Share

Bab 3

Sampai titik ini, penjelasan sudah tidak ada gunanya lagi.

Aku mengangguk pelan.

“Terserah kalian mau berpikir apa. Kalian pasti kecewa melihat aku masih hidup, ‘kan?”

“Tapi nggak masalah … ”

Aku menatap mata Lukas yang tetap tenang tanpa gelombang.

“Lukas, kita cerai saja.”

“Aku akan membebaskanmu, biar kamu bisa mengejar cinta sejatimu.”

Aku lalu beralih menatap Kendrik.

“Dan kamu juga, seperti yang kamu inginkan, aku nggak akan menjadi ibumu lagi.”

Melihat wajah mereka yang terkejut, aku tersenyum pelan.

Betapa leganya, akhirnya kita semua terbebas.

Aku berbalik ingin pergi, tetapi Lukas meraih pergelangan tanganku.

Suaranya sedikit bergetar.

“Erni, apa maksudmu? Hanya karena aku menyelamatkan Lisa dulu, kamu mau menceraikanku?”

“Kamu bahkan nggak terluka, kamu juga nggak benar-benar hamil. Aku belum sempat menyalahkanmu, malah kamu yang meminta cerai denganku? Haruskah begitu?”

Aku malas berdebat, hanya diam dan berusaha melepaskan diri.

Namun cengkeramannya semakin erat, hingga pergelangan tanganku mulai memerah.

Mata Charles yang diam-diam berdiri di samping justru memerah karena marah.

Dia menarik tangan Lukas dengan paksa, lalu berdiri di depanku, melindungiku, sambil berteriak marah,

“Jangan sentuh ibuku! Ibu baru saja menjalani operasi! Dia masih sangat lemah, kamu sudah menyakitinya!”

Aku hampir tertawa melihatnya seperti anak harimau kecil, menatap Lukas dengan penuh kewaspadaan, bersikeras melindungiku dengan kekuatannya.

Sayangnya, dia terlalu kecil, jadi saat Kendrik menyerang, dia langsung terjatuh ke lantai.

Kendrik mengangkat tinjunya dan memukul Charles.

“Kamu bohong! Dia itu ibuku, bukan ibumu!”

Charles tidak mampu melawan, hanya memeluk kepalanya dan mencoba menghindar, tetapi tetap tidak mau menyerah.

“Sekarang dia bukan lagi ibumu. Ibu bilang kamu nggak menginginkannya lagi, kamu meninggalkannya dalam kebakaran. Kamu mau dia mati!”

“Dia bilang aku yang menyelamatkannya dan mulai sekarang, dia hanya akan menjadi ibuku!”

Kendrik terdiam sejenak, matanya mulai memerah.

Namun, ketika melihat kalung liontin gembok perak di leher Charles, amarahnya kembali muncul.

Dia menarik kalung itu dan mencengkeramnya dengan erat.

Wajah kecilnya memerah karena marah.

“Itu kalung ibuku, kenapa kamu yang memakainya!”

Kendrik tiba-tiba mendongak, menatapku dengan tatapan memohon.

“Ibu, bukankah ibu bilang itu untukku? Kenapa ibu berikan ke dia?!”

Aku tersenyum kecil dan menariknya berdiri.

Bukan untuk memeluknya, tapi dengan lembut mendorongnya menjauh.

Aku meraih Charles, membersihkan debu yang menempel di bajunya.

Lalu aku memeluknya dan sekaligus mengambil kalung yang dipegang Kendrik.

Aku mengingatkannya dengan tenang,

“Kamu juga punya kalung yang sama, tapi kamu bilang itu jelek dan membuangnya ke tempat sampah.”

Tahun lalu saat ulang tahunnya, aku menghabiskan setengah bulan belajar membuat dua liontin gembok yang sama persis, sampai tanganku berdarah karena terus mengetuk logamnya.

Aku memberikan kalung yang paling sempurna untuk Kendrik dan mengenakan yang satunya untukku sendiri.

Namun, dia bahkan tidak mau melihatnya dan langsung membuangnya.

Sebaliknya, dia dengan gembira memeluk lego baru yang diberikan Lisa dan menatapku dengan wajah penuh kebencian.

“Ibu, jangan pernah kasih barang murahan lagi padaku.”

Hatiku hancur melihat kalung itu tergeletak di tempat sampah.

Namun, aku hanya bisa tersenyum canggung dan mengangguk setuju.

Sekarang, dia malah ingin merebut kalung milik Charles.

Melihat aku tidak membantunya, air matanya mulai mengalir karena merasa kecewa.

“Ibu, aku mau kalung itu, bisakah … “

“Kalau kamu suka, minta ayahmu belikan satu untukmu.”

Jawabku dengan tenang memotong ucapannya. Lalu aku menggenggam tangan Charles dan bersiap pergi.

Namun saat aku menoleh, aku bertemu dengan tatapan Lukas yang berkaca-kaca.

“Erni, anak itu bilang kamu baru saja menjalani operasi?”

“Operasi apa?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status