Share

Bab 10

Penulis: Sri Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 23:30:56

Zurich, pagi hari…

Bu Yuliana tiba dengan jet pribadi. Begitu mendarat, ia langsung menuju rumah sakit tempat Arfan dirawat. Saat memasuki kamar, matanya menatap putranya yang kini terjaga.

“Arfan, Nak… Ibu disini,” bisiknya.

Arfan menoleh, mengerjap. Namun tak ada senyum. Hanya tatapan kosong yang mencoba mengenali sosok di depannya.

“Siapa… Anda?” tanyanya pelan.

Wajah Bu Yuliana mengeras. Ia menoleh cepat ke arah dokter.

“Kenapa dia tidak mengenal saya?”

Dokter menjelaskan dengan hati-hati. Arfan kemungkinan mengalami amnesia parsial pasca-kecelakaan. Beberapa ingatan penting menghilang, namun bisa pulih perlahan.

Namun satu hal membuat dokter heran:

“Satu-satunya nama yang terus ia sebut sejak sadar adalah ‘Nafeeza’.”

Wajah Bu Yuliana memucat.

“Tidak mungkin…” desisnya. “Anak itu hanya… pengganggu. Dia bukan siapa-siapa!”

Ia memutar tubuh, menatap tajam orang kepercayaannya.

“Cari gadis itu! Apapun caranya. Kalau perlu, habisi dia.”

****

Siang hari, kamar rumah sakit.

Arfan duduk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 11

    Lima tahun kemudian…“Ada apa, Bi?” tanya Nafeeza cemas lewat sambungan telepon. Tangannya masih menggenggam nampan berisi pesanan, napasnya tersengal, wajahnya pucat. Di tengah kesibukannya sebagai pelayan di sebuah kafe kecil di pinggiran Kota Bandung, kabar itu membuat jantungnya berdegup tak karuan.“Danis pingsan, Bu,” jawab Bibi Rara panik dari seberang. Suaranya tergesa, diiringi isak tangis anak-anak di latar belakang.Nafeeza nyaris menjatuhkan nampan dari tangannya. “Sekarang di mana? Sudah dibawa ke klinik?”“Sudah… Kami di klinik dekat rumah. Tapi, Bu... dokter bilang Danis harus segera dibawa ke rumah sakit besar. Sepertinya ada masalah lagi dengan jantungnya…”Waktu seolah melambat.Danis. Putra kecilnya. Satu-satunya alasan Nafeeza bertahan hidup selama lima tahun terakhir. Anak yang lahir dari cinta yang tak pernah padam, cinta antara dirinya dan Arfan.Tanpa pikir panjang, Nafeeza melepas apron dan berlari keluar kafe sambil berseru ke arah manajer, “Saya harus pergi!

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 12

    Dengan senyum palsu dan langkah gontai, Nafeeza kembali ke dapur kafe setelah insiden memalukan itu.Suara riuh pengunjung masih terdengar di belakangnya, namun hatinya telah hancur berkeping-keping. Tangannya gemetar saat mencoba menata ulang gelas dan piring yang pecah. Manajer sempat melirik tajam, tetapi tidak mengatakan apa-apa, mungkin karena menyadari siapa yang barusan mempermalukannya.Beberapa jam kemudian, setelah shiftnya berakhir, Nafeeza berjalan pulang ke rumah sakit. Malam sudah larut. Langit mendung, dan udara dingin menusuk hingga ke tulang. Hujan rintik-rintik mulai turun saat ia tiba di ruang rawat Danis. Di dalam, Bibi Rara tertidur di kursi, sementara Danis masih terbaring lemah, namun senyumnya merekah saat melihat sang ibu datang.“Mama…” gumam Danis pelan.Nafeeza segera mendekat, menggenggam tangan kecil itu, menahan air mata yang hendak jatuh. “Iya, Nak. Mama di sini…”Danis menatap langit-langit. “Tadi aku mimpi ketemu Papa. Dia marah…”Nafeeza tercekat. “P

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 13

    Nafeeza perlahan mengangkat wajahnya. Cahaya remang bar memperjelas kelelahan di matanya, pipi tirusnya, dan luka batin yang tak mampu ia sembunyikan.“Kamu mengenalnya, Bos?” tanya salah satu teman Arfan.Arfan tidak langsung menjawab. Pandangannya terpaku pada Nafeeza, seakan dunia di sekitarnya berubah menjadi sunyi.Nafeeza mengerjap pelan, mencoba berdiri tegak meski tubuhnya gemetar. Ia merasa seluruh dirinya ditelanjangi oleh tatapan-tatapan asing yang mulai memperhatikan mereka.“Apa kamu mengenalnya, Bos?” ulang temannya, kali ini dengan nada penasaran, menangkap ketegangan aneh di antara keduanya.Arfan menarik napas dalam, lalu mengalihkan pandangan sejenak.“Dia... hanya seseorang dari masa lalu,” jawabnya datar. Namun nada suaranya terdengar berat, seperti menahan badai yang siap meledak.Temannya tertawa kecil, tidak menyadari betapa rapuh suasana itu.“Wah, mantan, ya? Selera lo dulu beda banget, Fan. Dari istri model ke..”“Diam,” potong Arfan. Suaranya dingin dan mema

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 14

    Jantung Nafeeza seolah berhenti berdetak sejenak. Ia menatap layar ponselnya dengan mata membelalak, lalu tanpa pikir panjang, ia langsung berlari. Sepatu hak tingginya tak lagi ia pedulikan, hingga akhirnya terlepas di tengah jalan. Nafeeza terus berlari dengan kaki telanjang, menyusuri trotoar malam yang dingin dan kasar. Hanya satu hal memenuhi pikirannya: Danis.Putranya.Darah daging yang selama ini menjadi alasan ia bertahan hidup di tengah kerasnya dunia.Sementara itu, di dalam mobil mewah yang terparkir tak jauh dari bar, Arfan duduk diam dengan tatapan kosong. Di sampingnya, Randy tampak gelisah.“Fan… gue tahu lo syok. Tapi tadi lo kelewatan,” ucap Randy hati-hati.Arfan tak menjawab. Dalam benaknya, wajah Nafeeza terus berputar. Bukan Nafeeza yang tadi di bar, melainkan Nafeeza yang dulu, yang tersenyum hangat setiap pagi, yang selalu menyambutnya pulang dengan pelukan. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi rasanya seperti menelan bara api.“Arfan, lo denger gak sih?” seru R

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 15

    Perawat yang baru kembali dari ruang administrasi menghentikan langkahnya. Ia tampak ragu, menatap Nafeeza, lalu beralih kepada Rafa. Ketegangan yang membeku membuat waktu terasa melambat.“Arfan,” Nafeeza akhirnya bersuara. Suaranya pelan namun penuh ketegasan. “Kau tidak punya hak menghentikan ini!”“Siapa bilang aku tak punya hak? Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Kalau kalian nekat membantu anak itu, bersiaplah, rumah sakit ini bisa tutup!”Perawat itu menunduk ketakutan, melangkah mundur perlahan. Nafeeza menatap Arfan dengan mata memerah. Namun sorotnya tajam, tak lagi takut, tak lagi ragu.“Siapa Anda? Berani sekali bicara begitu!” seru Rafa, tatapannya menusuk.Arfan mendongak, menatap Rafa dengan sorot penuh gengsi dan kemarahan. “Aku donatur terbesar rumah sakit ini. Tanpa aku, semuanya bisa ambruk dalam semalam, termasuk kamu, Dokter, atau siapa pun kamu.”Namun Rafa tidak mundur. Ia berdiri tegak, bahkan melangkah lebih dekat.“Aku di sini bukan untuk tunduk pada an

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 16

    Rafa menepuk bahu Arfan pelan. “Terima kasih… karena telah memilih sisi yang benar.”Dari ujung lorong, suara langkah cepat tim medis mulai terdengar. Nafeeza berdiri perlahan, menggenggam tangan Rafa erat.“Terima kasih… sudah bertahan,” ucap Rafa padanya.Nafeeza mengangguk pelan, masih terisak. “Kalau bukan karena kamu, mungkin Danis sudah tak punya harapan.”Rafa tersenyum tipis. “Kita belum selesai. Sekarang, waktunya menyelamatkan dia.”Pintu ruang operasi terbuka. Dua perawat mendorong ranjang tempat Danis berbaring. Wajah kecil itu pucat, tubuhnya dipenuhi selang, dan napasnya tersengal. Nafeeza menunduk, mengecup kening anaknya, menahan tangis yang nyaris pecah.“Kamu harus kuat, Nak… Mama di sini, Mama nggak akan ke mana-mana,” bisiknya.Rafa memberi isyarat, dan tim medis segera membawa Danis masuk ke ruang operasi. Pintu tertutup dengan suara berat yang membuat Nafeeza tersentak. Kini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu… dan berdoa.Arfan masih berdiri di lorong, m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 1

    "Garis dua?" gumamku lirih saat menatap test pack di tangan yang gemetar.Senyumku merekah perlahan. Tanganku terangkat, mengusap perutku yang masih rata. Rasanya seperti mimpi. Setelah penantian panjang, akhirnya ada kehidupan kecil yang tumbuh di dalam rahimku. Aku membayangkan reaksi mas Arfan, apakah ia akan terkejut? Atau justru menangis haru, seperti di video-video kejutan kehamilan yang sering aku tonton?Dengan hati-hati, kusimpan test pack itu di laci meja rias. Hari ini adalah ulang tahun pernikahan kami yang keempat. Aku sudah menyiapkan semuanya: dekorasi sederhana di ruang makan, hidangan favorit Arfan, dan kue kecil bertuliskan "Happy 4th Anniversary." Malam ini, aku akan memberinya kabar paling bahagia dalam hidup kami.Namun, tiba-tiba ponselku berdering. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Aku sempat ragu, tapi rasa penasaran mengalahkan keraguanku.“Halo?” sapaku hati-hati.Tak ada jawaban. Hanya suara napas berat di ujung sana, sebelum akhirnya terdengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 2

    Aku menatap ibu mertuaku dengan dada sesak. Air matanya mengalir deras, tapi sorot penuh kebencian itu seolah mengiris hatiku. Aku ingin berteriak bahwa aku juga kehilangan, bahwa aku mencintai Arfan lebih dari apapun. Tapi di matanya, aku hanya pembawa sial."Ibu, aku mohon... jangan menyalahkanku," suaraku hampir berbisik, berusaha tetap tenang meski tubuhku gemetar. "Aku juga ingin Mas Arfan selamat. Aku mencintainya, Bu..."Namun, ibu mertuaku tak mau mendengar. Dengan mata yang menyala amarah, ia menudingku."Kalau kau benar-benar mencintainya, kenapa sejak kau masuk ke dalam hidupnya, selalu ada masalah? Kenapa hidupnya justru penuh musibah setelah menikah denganmu?"Aku ingin menjawab, ingin mengatakan bahwa aku pun bertanya-tanya siapa yang tega mencelakai suamiku. Tapi sebelum aku sempat berbicara, suara tegas menghentikan kami."Ibu, cukup."Aku menoleh dan melihat seorang pria yang baru saja memasuki ruang ICU. Pak Rudi."Ibu boleh marah, boleh bersedih, tapi ini bukan saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27

Bab terbaru

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 16

    Rafa menepuk bahu Arfan pelan. “Terima kasih… karena telah memilih sisi yang benar.”Dari ujung lorong, suara langkah cepat tim medis mulai terdengar. Nafeeza berdiri perlahan, menggenggam tangan Rafa erat.“Terima kasih… sudah bertahan,” ucap Rafa padanya.Nafeeza mengangguk pelan, masih terisak. “Kalau bukan karena kamu, mungkin Danis sudah tak punya harapan.”Rafa tersenyum tipis. “Kita belum selesai. Sekarang, waktunya menyelamatkan dia.”Pintu ruang operasi terbuka. Dua perawat mendorong ranjang tempat Danis berbaring. Wajah kecil itu pucat, tubuhnya dipenuhi selang, dan napasnya tersengal. Nafeeza menunduk, mengecup kening anaknya, menahan tangis yang nyaris pecah.“Kamu harus kuat, Nak… Mama di sini, Mama nggak akan ke mana-mana,” bisiknya.Rafa memberi isyarat, dan tim medis segera membawa Danis masuk ke ruang operasi. Pintu tertutup dengan suara berat yang membuat Nafeeza tersentak. Kini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu… dan berdoa.Arfan masih berdiri di lorong, m

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 15

    Perawat yang baru kembali dari ruang administrasi menghentikan langkahnya. Ia tampak ragu, menatap Nafeeza, lalu beralih kepada Rafa. Ketegangan yang membeku membuat waktu terasa melambat.“Arfan,” Nafeeza akhirnya bersuara. Suaranya pelan namun penuh ketegasan. “Kau tidak punya hak menghentikan ini!”“Siapa bilang aku tak punya hak? Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Kalau kalian nekat membantu anak itu, bersiaplah, rumah sakit ini bisa tutup!”Perawat itu menunduk ketakutan, melangkah mundur perlahan. Nafeeza menatap Arfan dengan mata memerah. Namun sorotnya tajam, tak lagi takut, tak lagi ragu.“Siapa Anda? Berani sekali bicara begitu!” seru Rafa, tatapannya menusuk.Arfan mendongak, menatap Rafa dengan sorot penuh gengsi dan kemarahan. “Aku donatur terbesar rumah sakit ini. Tanpa aku, semuanya bisa ambruk dalam semalam, termasuk kamu, Dokter, atau siapa pun kamu.”Namun Rafa tidak mundur. Ia berdiri tegak, bahkan melangkah lebih dekat.“Aku di sini bukan untuk tunduk pada an

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 14

    Jantung Nafeeza seolah berhenti berdetak sejenak. Ia menatap layar ponselnya dengan mata membelalak, lalu tanpa pikir panjang, ia langsung berlari. Sepatu hak tingginya tak lagi ia pedulikan, hingga akhirnya terlepas di tengah jalan. Nafeeza terus berlari dengan kaki telanjang, menyusuri trotoar malam yang dingin dan kasar. Hanya satu hal memenuhi pikirannya: Danis.Putranya.Darah daging yang selama ini menjadi alasan ia bertahan hidup di tengah kerasnya dunia.Sementara itu, di dalam mobil mewah yang terparkir tak jauh dari bar, Arfan duduk diam dengan tatapan kosong. Di sampingnya, Randy tampak gelisah.“Fan… gue tahu lo syok. Tapi tadi lo kelewatan,” ucap Randy hati-hati.Arfan tak menjawab. Dalam benaknya, wajah Nafeeza terus berputar. Bukan Nafeeza yang tadi di bar, melainkan Nafeeza yang dulu, yang tersenyum hangat setiap pagi, yang selalu menyambutnya pulang dengan pelukan. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi rasanya seperti menelan bara api.“Arfan, lo denger gak sih?” seru R

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 13

    Nafeeza perlahan mengangkat wajahnya. Cahaya remang bar memperjelas kelelahan di matanya, pipi tirusnya, dan luka batin yang tak mampu ia sembunyikan.“Kamu mengenalnya, Bos?” tanya salah satu teman Arfan.Arfan tidak langsung menjawab. Pandangannya terpaku pada Nafeeza, seakan dunia di sekitarnya berubah menjadi sunyi.Nafeeza mengerjap pelan, mencoba berdiri tegak meski tubuhnya gemetar. Ia merasa seluruh dirinya ditelanjangi oleh tatapan-tatapan asing yang mulai memperhatikan mereka.“Apa kamu mengenalnya, Bos?” ulang temannya, kali ini dengan nada penasaran, menangkap ketegangan aneh di antara keduanya.Arfan menarik napas dalam, lalu mengalihkan pandangan sejenak.“Dia... hanya seseorang dari masa lalu,” jawabnya datar. Namun nada suaranya terdengar berat, seperti menahan badai yang siap meledak.Temannya tertawa kecil, tidak menyadari betapa rapuh suasana itu.“Wah, mantan, ya? Selera lo dulu beda banget, Fan. Dari istri model ke..”“Diam,” potong Arfan. Suaranya dingin dan mema

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 12

    Dengan senyum palsu dan langkah gontai, Nafeeza kembali ke dapur kafe setelah insiden memalukan itu.Suara riuh pengunjung masih terdengar di belakangnya, namun hatinya telah hancur berkeping-keping. Tangannya gemetar saat mencoba menata ulang gelas dan piring yang pecah. Manajer sempat melirik tajam, tetapi tidak mengatakan apa-apa, mungkin karena menyadari siapa yang barusan mempermalukannya.Beberapa jam kemudian, setelah shiftnya berakhir, Nafeeza berjalan pulang ke rumah sakit. Malam sudah larut. Langit mendung, dan udara dingin menusuk hingga ke tulang. Hujan rintik-rintik mulai turun saat ia tiba di ruang rawat Danis. Di dalam, Bibi Rara tertidur di kursi, sementara Danis masih terbaring lemah, namun senyumnya merekah saat melihat sang ibu datang.“Mama…” gumam Danis pelan.Nafeeza segera mendekat, menggenggam tangan kecil itu, menahan air mata yang hendak jatuh. “Iya, Nak. Mama di sini…”Danis menatap langit-langit. “Tadi aku mimpi ketemu Papa. Dia marah…”Nafeeza tercekat. “P

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 11

    Lima tahun kemudian…“Ada apa, Bi?” tanya Nafeeza cemas lewat sambungan telepon. Tangannya masih menggenggam nampan berisi pesanan, napasnya tersengal, wajahnya pucat. Di tengah kesibukannya sebagai pelayan di sebuah kafe kecil di pinggiran Kota Bandung, kabar itu membuat jantungnya berdegup tak karuan.“Danis pingsan, Bu,” jawab Bibi Rara panik dari seberang. Suaranya tergesa, diiringi isak tangis anak-anak di latar belakang.Nafeeza nyaris menjatuhkan nampan dari tangannya. “Sekarang di mana? Sudah dibawa ke klinik?”“Sudah… Kami di klinik dekat rumah. Tapi, Bu... dokter bilang Danis harus segera dibawa ke rumah sakit besar. Sepertinya ada masalah lagi dengan jantungnya…”Waktu seolah melambat.Danis. Putra kecilnya. Satu-satunya alasan Nafeeza bertahan hidup selama lima tahun terakhir. Anak yang lahir dari cinta yang tak pernah padam, cinta antara dirinya dan Arfan.Tanpa pikir panjang, Nafeeza melepas apron dan berlari keluar kafe sambil berseru ke arah manajer, “Saya harus pergi!

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 10

    Zurich, pagi hari…Bu Yuliana tiba dengan jet pribadi. Begitu mendarat, ia langsung menuju rumah sakit tempat Arfan dirawat. Saat memasuki kamar, matanya menatap putranya yang kini terjaga.“Arfan, Nak… Ibu disini,” bisiknya.Arfan menoleh, mengerjap. Namun tak ada senyum. Hanya tatapan kosong yang mencoba mengenali sosok di depannya.“Siapa… Anda?” tanyanya pelan.Wajah Bu Yuliana mengeras. Ia menoleh cepat ke arah dokter.“Kenapa dia tidak mengenal saya?”Dokter menjelaskan dengan hati-hati. Arfan kemungkinan mengalami amnesia parsial pasca-kecelakaan. Beberapa ingatan penting menghilang, namun bisa pulih perlahan.Namun satu hal membuat dokter heran:“Satu-satunya nama yang terus ia sebut sejak sadar adalah ‘Nafeeza’.”Wajah Bu Yuliana memucat.“Tidak mungkin…” desisnya. “Anak itu hanya… pengganggu. Dia bukan siapa-siapa!”Ia memutar tubuh, menatap tajam orang kepercayaannya.“Cari gadis itu! Apapun caranya. Kalau perlu, habisi dia.”****Siang hari, kamar rumah sakit.Arfan duduk

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 9

    Dokter dan perawat saling berpandangan saat nama itu disebut.Mereka tahu, nama tersebut tak tercantum dalam daftar kontak darurat pasien. Namun satu hal menjadi jelas: wanita bernama Nafeeza itu sangat berarti bagi pria ini. Teramat penting.Di luar ruangan, seorang pria bersetelan rapi sedang berbicara dalam bahasa Inggris yang kaku dengan seorang dokter. Ia adalah orang kepercayaan Bu Yuliana, ibu kandung Arfan. Ditugaskan khusus untuk menjaga Arfan.“Dia menyebut nama seseorang,” kata dokter.“Siapa?” tanya pria itu.“Nafeeza.”Pria itu terdiam. Matanya menyipit, rahangnya mengeras.“Kalau boleh tahu, siapa Nafeeza?”“Tidak penting,” sahutnya singkat.****Sementara itu, di Tanah Air…Bus malam melaju tenang menembus udara dingin menuju Bandung. Nafeeza menyandarkan kepala ke jendela, menatap kosong ke luar. Jalanan gelap dan sepi, hanya lampu-lampu jalan yang melintas cepat, seperti bayangan kenangan.Ia memejamkan mata, namun wajah Aurel kembali muncul. Kata-katanya masih terngi

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 8

    Aku tak langsung menjawab. Tubuhku masih gemetar, pikiranku kalut. Aurel? Di sini? Malam-malam begini?“Nafeeza… Aku tahu kamu hamil,” suaranya terdengar dari balik pintu, tenang namun menekan.Darahku seolah berhenti mengalir. Bagaimana bisa dia tahu? Siapa yang memberitahunya?“Nafeeza, aku tidak akan membiarkanmu melahirkan anak Mas Arfan.”Tubuhku membeku. Kata-katanya menusuk seperti sembilu. Tidak akan membiarkanku melahirkan anak Mas Arfan? Jadi benar, dia datang bukan untuk menolongku.Tanganku refleks memeluk perutku. Jantungku berdetak kencang, seperti hendak meledak. Pikiran, ketakutan, dan firasat buruk menyerbu sekaligus, menyesakkan dada.“Apa maksudmu…?” tanyaku pelan dengan suara parau, berusaha menahan tubuh yang bergetar.Tak ada jawaban. Hening. Hanya terdengar tarikan napas berat dari balik pintu, terputus-putus, seolah ia sendiri tengah menahan sesuatu.“Kamu sebodoh itu, Nafeeza? Arfan sekarang koma... dan besar kemungkinan dia akan kehilangan ingatannya. Dia aka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status