Wajah Bu Layla memerah mendengar apa yang dikatakan Gio. Si miskin yang dikiranya bodoh malah melawan dirinya.Dirinya kira si Gio tidak bisa berargumentasi dan tentu saja akan terus-terusan menurut, tetapi sayangnya lelaki itu bisa melawan."Halah sudahlah kalian jangan bertengkar. Saya mau Zea yang menjadi istri ke empat saya!" Juragan teh sudah tidak mau lagi melihat drama seperti itu. Maka ia langsung saja mengatakan hal tersebut, buang-buang waktunya saja."Heh tua Bangka! Sudah tua jangan mikir nikah saja, memang mereka berhutang berapa sampai Anda mau mengambil istri saya?" Geo sudah benar-benar merasa begitu sangat murka melihat wajah juragan teh saja sudah benar-benar tua bengkak, tetapi kelakuannya seperti seorang pujangga saja.Zea ketakutan melihat beberapa preman yang di bawa juragan teh, tapi dirinya pun malah fokus dengan sang suami. Cara marah dan bicara seperti itu malah membuatnya seperti bukan suaminya tapi malah mirip dengan bos besarnya. "Astaga." Zea kembali m
Setelahh mendapat uang, juragan teh pun tersenyum semringah.Walaupun Zea tidak menjadi istrinya setidaknya uangnya itu bisa kembali lagi. Dan kekayaannya pun akan bertambah-tambah lagi. Ia kira pemuda buruk rupa itu hanya omong kosong belaka, ternyata Gio menempati ucapannya. Alan tidak bodoh, dia pun meminta untuk Gio memotret dirinya dengan juragan teh."Dan satu lagi saya membuat sebuah surat perjanjian, mengenai hutang piutang ini semuanya sudah lunas dan jika di kemudian hari pak Rangga masih mengganggu Zea maka saya tidak akan segan-segan membawa kasus ini ke ranah hukum."Sesuai instruksi yang memang telah diberikan oleh Gio sebelumnya, Alan melakukan dengan begitu sangat baik. Memotret dan juga sebuah surat perjanjian itu adalah bagian rencana yang dibuat oleh Gio karena. Lelaki itu tidak mau jika sampai istrinya diganggu oleh juragan teh terus-terusan. "Ya ya baiklah." Juragan teh itu juga terlihat begitu sangat kesal, di sini dirinya seperti tidak memiliki harga diri kare
Mereka semua sudah masuk ke kamar masing-masing setelah semuanya berakhir.Suasana yang benar benar kacau, semuanya diam dan hanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Termaksuk Bu Layla dan Pak Mansyur. Keduanya sudah berada di dalam kamar.Pak Mansyur masih bungkam seribu bahasa. Ia sangat kesal sekali dengan apa yang dilakukan oleh istrinya. Tak habis pikir selama ini ternyata istrinya berhutang cukup banyak sekali di belakangnya. Padahal ia sudah sangat mempercayai Bu Layla. Melihat hal itu sangat istri pun mencoba mencairkan suasana. "Pa, kenapa papa diam saja?" tanya Bu Layla.Wanita itu sedikit takut, karena selama menikah dengannya tak pernah mendapat tatapan seperti itu. Tapi, hari ini malah membuatnya takut. Pak Mansyur selalu mengikuti apa yang diinginkan olehnya. Namun, kali ini sang suami sangat berbeda dari biasanya. Dirinya sangat yakin dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu adalah sebuah bentuk kemarahan atas apa yang sudah dilakukannya.Namun ia juga tidak ma
Tidak mungkin jika memang benar-benar tak ada sesuatu yang disembunyikan oleh sang suami. Bahkan, dengan mudah mengeluarkan uang 1 M. Bos besar itu, bahkan seperti Gior bosnya di kantor pun akan berpikir untuk mengeluarkan pembiayaan itu. "Kenapa hanya diam?" tanya Gio. Gio heran dengan sikap Zea yang berubah pendiam."Tidak, aku mau tidur Mas. Aku lelah," ujar Zea. Zea pun menarik selimut dan langsung memejamkan mata. Dirinya ingin meyakinkan saja jika tak ada kebohongan di antara dirinya dan sang suami. Namun, tetap saja dalam mata terpejam dia bisa merasakan hawa saat bersama dengan pak Gior. Gio memandang tubuh sang istri yang sudah sejak tadi memunggunginya. Tidak menyangka jika Zea bukannya senang malah terlihat murung. Apa yang sedang dia pikirkan. Ponsel jadulnya berbunyi, Gio melihat panggilan masuk dari Alan. Dia berpikir jika Zea sudah terlelap. Dia pun menerima panggilan itu tanpa curiga."Ada apa Lan?" "Kamu sudah temukan otak dari penggelapan gedung baru itu. Bisa t
"Mau sarapan apa?" tanya Gio.Seperti biasa sikapnya begitu sangat hangat, ia ingin menjadi seorang suami idaman untuk istrinya. Apalagi dia sangat mengetahui bagaimana perlakuan keluarga dari Zea, mereka semua adalah orang-orang toxic yang selalu saja membuatnya merasa emosi."Aku sudah tidak lapar, mau pergi saja langsung ke kantor." Zea memilih untuk menjawab dengan begitu sangat singkat dan juga padat."Yakin kamu tidak sarapan dulu?" Gio kembali lagi bertanya kepada sang istri. Tidak seperti biasanya Zea menolak ajakannya untuk sarapan.Gio bingung kenapa dengan istrinya, tidak biasanya Zea terlihat acuh dan mengabaikannya. Lalu, menolak apa yang ditawarkannya. Sebenarnya apa yang terjadi kepada sang istri, ini bukanlah sikap yang biasanya diperlihatkan Zea, Apakah ia membuat kesalahan sampai-sampai Zea mengacuhkannya seperti ini. Gio benar-benar merasa begitu sangat kesal, ia bingung kesalahan apa yang sudah dirinya perbuat."Aku sudah terlambat, aku tidak mau mencari masalah. N
"Pak Gior," ujar Zea. Tatapan itu, jika awalnya Zea sangat takut menatap sang bos, kini dia memberanikan dirinya untuk lebih lama melihat pria tampan itu. "Kenapa kamu lihat-lihat saya? Kamu naksir saya?" Gior bertanya agar Zea berhenti memandangnya. Zea mengerjakan mata, kalimat itu berhasil menyadarkan dirinya. Lalu mengembuskan napas panjang. Lift terbuka dan Zea buru-buru masuk ke dalam, dan sama halnya dengan Gior yang memang menggunakan lift bersama karna sejak awal memang tak ingin ada perbedaan. Zea melangkah cepat saat lift terbuka, Gio yang sejak tadi heran melihat sikap Zea pun hanya bisa bertanya-tanya dalam hati. Saat melewati meja Zea, Gior menaruh kotak makan. "Buat kamu, awas ga di makan." Tanpa menunggu jawaban dari Zea, Gio pun melangkah ke ruangannya. Namun, sebelum masuk dia di sambut oleh wanita cantik berpakaian sexy. Zea memperhatikannya, seperti ada hawa panas menyelimuti dirinya saat wanita itu tiba-tiba ingin memeluk Gior dan Zea merasa lega saat Gior
"Pa, mana mungkin Zea menemani Pak Gior. Sedangkan, semua bahan sudah saya siapkan. Lagi pula --" Gior mengangkat telapak tangannya agar Aleta berhenti bicara.Masih dengan kebingungannya tapi Zea tak peduli dengan Aleta. Zea terus memandang Farhat yang kebingungan dengan keputusan dari Pak Gior. Aleta masih saja protes, tapi Gior bisa membuat dia bungkam dengan mengancam pemotongan gaji atau dengan pemberhentian dadakan. "Ayo, Zea. Kamu sedang apa di sini?" tanya Gior. "Tunggu Pak, ada yang mau saya bicarakan dengan mantan kekasih saya." Zea menghampiri Farhat."Kamu tahu, aku bersyukur karena kamu memutuskan untuk menikah dengan Dara karena saat ini aku bebas bisa menikah dengan siapa pun dan jika aku mau, Pak Gior pun bisa aku rebut hatinya dengan cara sama seperti Dara." Seulas senyum terlempar dari bibir Zea.Mungkin dia dulu sangat takut jika Farhat telah meninggalkannya. Namun, saat ini tidak. Bahkan, kini dia bisa memanfaatkan semuanya. Membalas dendam dengan cara memprofok
"Ada apa ini?" tanya Pak Mansyur. Besannya datang ke perusahaannya karena ucapan Farhat yang mengatakan jika Zea sekarang menjadi wanita murahan. Karena Zea, kontrak perusahaan ayah Farhat harus batal bekerja sama dengan perusahaan Pak Gior. "Anak kamu, Zea sudah membuat kami kehilangan kontrak dengan Pak Gior. Kenapa dia bisa melakukan hal yang sangat menjijikan. Sudah memiliki suami, masih mendekati bosnya," ujar Pak Abdullah. Pak Mansyur tidak paham dengan apa yang di maksud besannya. Apa yang di lakukan Zea, dia hanya tahu sang anak memang bekerja di perusahaan Gior dan itu tahu dari Sella. Namun, tidak mungkin jika bawahan bisa membuat Pak Gior membatalkan semua kontrak Pka Abdullah."Tidak mungkin Zea seperti itu? Zea punya suami, mana mungkin dia bersama dengan Pak Gior." Pak Mansyur sedikit berpikir, nama Gio menantunya dengan Gior atasan Zea hampir sama. Namun dia menggeleng, tidak mungkin dia orang yang sama. Akan tetapi, keanehan uang 1 M yang dibayarkan oleh Gio kala i