Karin berbalik badan melihat ke sumber suara. Ia terkejut karena Valda ada disana, melihat ke sisi Valda dan Nanda bersama mereka.
“Dasar kau anak bodoh! Kenapa membawanya kemari,” cerca Karin.“A–aku tidak tahu apa-apa!” jawab Nanda.“Kau jangan menjawab! Dasar anak tidak berguna.”“Lepaskan Aruna, ini sudah melewati batas. Apa yang kau lakukan sudah termasuk tindakan kriminal!” ujar Valda.“Kau jangan ikut campur urusan keluargaku, ikut campur terus!” jawab Karin dengan berteriak.“Terima kasih, Tuhan. Telah mengirimkan Valda untuk menyelamatkanku,” batin Aruna sedikit lebih tenang.Nanda bergegas lari ke samping Karin dan meminta maaf padanya.“Kalian semua diam, jangan ikut campur kalau mau Aruna selamat!” ancam Karin.Valda menatap Aruna yang terlihat begitu menyedihkan, ia juga melihat luka-luka lebam di lengan dan pipinya.“Cepat tanda tangani!” suruhnya.“Hentikan. Kau sudah keterlaluan.” Valda mendekati mereka dan menar“Aduuuh kasihan sekali kalian ini!” cetus Karin mengejek. “Ada apa ini, Ma?” tanya Delova. “Perempuan ini datang-datang membuat masalah,” jawab Defria. “Kau berani datang kemari?” tatap Delova tajam. “Hehhh anak pungut, gak usah banyak omong. Panggil Aruna cepat,” suruhnya. Defria dan Delova saling melihat, apa yang Karin katakan membuat mereka terkejut. “Ada apa kau kemari mencari Aruna? Sudah bagus aku tidak membawamu ke polisi!” tiba-tiba Valda muncul dan menghampiri mereka. “Valda, panggil Aruna kemari. Aku datang untuk meminta maaf padanya, aku terlalu egois dan tidak memikirkan yang lainnya. Aku menyesal,” ujar Karin memohon. Sikap yang berubah drastis. Padahal sebelumnya ia begitu berani dengan dagu yang terangkat. “Ya bagus kalau kau menyesalinya, tapi jangan harap kau mendapatkan warisan itu!” cetus Valda. “pergi dari sini
Keesokan harinya ....Valda bersiap pergi ke kantor, ia menitipkan Aruna pada pelayan karena ada meeting yang sangat penting.Bergegas pergi tanpa pamit pada Aruna karena masih terlelap tidur.Sampai di kantor ia menerima laporan-laporan penting dari Haris yang harus di tanda tanganinya.“Tuan, perihal aset Aruna, perkebunan, pabrik dan villa-villa yang ada di kota B dan perusahaan minuman teh itu semuanya terbengkalai tidak beroperasi, tapi masih aman tidak tergadaikan. Dua rumah dan tiga ruko sudah tergadaikan dengan nilai yang cukup fantastis semuanya sekitar dua puluh milyar!” tutur Haris.Valda mengangguk mengerti.“Untuk menyelesaikan itu semua, mungkin harus menjual sedikit aset untuk menebus yang tergadaikan itu maka semuanya akan beres!” jelas Haris.“Sepertinya aku akan mendiskusikan ini dengan Aruna terlebih dahulu, bagaimana pun dia yang harus mengambil keputusan,” ujar Valda.Haris mengerti, kemudian ia mengajak Valda untuk segera
Valda bersama Haris bekerja dari rumah, mereka tidak kembali ke kantor karena khawatir pada Aruna.“Bagaimana dengan akhir pekan nanti? Apa akan tetap berangkat?” Tanya Haris.“Eh iya, bukannya perkebunan dan pabrik milik Aruna juga di kota B? Apa aku ajak Aruna kesana saja sekalian liburan?” tanya Valda.“Saya akan mengeceknya dulu.”Valda tersenyum tipis, ia berniat untuk membawa Aruna liburan agar pikirannya lebih fresh dan memberitahunya soal aset miliknya disana.Di sore hari saat pulang dari kantor, Elisha datang ke rumah Valda. Akan tetapi, Defria belum pulang dan tidak sengaja ia melihat Aruna dan menghampirinya dengan riang.“Haiii ... Aruna ...” sapanya ramah tidak seperti biasanya.“Haiii ...” jawab Aruna dengan penuh keheranan.“Bibi belum pulang, ya? Terus kak Valda kemana?” tanyanya.“Belum, kalau Valda ada di ruang kerjanya,” jawab Aruna.Merupakan kesempatan bagus bagi dirinya bisa bicara dengan Aruna dengan begitu ia
“Menurutku sudah saatnya kita menerima Aruna. Memangnya Papa rela kalau sampai Valda kembali dengan perempuan yang tidak benar itu?” ujar Defria.“Kau benar! Dengan dulu dia mengambil lima ratus juta saja sudah menunjukkan kelasnya, jangan sampai mereka kembali lagi,” ucap Chand.Agar semuanya lebih baik lagi, Chand menemui Valda di ruangan kerjanya dan bicara agar membatalkan kerja sama dengan perusahaan dimana Melisa bekerja.“Apa yang Papa khawatirkan? Itu perusahaan yang lumayan mumpuni dan kita membutuhkan bahan baku dari sana. Produksi kita bisa terhambat jika membatalkan dan mencari lagi perusahaan besar seperti mereka,” jelas Valda.“Tapi Papa tidak ingin sampai kau kembali lagi dengan perempuan itu!” ungkap Chand. “Kau tahu sendiri bagaimana sikapnya di masa lalu! Perempuan tidak benar,” sambungnya.Valda bangkit dari duduknya dan menghela nafas panjang. Mendengar papanya bicara seperti itu tentang Melisa, Valda merasa biasa saja. Sangat berbeda den
“A–aku tidak siap!” cetus Aruna. Valda melepaskan pelukannya, kemudian berlalu pergi keluar dari kamar. Aruna terdiam sejenak menatap kepergian Valda. “Apa aku salah bicara?” Kemudian ia duduk di sofa. “Valda sudah bertemu kembali dengan mantan kekasih yang sangat di cintainya. Mana mungkin dia menyukaiku. Lebih baik jangan terlalu jauh akan hal itu, walau pun keperawananku sudah dia ambil olehnya, bukan berarti itu akan terjadi lagi!” batin Aruna. Sementara itu, Nanda ada di kamar tamu. Ia mondar mandir di dalam kamar dengan gelisah. Kemudian dirinya mengendap-endap keluar dari kamar seperti mencari seseorang. Valda menuruni tangga dan melihat Nanda, ia mendekatinya. “Apa yang kau lakukan?” Nanda terkejut dan seketika berbalik badan menatap Valda. “A–aku lapar!” jawabnya. “Hmmm ...” Valda mendengus. “Pergi saja ke dapur dan minta makan pada pelayan!” suruh Valda lalu ia pergi ke ruangan kerjanya. Nanda bergegas pergi, kemudian tidak sengaja menabrak seseo
Defria membawa Aruna ke salon miliknya. Ia bersikap begitu baik dan Aruna pun merasa nyaman.“Kau mau perawatan apa?” tanya Defria.Aruna teringat kalau nanti malam akan pergi makan malam bersama Valda, ia berpikir untuk berpenampilan sedikit lebih cantik.“Kau coba saja perawatan semua yang ada disini, bagaimana?” hanya Defria.“Boleh, Ma. Emmmh apa bisa membuatku sedikit lebih cantik, Valda mengajakku dinner malam ini,” ungkapnya.“Oooh begitu ... bagus dong! Tenang saja, salon Mama bisa membuatmu berubah menjadi cantik dan manglingi!” ujar Defria.Ia memanggil pegawainya dan menyuruhnya untuk make over Aruna agar semakin cantik.Ia juga dengan bangga memperkenalkan Aruna kepada tamu-tamunya yang datang. Yang notabene-nya adalah teman-teman sosialitanya.Di sisi lain, Melisa di panggil oleh atasannya. Ia di beritahu kalau dirinya di pecat dari pekerjaannya.“Pak, ada apa ini? Kerja sama dengan perusahaan Mallory sudah terjalin, kenapa a
Aruna duduk di meja yang sudah Valda pesan. Ia melihat ada empat kursi, mungkin dugaannya benar kalau Valda akan datang bersama Melisa.Melihat sekitar restoran itu, suasana yang romantis dengan lampu-lampu dan bunga-bunga indah.“Ini sangat romantis sangat cocok untuk pasangan,” gumam Aruna.Waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam, Aruna datang lebih awal. Ia menunggu Valda yang akan datang terlambat. Memesan air minum terlebih dahulu agar tidak terlalu tegang.“Hmmm ... aku harus menerima apa pun yang terjadi nantinya,” batin Aruna.“Pokoknya saya tidak mau tahu! Dalam waktu sepuluh menit kau harus mendapatkan gantinya, kalau tidak kau akan aku pecat!”Aruna mendengar dua orang bicara tidak jauh di belakangnya.“Maaf bos ... saya tidak tahu kenapa pianis itu tidak datang. Jangan pecat saya bos!” ujarnya memohon.Mendengar kata pianis, Aruna beranjak dari duduknya menghampiri mereka berdua.“Maaf, apa kalian membicarakan pianis?” tanya
Aruna mengatur nafasnya, bagaimana pun dirinya akan menerima apa pun keputusan Valda.“Kalian tenang dulu. Duduklah ...” pinta Aruna.Semua orang duduk sesuai permintaan Aruna.“A–aku mungkin datang dalam kehidupan Valda memang belum lama dan kami memutuskan langsung menikah. Jika memang Valda ingin kembali pada kak Mel, a–aku tidak masalah. Aku juga tidak ingin jadi penghalang dalam cinta kalian,” tutur Aruna.Apa yang Aruna katakan membuat semua orang terkejut terlebih Valda. Ia bingung kenapa Aruna malah berpikiran seperti itu.“Aruna ... kau jangan pasrah seperti itu, perjuangkan cintamu!” ujar Delova pada Aruna.“Kak Valda, aku harap kau tidak salah dalam mengambil keputusan! Kau sudah menikah dan Aruna sangat mencintaimu. Jika sampai kau memilih mantanmu ini, aku tidak akan tinggal diam!” ujar Delova pada Valda.“Sudah Delova!” Aruna menghentikannya bicara.“Kalian itu apa-apaan? Siapa yang akan kembali pada Melisa? Tidak akan pernah!” t
“Delova ...” panggil Valda.“Ada apa?” tatap Delova heran.Valda mencoba mengontrol emosinya, bagaimana pun dengan keadaan Delova seperti ini membuat hatinya terenyuh dan merasa kasihan.“Hmmm ... aku tahu kau menemui Aruna. Katakan jujur padaku, apa yang kau katakan padanya? Aku memang mengikhlaskannya untukmu, tapi kau tidak bisa sembarangan memfitnahku!” ungkap Valda.Chand dan Defria menghampiri mereka berdua. Berdiri diantara mereka dan mencoba menghentikan Valda agar tidak melakukan hal yang tidak-tidak.“Jangan sakiti adikmu lagi!” cetus Defria.“Papa tahu ini semua salah perempuan itu!” tunjuk Chand pada Aruna yang berdiri di pintu kamar.Aruna menatap semua orang bergantian, apa yang sekarang terjadi memang salah dirinya.“Apa maksud Papa? Jangan salahkan Aruna seperti itu!” timpal Delova membela Aruna.Valda menatap Delova dengan penuh amarah. Aruna tahu kemarahan itu dan harus menghentikannya.“Tu–tunggu ... emmmh Valda, k
Aruna melangkah dengan sembarang, sesekali wajahnya menengadah menatap langit yang mulai meredup. Lampu-lampu jalanan cukup terang menyinari langkahnya.“Apakah Elisha benar-benar serius dengan apa yang di katakannya? Tapi Valda mengatakan hal lainnya,” gumamnya.“Aruna ....”Sebuah mobil hitam berhenti dan terdengar suara tidak asing memanggilnya.Aruna menoleh ke arah sumber suara dan senyuman tersungging di bibirnya.“Delova ...” mendekati mobil itu dengan antusias.“Kau mau kemana?” tanya Delova. Ia bicara dari dalam mobil dan hanya membuka kaca mobilnya.“Aku mau pulang, barusan habis ngajar les piano,” jawabnya.Delova membuka pintu mobil dan meminta Aruna untuk masuk. Ia akan mengantarnya pulang.Awalnya Aruna menolak karena merasa tidak enak, tapi Delova memaksanya. Terpaksa ia masuk dan di antar pulang oleh Delova.“Kau sudah lebih baik?” tanya Aruna penasaran. Bagaimana pun ia sangat khawatir pada keadaan Delova.“Aku
Saat makan malam, Elisha datang menghampiri semua orang tanpa rasa malu. Sekarang ia berani kembali datang setelah tahu Aruna pergi.Defria dan Chand menyambutnya dengan ramah sama seperti sebelumnya. Sementara Valda merasa risih dan tidak nyaman.“Kenapa dia datang lagi kemari?” ujar Delova.Karena selesai makan, Valda beranjak pergi meninggalkan meja makan tanpa bicara dengan siapa pun.Elisha menatap kepergian Valda dan ia harus mengerti mendekatinya pelan-pelan membiarkannya pergi begitu saja.Keesokan harinya ....Di sore hari Aruna pergi ke rumah Grace untuk mengajari Briel bermain piano. Ia memulai pekerjaannya dengan semangat dan riang.Grace menyambutnya dengan hangat dan membawanya ke ruangan musik.“Hallo kakak cantik ...” sambut Briel.“Haiii cantik ... apa kau siap? Wah pianomu sangat bagus. Aku juga punya piano–“ cetusnya lalu bicara terhenti karena teringat dengan piano yang Valda belikan.“Cepatlah kakak, aku tidak sa
Wajah Aruna berubah menjadi tersenyum berbinar, senang akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan.“Kakak serius?”Grace mengangguk seraya tersenyum.“Wah aku senang kalau kakak cantik akan menjadi guru les pianoku. Dari pada pak tua yang ketus itu!” cetus Briel.“Terima kasih, ya, kak.” Aruna menundukkan badannya hormat.“Kau bisa datang ke rumahku setiap sore mulai besok,” ucap Grace.Kemudian Grace meminta nomor ponsel Aruna agar mudah untuk di hubungi.Aruna sangat senang dan cukup antusias. Berbincang sebentar lalu ia berlalu pulang.Berdiri di pinggir jalan melihat kepergian Grace dan Briel. Dirinya di tawari untuk di antar pulang, tapi Aruna menolaknya.“Semoga hidupku berjalan baik ke depannya dan di pertemukan dengan orang-orang baik. Perlahan harus melupakan tentang Valda! ya harus ...” Aruna berdoa.Karena tidak perlu mencari kerja lagi, ia memutuskan untuk kembali pulang ke rumah dengan menaiki taxi online yang di pesannya.
Valda menghentikan mobilnya di tengah perjalanan. Memendamkan wajahnya pada setir mobil. Menyesali kenapa terlambat mencari Aruna?“Aruna pergi kemana? Aku harus mencarinya kemana lagi?” pikirnya.Setelah terdiam beberapa saat, Valda kembali melajukan mobilnya. Sepertinya ia sudah tahu akan pergi kemana.Ia pergi ke rumah kedua, menemui pelayan yang menjaga rumah itu dan bertanya apakah Aruna datang ke rumah itu atau tidak. Ternyata pelayan mengatakan kalau Aruna tidak ada datang.Valda kembali melajukan mobilnya menuju ke makam orang tua Aruna. Ia sedikit bernafas lega, melihat kelopak bunga di atas makam. Memegangnya dan kelopak bunga itu baru.“Sepertinya Aruna baru saja dari sini.” Melihat sekitar berharap Aruna masih ada disana.“Hmmm ... Aruna sudah pergi!”Saat hendak berlalu pergi, Valda menghentikan langkahnya. Ia berjongkok diantara nisan kedua orang tua Aruna.“Maafkan aku ... aku tidak bisa menjaga Aruna dengan baik dan malah membi
Sampai di rumah dengan cepat, ia mencari keberadaan Aruna. Pergi ke kamar dan tidak mendapati keberadaan Aruna. Mencoba menghubungi beberapa kali, tapi nihil masih tetap tidak bisa di hubungi. Saat akan keluar dari kamar, matanya terhenti pada meja samping tempat tidur. Ia menemukan catatan yang Aruna tinggalkan. Sebelum membacanya, ia melihat sebuah cek dan uang tunai. “Cek satu milyar dan uang. Apa ini?” gumamnya. Membaca catatan yang Aruna tulis itu. “Valda, mungkin saat kau membaca ini aku sudah pergi. Maafkan aku telah membuat Delova menderita. Ini semua salahku membuatmu marah pada Delova. Mungkin memang lebih baik aku pergi, aku tidak ingin menjadi penyebab kau bertengkar dengan Delova. Satu hal yang harus kau tahu kalau antara aku dan Delova tidak ada hubungan apa-apa. Aku menganggapnya hanya sebagai kakak yang baik padaku. Kau jangan salah paham dan marah pada Delova, dia tidak salah. Untuk cek dan uang ini, aku tidak bisa menerimanya. Tolong sampaikan pad
Aruna bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan mendekati ruangan rawat Delova. Menatapnya dari kaca pada pintu. Melihat kalau Delova sudah bangun dengan keadaannya yang memprihatinkan, kepala, tangan dan kaki terbalut perban.“Hmmm syukurlah kau baik-baik saja, ini semua gara-gara aku!” lirih Aruna bergumam.“Hmm ....”Suara seseorang di belakang Aruna yang tidak asing. Aruna membalikkan badannya melihat kepada orang itu.“Papa ....”“Apa kau bisa ikut papa pulang ke rumah?” tanya Chand.Aruna melirik semua orang di dalam ruangan.“Delova baik-baik saja dan sudah ada yang menjaganya!” cetus Chand.Aruna berganti melirik Chand dan tersenyum getir. Ia mengangguk setuju untuk ikut pulang, perasaan tidak enak menggelayut di hatinya.Di perjalanan pulang, tidak ada obrolan di dalam mobil. Hening ....Sampai di rumah, sebelum turun dari mobil Chand berkata padanya. “Temui papa di ruangan kerja papa!”Ia turun lebih dulu dan Aruna t
“Semuanya, mohon maaf. Jangan membuat keributan, itu akan mengganggu pasien! Saat ini pasien membutuhkan banyak darah. Siapa diantara kalian yang memiliki golongan darah AB negatif?” ujar dokter. “AB negatif?” gumam Chand. “Itu cukup langka dan kami di rumah sakit kehabisan stok. Kami baru menghubungi bank darah pusat dan itu butuh waktu lama,” jelas Dokter. Defria terkulai lemas terduduk di kursi. Ia menangis tersedu. “Dokter, aku dan istriku memiliki golongan darah yang berbeda. Ba–bagaimana?” cetus Chand. “Kalau bisa cari saudara atau kerabat dekat, biasanya akan ada yang sama. Tolong secepatnya sebelum darah dari bank pusat tersedia,” ucap dokter lalu melengos pergi. Chand tertegun sejenak. Ia berpikir harus mencari darah kemana? “Ma, darahku juga tidak sama. Siapa yang bisa kita hubungi?” tanya Valda seraya menenangkan Defria. Ia merasa bersalah dengan apa yang telah di lakukan. Penyesalan tidak ada gu
Setelah beberapa saat menunggu, Valda kembali ke rumah sakit. Ia akan mengantarkan Aruna kembali ke apartemen, tapi Defria menahannya dan mengatakan kalau Chand ingin bicara penting.“Delova, tolong antarkan Aruna kembali ke apartemen. Setelah selesai bicara dengan papa, aku akan menyusul kalian.” Valda bicara pada Delova.“Baiklah, tidak perlu khawatir!” Delova setuju.“Aruna, pulanglah dulu dengan Delova. Aku masih harus ada yang di bicarakan,” ujar Valda pada Aruna kemudian mengecup keningnya.Aruna mengangguk dan bangkit dari duduknya kemudian berlalu pergi dengan Delova.Valda masuk ke ruangan Chand dan mereka bicara.“Papa minta kau bisa segera ceraikan Aruna, dengan begitu papa akan kembali mencari teman papa dan kau menikah dengan jodoh yang seharusnya, papa sudah pikirkan ini!” tutur Chand.Valda terlihat begitu kecewa, ia bangkit dari duduknya dan menentang apa yang Chand katakan.“Aku mencintai Aruna dan tidak akan pernah berpisah d