidak tau apa, namun saat sampai aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku diajak ke mall, suasana di sana cukup tenang belum lagi orang berlalu lalang. "Mau beli apa?" tanyaku ke Adelio yang mengusap hidungnya. "Nggak tau," jawab Adelio seadanya. Seketika aku menganga tidak percaya, jadi kita ngapain ke sini kalo nggak tau mau beli apa-apa. Aku berdecak kesal sambil menaboknya. "Aaa, padahal lagi rebahan loh Adelio."Adelio meringis, tapi membuatku aneh adalah ada Zara menghampiri kami. Sungguh aku tidak sengaja, argh bagaimana ini. Aku sedang tidak ingin melihatnya. "Sayang, kamu di sini?" kata Zara bergelayut manja di tangan Adelio. Merasa jijik, aku menarik Zara untuk menjauh dari Adelio. Bukannya mengerti maksudku, Zara mendorongku hingga terduduk. "Apaan sih lo?!" kesalku kini berdiri kembali membersihkan diri yang kotor. "Lo sebenarnya lebih cocok di duduk di bawah kayak pengemis," kata Zara mulutnya begitu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 151. Penggoda Sialan

    Tak terasa ulangan kenaikan kelas akan dilakukan hari ini, selama itu aku mengajak Adelio belajar bersama. Kini Adelio dengan seragam yang rapi tidak seperti biasanya yang bajunya dikeluarkan belum lagi rambut berantakan. "Gue kek anak culun," celetuk Adelio menyisir rambutnya di dalam mobil. Aku terkekeh pelan, mencubit pipinya gemas. Siapa yang tidak gemas dengan tingkahnya? Padahal Adelio sangat tampan seperti ini. "Lo bagusan gini, rapi enak diliat tau," sahutku penuh mata berbinar. Adelio menoleh kearahku kaget, siapa yang tidak kaget. Tatapanku saja seperti ingin memakannya. "Kenapa?" tanyaku panik, ya karena Adelio sedikit mundur. Ketakutan karena apa dia? Aku kan tidak memarahi atau memakannya. "Nyeremin, lo natap gue dalem banget kayak mau makan gue," kata Adelio namun dibagian akhir kata suaranya berbisik. Aku langsung tertawa terbahak mendengarnya, aku sambil mengusap hidung dan menggelengkan kepala. "Enak aja! Gue nggak nyeremin ya, anak seimut ini dikatain mau m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 152. Panik

    Aku mendorong Gracia hingga mundur beberapa langkah, Gracia yang tidak terima menatap tajam diriku. "Maksud lo apaan dorong gue?" ucap Gracia bersedekap dada. Siapa juga yang nerima ada pelakor di hubungan kami, ingin rasanya meremas mulut jeleknya itu. "Pake nanya lagi, lo ngapain juga deketin pacar gue," balasku berhadapan dengan Gracia. Sementara Adelio yang masih duduk tidak berkutik, pastinya Adelio jadi tempat bukti permusuhanku dengan orang-orang. Gracia terkekeh kecil. "Lo baru pacar belum Istrinya, jadi bebas dong kalo gue mau sama Adelio," kata Gracia mendorong bahuku. Berani banget Gracia! Belum tau aja dia sama aku nih, aku yang tidak terima langsung menamparnya tanpa aba-aba. Gracia meringis memegang pipi kiri yang merah, aku tersenyum miring. "Ingat ya, gue nggak akan biarin siapapun deketin Adelio termasuk lo bedak tebal," ejekku menoleh ke Adelio. Kepalan tangan Gracia terlihat jelas saat aku perhatikan, bukan itu saja Gracia sepertinya ingin menerkamku hidup-

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 153. Ganjen Sekali ya Bun

    Aku mengingat kejadian makan siang tadi ingin tertawa, bagaimana tidak. Ternyata Adelio itu sedang salah tingkah, kirain kenapa. Di malam yang dingin, aku dan Adelio berada di kamarku untuk belajar bersama. Aku sangat tidak percaya kalo Adelio kali ini malah menjahiliku. "Adelio, lo jangan ngeselin deh," kataku meliriknya yang kini mencolek daguku. Adelio tersenyum lebar. "Ngeselin Adelio namanya," balas Adelio mencolek kembali. Masih aku pandang dengan wajah datar, hingga aku menarik rambutnya penuh kekesalan. "Nih ya, lo sumpah nggak ada gitu berhenti!" geramku kepada Adelio yang meringis kesakitan. "Berhenti, sakit banget rambut gue," seru Adelio menganga tidak percaya. Ihh, mampus makanya jangan ngeselin. Orang lagi belajar juga di ganggu, maksudnya apa ya Kak. "Lo lucu soalnya kalo lagi marah," celetuk Adelio tiba-tiba menoleh kebelakang. Aku terdiam menatapnya tajam, astaga dia ini. Jadi itu alasannya? Tapikan ini lagi belajar! Please ya Adelio, sebelum aku bikin botak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 154. Cemburu

    Pulang sekolah, Adelio sadari tadi diam saja. Bahkan saat di kelas sekalipun, ihh kan aku jadinya takut. Apalagi saat Adelio menatap tajam ke Jeon, ini pasti karena pagi tadi. Apa Adelio cemburu? "Hem, Adelio lo kenapa sih diem aja?" tanyaku duduk di sebelahnya, kami sekarang berada di mobil. Adelio menoleh. "Gue cuma masih kesel aja sama Jeon," balas Adelio seadanya. Mana nggak ada senyum lagi! Kan aku jadinya mengira Adelio marah denganku. Aku hanya menganggukkan kepala tidak ingin menambah pembahasan, dan sedikit ngeri sih kalo Adelio begini. "Jangan diem aja dong, gue takut jadinya," kataku jujur kepadanya. Mobil telah berjalan, Adelio yang fokus menoleh sekilas ke arahku. Hoho, apa semenyeramkan ini Adelio karena perihal Jeon? "Gue kan nggak marah sama lo," balas Adelio tersenyum kecil. Aku cukup lega karena dirinya sekarang menarik bibir berbentuk bulan sabit, andaikan tadi beh senyum saja tidak mau "Tetap aja gue yang ngerasain, mana seharian gue dicu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 160. Perebutan Cinta

    "Nanti lo nangis darah, kalo gue bisa dapatin Ranesya," ledek Rayyen terkekeh kecil. Sebelah alisku terangkat, percaya diri sekali dirinya. Apa orang gila ini, terlalu pede bisa mendapatkan sesuatu yang dia mau?"Maaf Rayyen, gue tetap sayang Adelio," sahutku membuat keduanya menoleh. "Lo hanya orang baru dalam hidup gue, sementara Adelio udah gue kenal sejak kecil cuma waktu itu berpisah aja," jelasku membuat Adelio tersenyum puas. Sebaliknya, Rayyen begitu muram karena mengetahui pernyataan yang aku berikan. Siapa yang senang, penolakan begitu jelas. Bahkan, ini di depan banyak orang. "Gue nggak akan biarin itu terjadi, selama gue masih hidup lo harus jadi milik gue Ranesya!" kata Rayyen berdiri menatapku begitu lekat. Tidak merespon, aku hanya diam karena malas untuk menyahuti perkataan Rayyen itu. "Dan gue yang akan buat lo kehilangan segalanya," timpal Adelio ikut berdiri. Tanpa segan menarik kerah Rayyen, mereka saling bertatapan begitu tajam. "Silakan! Gue akan ambil R

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 159. Hanya Milikku

    Aku menatap kaget mendengar lontaran Adelio itu, aku menunduk karena kelopak mataku terasa mengeluarkan buliran bening yang jatuh. Tiba-tiba saja seseorang memeluk, aku mendongak menatap tidak percaya. "Bercanda sayang, aku percaya sama kamu," kata Adelio dengan kekehan kecilnya. Aku mengusap hidung yang basah, aku mendorong dada Adelio. "Nggak usah ngeselin deh! Gue nangis ini," omelku dengan tangisan makin keras. Adelio yang ketar-ketir mendekat, mengusap pipiku yang basah. Apa dia merasa bersalah? Sehingga mendekatiku, dih ngeselin banget sumpah. "Eh, jangan nangis dong. Aku cuma bercanda doang," kata Adelio menarikku dalam pelukannya. "Tapi bercanda lo, nggak lucu tau!" kesalku memukul dada Adelio. Lebih mengesalkan di mana Adelio terkekeh pelan, apa lucunya sih? Aku di sini dituduh loh, malah dia ikut-ikutan buat aku nangis begini. "Ngapain juga lo ketawa?" tanyaku melepaskan diri dari pelukannya. "Lo aja kalo nangis makin menggemaskan," balas Adelio mencubit pipiku. A

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 158. Siapa cowok itu

    Saat pertanyaan Vivian terlontar, aku meneguk ludah. Untungnya aku bisa menjawab semua dengan enteng. Setelah menghadapi masalah besar, mereka berdua akhirnya pulang di jam 7 malam."Gue nggak sanggup asli," keluhku ke Adelio yang duduk di ruang santai. Adelio terkekeh mengelus puncak kepalaku. "Lo pasti ketar-ketir ye kan.""Pake nanya lagi, gue beneran takut tadi," kesalku menabok lengan Adelio. Bayangkan pertanyaan Vivian itu sangat mematikan belum lagi waktu di kamar, ada satu foto ketinggalan di meja belajar. Untungnya aku bisa menyembunyikan tepat waktu, aduh ini Tuhan lagi baik sama aku sih. "Asal mereka nggak taukan? Kita bisa berhasil," seru Adelio tersenyum manis. Alah, itu juga karena aku banyak alasan. Coba Adelio ikut kasih alasan? Mungkin sudah ketauan karena jawaban kami pasti berbeda. "Iya serah lo aja deh," balasku malas. "Ehem, lagi ngapain nih peluk-peluk," sindir seseorang dengan suara nge-bas. Aku yang menyadari orang tersebut cepat bertegak, menoleh kebe

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 157. Menyembunyikan Suatu Hal

    Aku tertawa mengingat kejadian pulang sekolah, sekarang aku berada di rumah memainkan ponsel. Cuma sedikit kaget di mana dalam grup, jika Gita dan Vivian ingin berkunjung ke rumah. Asli ya, aku langsung deg-degan karena mereka sudah berada di rumah orang tuaku. "Adelio, cepetan!" teriakku menggedor pintu kamar. Pintu tersebut buka, terlihat Adelio mengusap mata sepertinya baru bangun tidur. Aku tanpa berkata, menarik tangannya. Adelio terkaget-kaget dari rautnya, ingin tertawa tapi situasi sekarang lagi tidak bagus. "Kenapa lo?" tanya Adelio menarik tanganku sesaat. "Jangan banyak tanya deh, gue gini juga mau cepat ke rumah orang tua gue. Ada Gita sama Vivian di sana," ungkapku membuat Adelio sebaliknya menarikku. Eh, kok malah aku yang ditarik-tarik. Sepertinya Adelio menyadari ketar-ketir diriku. "Ayok, cuss kita harus cepat ke rumah Papa Mama," seru Adelio mendorongku ke dalam mobil. Kasar banget sih, dasar emang ya. Apa karena ingin cepat sehingga begini jadinya. Adelio

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 156. Masalah Beruntun

    "Maksudnya apa Om?" tanya Adelio menarikku kebelakang. Senyum miring tertampil di bibirnya. "Kamukan sudah melukai Zara? Sekarang dia berada di rumah sakit," tuduh Om tua sambil mengepalkan tangan. Eh, sejak kapan please. Aku saja selalu bersama Adelio, kapan melukai Zara murahan itu? Sampai orang tua ini menuduh Adelio. "Astaga Om, aku mana pernah melukai dia. Nggak pengen soalnya, kan aku udah ada ini," kata Adelio menoleh ke arahku sebentar. Aku tersenyum kecil, saat Adelio memberitahu kalo aku adalah pacarnya. "Alasan aja kamu! Apa saya laporkan aja kamu ke kepala sekolah," kata Om tua mendekat menarik kerah Adelio. Hal gilanya, Om tua itu mengangkat dengan mudah tubuh Adelio. Aku menganga tidak percaya, setua ini tenaganya masih oke. "Jangan sembarangan ya, aku juga nggak akan ngelakuin itu karena Zara bukan siapa-siapa," papar Adelio masih berusaha sabar. Aku menggeleng, ya untuk apa bertengkar dengan orang tua? Dia tidak akan mendengarkan. Daripada mak

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 155. Nasib Sial

    Aku pergi sendiri dengan mobil ke sekolah, awalnya Adelio tidak terima. Namun, aku ngambek jika tidak diizinkan sehingga Adelio pasrah, dan mengalah. Di lorong tanpa sengaja aku melihat Gracia bersedekap dada berdiri di depan kelas, aku abaikan Gracia itu.Hal yang diriku ingin mengamuk karena Gracia sengaja memajukan kakinya sehingga aku tersungkur. Aku mendengus, berdiri berhadapan dengan Gracia. "Sengajakan lo?""Hah, lo nuduh gue?" tanya Gracia tidak terima. Dengan kepalan tangan, gigi menggeletuk rasanya ingin menampol orang gila ini. "Dahlah, males gue sama lo. Kalah saingkan, makanya lo nyari masalah terus sama gue," tanggapku membuat Gracia melotot. Apa dia tidak terima? Sehingga seperti itu? Heh, Gracia memang penggoda. Ihh, aku saja jijik dengannya. Apalah dia ini, banyak cowok tampan tapi malah merebut punya orang lain. "Ngapain juga kalah saing sama lo, gue cantik kok," kata Gracia begitu percaya diri. Mendengar itu, aku memperhatikan wajahnya. Seketika aku tertawa

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 154. Cemburu

    Pulang sekolah, Adelio sadari tadi diam saja. Bahkan saat di kelas sekalipun, ihh kan aku jadinya takut. Apalagi saat Adelio menatap tajam ke Jeon, ini pasti karena pagi tadi. Apa Adelio cemburu? "Hem, Adelio lo kenapa sih diem aja?" tanyaku duduk di sebelahnya, kami sekarang berada di mobil. Adelio menoleh. "Gue cuma masih kesel aja sama Jeon," balas Adelio seadanya. Mana nggak ada senyum lagi! Kan aku jadinya mengira Adelio marah denganku. Aku hanya menganggukkan kepala tidak ingin menambah pembahasan, dan sedikit ngeri sih kalo Adelio begini. "Jangan diem aja dong, gue takut jadinya," kataku jujur kepadanya. Mobil telah berjalan, Adelio yang fokus menoleh sekilas ke arahku. Hoho, apa semenyeramkan ini Adelio karena perihal Jeon? "Gue kan nggak marah sama lo," balas Adelio tersenyum kecil. Aku cukup lega karena dirinya sekarang menarik bibir berbentuk bulan sabit, andaikan tadi beh senyum saja tidak mau "Tetap aja gue yang ngerasain, mana seharian gue dicu

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 153. Ganjen Sekali ya Bun

    Aku mengingat kejadian makan siang tadi ingin tertawa, bagaimana tidak. Ternyata Adelio itu sedang salah tingkah, kirain kenapa. Di malam yang dingin, aku dan Adelio berada di kamarku untuk belajar bersama. Aku sangat tidak percaya kalo Adelio kali ini malah menjahiliku. "Adelio, lo jangan ngeselin deh," kataku meliriknya yang kini mencolek daguku. Adelio tersenyum lebar. "Ngeselin Adelio namanya," balas Adelio mencolek kembali. Masih aku pandang dengan wajah datar, hingga aku menarik rambutnya penuh kekesalan. "Nih ya, lo sumpah nggak ada gitu berhenti!" geramku kepada Adelio yang meringis kesakitan. "Berhenti, sakit banget rambut gue," seru Adelio menganga tidak percaya. Ihh, mampus makanya jangan ngeselin. Orang lagi belajar juga di ganggu, maksudnya apa ya Kak. "Lo lucu soalnya kalo lagi marah," celetuk Adelio tiba-tiba menoleh kebelakang. Aku terdiam menatapnya tajam, astaga dia ini. Jadi itu alasannya? Tapikan ini lagi belajar! Please ya Adelio, sebelum aku bikin botak

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 152. Panik

    Aku mendorong Gracia hingga mundur beberapa langkah, Gracia yang tidak terima menatap tajam diriku. "Maksud lo apaan dorong gue?" ucap Gracia bersedekap dada. Siapa juga yang nerima ada pelakor di hubungan kami, ingin rasanya meremas mulut jeleknya itu. "Pake nanya lagi, lo ngapain juga deketin pacar gue," balasku berhadapan dengan Gracia. Sementara Adelio yang masih duduk tidak berkutik, pastinya Adelio jadi tempat bukti permusuhanku dengan orang-orang. Gracia terkekeh kecil. "Lo baru pacar belum Istrinya, jadi bebas dong kalo gue mau sama Adelio," kata Gracia mendorong bahuku. Berani banget Gracia! Belum tau aja dia sama aku nih, aku yang tidak terima langsung menamparnya tanpa aba-aba. Gracia meringis memegang pipi kiri yang merah, aku tersenyum miring. "Ingat ya, gue nggak akan biarin siapapun deketin Adelio termasuk lo bedak tebal," ejekku menoleh ke Adelio. Kepalan tangan Gracia terlihat jelas saat aku perhatikan, bukan itu saja Gracia sepertinya ingin menerkamku hidup-

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status