"Iya kan? Dia nggak sekasar kamu! Ayo lepasin!" bentak Isabel sambil meringis kesakitan. "Kau pintar sekali membandingkan orang, tapi kamu sendiri?" "Apa maksudmu?" "Bisa nggak sih kamu jadi cewek yang lembut dan elegan, kau pikir kasar siapa antara kamu denganku?" Andra menghempaskan tangan Isabel keras sehingga merasa kesakitan. "Hei, apa yang ada padaku bukanlah urusanmu!" bantah Isabel mendengkus sangat marah. Andra tentu saja tidak setuju dengan apa yang diucapkan Isabel. Perjodohan mereka membuatnya semakin melihat kepribadian Isabel, jadi Isabel masih urusannya. Ia harus tau semua kekurangan Isabel lalu menjadikan dasar penolakan atas perjodohan itu. Selain itu dia ingin Isabel membencinya. "Tentu saja urusanku, aku pengen kamu sadar diri!" Isabel tersenyum sinis, "Nggak usah kuatir, aku nggak akan menjadi pendamping hidupmu, apa sih yang bisa dibanggakan? Kaya? Cerdas? Toh kamu juga gagal!" ejek Isabel. Andai saja cahaya lampu bisa menerangi wajah Andra, semua
Zein, Romi, dan Zack mencari keberadaan Isabel tapi Andra memberi isyarat untuk mereka segera kembali. Zack dan Romi akhirnya kembali tapi Zein yang tak tau apa-apa hanya bisa ketakutan dan gelisah. Zein memutuskan untuk mencari keberadaan Isabel apapun yang terjadi. Zein berjalan ke dekat dermaga mendapati Isabel sedang bersimpuh di atas bebatuan. Tak ada siapapun di sana, Isabel bersimpuh dan sesekali terlihat air matanya mengalir. "Isabel... kaulah di sana?".Zein memanggilku, berharap ia tidak mengusik ketenangan Isabel. "Zein, kenapa kau masih di sini?" Zein mendekat lalu memeluk Isabel sedih. "Maaf karena aku tidak bisa membantumu, aku..."
"Kenapa memangnya? Akulah yang bertanggungjawab dengan urusan proyek ini, kenapa kau terkesan melarangku?" bantah Andra. Isabel mendengkus, haruskah berdebat lagi? Pekerjaan ini tidak terlalu penting untuk saat ini bahkan bisa dikatakan baru saja dimulai, jadi untuk apa diperiksa padahal dua hari yang lalu baru saja diperiksa. "Baiklah, aku mengerti." Andra duduk di samping Isabel. Setelah melaju mereka hanya diam seribu bahas. Tiba-tiba Isabel berkata, "Kenapa kau melakukannya? Apa kau sungguh berharap aku kalah dalam pertarungan semalam?" "Bagaimana kau tau, apa Doge memberitahumu?" Isabel tersenyum sinis, bukannya minta maaf, Andra malah menyalahkan Doge. "Tentu saja,
Andra semakin dekat memperhatikan, wajah pucat itu semakin memutih. Beberapa kali Andra mengedipkan mata, lalu mengucek mata dengan punggung tangannya, kalau melihat lagi wajah yang semakin memutih seperti mayat. Beberapa kali petir menggelegar keras seperti menyambar atas kepalanya. Andra merinding, merasa horor. Suasana remang, gelap dan berpetir ditambah Isabel yang memucat seperti di film-film horor. Tangan Andra terulur, menyentuh bahu Isabel lalu menggoyangkan sedikit. "Isabel... bangun... bangun," pelannya, berharap Isabel membuka mata. Akan tetapi Isabel tak bergeming, membuat Andra ketakutan. Iapun berinisiatif menyentuh dahi Isabel. "Panas sekali... apa...," kembali Andra menyentuh lebih banyak area wajahnya. "Wajahnya sangat panas, apa dia demam?"
Dokter Mark menggelengkan kepalanya lemah, "Rasanya Isabel masih berharap kasus ayahnya bisa mendapatkan keadilan. Isabel selalu mencari kesempatan untuk mencari makam ayahnya. Andra termenung, memang benar Isabel terlihat selalu gelisah dan mencari kesempatan untuk suatu urusan akhir-akhir ini. Mungkinkah Isabel sedang menyelidiki sesuatu? "Menurut dokter, siapa yang paling tau soal itu?!Pastilah dia adalah pelaku pembunuhan itu, apa karena chip itu?" "Masuk akal, tidak mungkin tanpa sebab yang pasti, Isabel orang yang cukup teliti dan pekerja keras. Aku merasa curiga ayah angkatnya terlibat dalam masalah ini." Andra sudah tau siapa Gendon, tapi sepertinya Isabel belum melakukan apapun. Dokter Mark kemudian memeriksa kondisi Isabel,. menatap gadis itu sedih. Beberapa lu
"Bukan begitu, aku hanya mau memberitahu soal saham ayahmu di perusahaan Lucky Lucky, itu lebih penting daripada berbincang-bincang tak ada manfaatnya dengan Zein," terang Andra membuat alasan. "Aku serius, nggak bermaksud mengusir Zein dari sini, tapi karena masalah ini tidak bisa ditunda lagi." "Hmm, baiklah, apa yang ingin kau katakan," Isabel mendengkus, berbicara sambil memalingkan wajahnya, merasa kesal karena Andra semena-mena. "Sopan lah sedikit, aku ini atasanmu!" "Oh, baik tuan, apa yang akan tuan katakan padaku? Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk karyawanmu," ujar Isabel berubah formal. Andra tersenyum, lalu mengeluarkan berkas yang dia dapatkan dari Sofi. "Uang peninggalan ayahmu ini akhirnya menjadi milikmu. Kamu sudah bisa mengajukan klaim dan mengambilnya dari perusahaan itu." Is
Ternyata Gendon keceplosan, raut wajahnya langsung pucat dan sorot matanya ragu menatap Andra yang menatapnya tajam. Bagaimanapun, seharusnya peristiwa itu tidak ada yang tau karena di tempat rahasia, terpencil dan Gendon sendiri waktu itu berada di luar negeri. Bahkan kebanyakan pengawal Tuan Daren tidak pernah tau apa yang terjadi kecuali satu atau dua orang saja orang kepercayaan yang menyembunyikan pertikaian itu. Hal itu sangat penting untuk membuat para tamu merasa aman dan melupakan kekacauan yang terjadi. Dan sekarang bagaimana bisa orang luar seperti Gendon bisa tau secara detil? "Bagaimana mungkin hal besar seperti ini tidak tahu? Aku ayahnya!" jawabnya karena merasa Andra mulai curiga. "Ayah, jangan marah, Andra sangat tegang dan kuatir karena aku terluka, jadi maklum saja kalau semua orang jadi sasarannya." Gendon kembali menatap Andra lalu putrinya seakan ingin tau sesuatu. "Kalian punya hubungan khusus? Apa aku salah?" tanya Gendon menyelidik, disambut t
Dulu Andra tak seperti ini. Pria ini lemah lembut dan tidak mudah marah. Sangat aneh karena perubahan karakter terjadi hanya karena dia berkuasa. Perubahan emosi yang menggebu biasa dikarenakan ketidak puasan atas sesuatu tapi apa yang diharapkan Andra saat ini? Dokter Mark juga merasakan perubahan sikap Isabel yang semakin cerewet dan membantah ucapan Andra tanpa merasa bersalah. Seolah membuat Andra marah adalah sebuah cara untuk menunjukkan keterikatan dan menguji seberapa jauh Andra perduli dengannya. Saat ini dokter Mark justru sengaja membuat Andra meledak dengan mencoba memprovokasi Andra menyebutkan betapa perhatiannya Zein pada gadis ini. "Eh eh, kenapa kau bilang itu kolaborasi bodoh?" Andra tak menggubris lalu melenggang pergi meninggalkan dokter Mark bersama Isabel. Isabel terkekeh, merasa mendapatkan pembelaan dari dokter Mark. Saat dokter Mark melihatnya, Isabel hanya mengedikkan bahunya. "Kau bisa dipecat karenanya," dokter Mark memperingatkan. "Memang itul