Membawa sebuket bunga, Isabelle berajalan menuju makam Stephani. Dari kejauhan dia bisa melihat David berdiri menggunakan payung, sendirian di bawah terik matahari yang panas. Ketika dia sudah sangat dekat, David menoleh, membuka kaca mata Chanel hitamnya lalu berseru, “Belle, kamu di sini?”Isabelle mengangguk, meletakkan buket bunga di makam Stephani dan mengusap batu nisannya. Dia berdiri, menatap David dengan wajah simpati dan melihat mata pria itu sedikit bengkak. Dia pasti habis menangis lagi, batin Isabelle.“Aku pikir kamu sudah lupa.”David mengajak Isabelle duduk beristirahat pada sebuah pondok kecil yang memang disediakan untuk keluarga pengunjung makam. Isabelle membuka kaca matanya, menyelipkannya ke kerah bajunya lalu duduk. Angin sepoi menerbangkan rambutnya yang berantakan dan tiba-tiba dia teringat dengan berkas yang baru saja dibacanya.“Kamu ke sini bukan untuk bertemu Stephani, bukan?” tebak David.Gadis itu menatap David, satu-satunya pria yang dipercayainya setel
Isabelle duduk dengan tegak di sisi tempat tidurnya. Walau menunggu sampai larut malam, atau hingga pagi menjelang, Isabelle akan melakukannya. Dia perlu bertanya pada Tristan kenapa dia mengambil tas milik Tony.Dan begitu jarum jam menunjukkan angka sebelas malam, Tristan akhirnya pulang. Isabelle langsung berdiri. Dengan tatapan intens dan ekpresi mengintimidasi, dia mendekati Tristan.“Kamu dari mana?”Tristan meliriknya, dia mengernyit. “Apakah kamu lupa tentang...”“Tidak!” tegas Isabelle. “Aku tidak lupa pada perjanjian kita yang mengatakan aku tidak boleh mencampuri urusanmu.”“Lalu, kenapa menanyakan aku dari mana?”“Kalau begitu biar ku ganti pertanyaannya. Dimana tas ayahku?”Tristan mengangkat alis, lalu menggeleng. “Apa yang kamu bicarakan?”“Kamu sungguh tidak tahu apa yang ku bicarakan?” Isabelle menatapnya tajam. “Tas ayahku. Tas kulit berwarna hitam yang ada bordiran namaku dan Tony di dalam. Hanya kamu yang kembali ke kamar, Tristan. Tak ada yang lain!”“Aku tidak pa
“Kenapa kamu kemari?”David terkejut saat mendapati Isabelle sudah berada di ruangannya. Ketika Betty Lincoln, sekretarisnya mengatakan ada tamu dalam ruangannya, David bertanya-tanya siapa dia. Dan ternyata Isabelle.“Aku ingin mulai mempelajari perusahaan. Kamu punya sesuatu yang bisa ku lihat-lihat?”“Kenapa tidak minta dari kantor pusat?” David balik bertanya. “Atau kamu mau aku meminta mereka menyerahkannya padamu?”“Apa tidak bisa dari kantormu saja?”David tertawa. Dia duduk di samping Isabelle lalu menuang segelas teh. “Tentu saja boleh, Belle. Tapi masalahnya, ada perbedaan yang besar antara kantor cabang yang ku kelola sekarang dengan kantor pusat. Kamu tahu, inti dari Revive Orion adalah kantor pusat. Bahkan aku masih harus mengirim semua laporanku ke sana. Jadi, lebih baik kamu pelajari apa yang ada di kantor pusat alih-alih data di sini. Jika kamu butuh bantuan, aku akan membantumu.”Dua jam kemudian Isabelle sudah ada di kantor pusat. Dia menemui beberapa manager tiap di
“Awal tahun, kekacauan terjadi di pabrik utama. Kebocoran gas beracun dari tabungnya menyebabkan sembilan ilmuwan meninggal, dan kita harus memberi kompensasi pada keluarga korban, juga untuk menutup mulut para pejabat pemerintah.”Jantung Isabelle berdegup makin cepat. “Lalu?”“Tiga bulan setelah kejadian itu, salah satu pabrik di cabang perusahaan melakukan kesalahan, yaitu mengedarkan obat penghilang rasa sakit yang belum lulus uji. Alhasil obat-obat yang sudah didistribusikan ke beberapa rumah sakit justru membuat beberapa pasien mengalami kejang-kejang setelah disuntikkan cairan itu. Setelah diselidiki, penyebabnya adalah obat-obatan kita. Perusahaan menarik seluruh produknya, tapi sayang, korban kejang itu malah meregang nyawa dalam hitungan dua puluh empat jam. Rumah sakit tidak mau disalahkan atas kejadian ini dan lagi-lagi kita harus mengeluarkan kompensasi untuk korban dan juga rumah sakit.”“Kenapa ada kejadian dalam waktu berdekatan seperti itu?” Isabelle kaget. “Apakah ti
Tatapan Isabelle pada Tristan sangat berbeda. Kedua bola mata itu dipenuhi cinta dan harapan, dan David tahu kalau Isabelle sebenarnya sangat menyukai Tristan. Kalau dia memberitahu apa yang dia dengar, maka Isabelle akan terpukul. Sakit karena kehilangan Tony saja masih membekas di hatinya. David tidak tega kalau harus menambah masalah lagi.Ketiganya kembali membahas soal keuangan perusahaan. David berusaha mengalihkan perhatiannya dari Tristan, berusaha untuk membuat dirinya berhenti mencurigai pria yang kini menjadi adik iparnya itu. Dan lain hal nya dengan Tristan, dia malah sedang sibuk mempertimbangkan saran Judy. Apakah dirinya harus membuat Isabelle jatuh cinta padanya agar wanita itu tidak menaruh curiga?“Tuan Tristan, pesanan makanan untuk Anda!”Suara sekretaris terdengar dari balik pintu. Tristan buru-buru membuka dan menerima beberapa bungkus makanan dan minuman yang dipesannya dari restoran cepat saji. Setelah meletakannya di atas meja, Tristan memanggil Isabelle dan D
Tapi keterangan dokter berbanding terbalik dengan hasil uji laboratorium pada minuman yang sisa di ruangan kerja Tony. Hasil tes laboratorium menunjukkan kalau tidak ada kandungan obat apa pun dalam minuman kola yang dipesan oleh Tristan. Manager restoran cepat saji yang turun langsung setelah mendengar isu tersebut juga mengklaim kalau produk mereka mustahil mengandung obat bius.Hal itu membuat Tristan dan David marah besar. Jelas-jelas mereka mencium bau obat dalam kola itu, tapi kenapa tiba-tiba hasil laboratorium menunjukkan kalau tidak ada kandungan obat di dalamnya? Apa yang sebenarnya terjadi?“Ada yang mengganti kola itu. Aku yakin,” gumam David, ketika mereka duduk berdua di depan kamar rawat Isabelle.Tristan pun mengangguk membenarkan. “Ya,” erangnya pelan. “Seseorang menargetkan Isabelle. Ada orang yang tidak suka Isabelle naik menggantikan Tony.”“Kamu juga berpendapat seperti itu?” David terperangah.Tristan mengangguk, namun tatapan itu mengandung makna lain yang hanya
Begitu Tristan melepas bibirnya, Isabelle masih menatap pria itu dengan tatapan tak percaya. Apa yang terjadi sekarang? Apakah Tristan sungguh jatuh hati padaku? Tapi, bukankah ini terlalu cepat? Haruskah aku bahagia atau justru curiga?“Sepertinya kita harus membahas lagi dari awal tentang pernikahan ini,” bisik Tristan.“Maksudmu?”“Aku ingin tahu semua tentang mu, Belle. Aku ingin ikut campur dalam masalahmu dan membantumu menyelesaikannya. Aku ingin tahu makanan kesukaanmu, warna kesukaanmu, buku favoritmu. Aku ingin mengetahui duniamu. Bolehkah aku melakukannya?”Isabelle luluh hanya dalam hitungan detik. Dia nyaris berteriak di sana, seandainya akal sehatnya luruh semua. Untung saja Isabelle bisa menahan diri untuk tidak langsung melempar dirinya ke dalam pelukan Tristan.“Kamu yakin?”Tristan mengangguk. “Ayo mulai lagi dari awal, oke?”Isabelle tersenyum, menganggukkan kepalanya cepat-cepat. Itu jauh lebih baik. Keberadaan Tristan membuatnya mendapatkan kekuatan baru yang mena
Satu masalah berhasil disingkirkannya untuk sementara waktu. Ketika ketiga pria itu pergi meninggalkan ruang rapat, Billy langsung menggebrak meja. “Apa-apaan kamu, Belle?” pekiknya. “Apa yang akan dikeluarkan perusahaan, hah?”Julia berdiri, mengusap punggung Billy untuk menenangkannya tapi pria itu langsung menepisnya kasar. Isabelle mengernyit, melihat jelas sebuah ketakutan di wajah Julia. Isabelle tersenyum, dia memutar kursinya dan bertanya, “Kamu ingin tahu karena masalah hutang perusahaan atau tujuan lain?”“Kamu?” Billy memekik, namun mengurungkan niatnya untuk kembali bicara. “Kamu mencurigaiku?”“Haruskah aku mencurigaimu?” Isabelle balik bertanya.Suasana rapat menjadi tegang. Kemarahan, rasa penasaran, pengkhianatan, semua terkumpul di sana. Seseorang dalam ruangan itu berkata dalam hati, Oh gadis sialan. Harusnya aku melenyapkanmu juga. Kamu menghalangi langkahku.“Belle, Billy tidak berniat seperti itu. Dia hanya...”“Aku tidak akan memaafkan siapa pun yang berkhianat p
Ben menggosok matanya saat melihat nominal biaya pengobatan yang harus dikeluarkannya untuk Sora. Sora membutuhkan setidaknya dua jenis operasi untuk mneyelamatkan nyawanya dan Ben memang berniat untuk bertanggung jawab.Dia hanya tidak menyangka kalau ternyata biayanya akan sebanyak ini.Pria itu menyerahkan kartu kreditnya. Entah bagaimana caranya untuk membayar tagihan kartunya bulan depan, namun dia akan berusaha. Saat ini, menyelamatkan nyawa Sora jauh lebih penting. Dia masih bisa mencari pekerjaan lain di luar sana sementara Sora mungkin hanya memiliki kesempatan hidup kali ini saja.Dia menghela nafasnya dalam-dalam. Kepalanya berdenyut sakit. Dia berkendaraan untuk mencari sedikit celah untuk kasus minyak esensial yang merenggut nyawa istri dan anak dalam rahim istrinya. Dia tidak bisa mengandalkan orang-orang itu lagi walau mereka berjanji akan menegakkan keadilan untuknya.Nyatanya, setelah Revive Orion dinyatakan tidak bersalah, kasus itu langsung tenggelam. Tak ada stasiu
Judy membereskan barang-barang terakhirnya saat dia mendengar sebuah bunyi mencurigakan di luar apartemen. Dia seperti mendengar derap langkah dengan tempo tak biasa, seperti orang-orang yang tengah mengerubuti bangunan itu.Setelah Tristan memberitahunya soal kemungkinan persembunyiannya diketahui, Judy segera meminta orang-orangnya untuk memindahkan sejumlah komputer dan juga beberapa kardus berkas terlebih dahulu. Dan setelah barang-barang utama itu dipastikan selamat oleh Judy, baru dia menyusul.Namun siapa yang menyangka kalau ternyata langkahnya akan terlambat beberapa menit. Orang-orang ini sudah mengepung apartemen tempatnya dan Tristan melakukan pertemuan, Judy bisa melihat bayangan mereka dari celah bagian bawah pintu.Wanita itu mengambil pistolnya, menyematkannya ke belakang tubuh. Judy membuka jendela, menyelempangkan ranselnya dan segera turun melalui tingkap yang sedikit menjorok. Dia menempel tubuhnya ke dinding, menggeser kakinya selangkah demi selangkah hingga dia t
“Gagal!” kata Tristan lewat ponselnya.Dia mengurut keningnya pelan. Dia menghembuskan asap rokok ke udara saat dia berada dalam ruangan khusus untuk perokok. Jepang memang kota yang unik dan tegas. Jika di Amerika dia bisa merokok kapan saja dan dimana saja, di negara ini berbeda.Isabelle menunggu di luar. Gadis itu terlihat sedih karena kematian Tetsuka. Saat mengetahui kalau yang dibawa polisi adalah mayat Tetsuka, Isabelle menangis tak karu-karuan. Apalagi ketika istri Tetsuka meraung sambil meneriakkan nama puteri mereka, tangisan Isabelle makin tak terkendali.Bulan madu ini membawa bencana, pasti begitu pikir Isabelle.Tristan menunggu sampai akhirnya Judy bicara, lebih tepatnya meneriakinya. “Apa yang kamu lakukan selama di sana? Bukankah kamu bilang tujuanmu untuk mencaritahu rahasia Tony? Atau, kamu malah terlalu fokus menghabiskan waktumu dengan Isabelle?”“Judy, apakah kamu tahu bukan itu masalahnya?”“Lalu apa?” teriak Judy lagi.“Seseorang mengikuti kita, mengerti!” Tri
Mereka menghabiskan waktu mengunjungi beberapa tempat di Jepang. Seumur hidup, ini adalah perjalanan yang paling mengesankan bagi Isabelle. Bagaimana tidak, dia hanya membawa pakaian yang melekat dalam badannya, dan ketika mereka tiba, ternyata di dalam kamar hotel sudah tersedia setidaknya empat pasang gaun Yves Saint Laurent di atas tempat tidur.Ternyata, Tristan benar-benar sangat mempersiapkan bulan madu mereka. Hal itu membuat Isabelle merasa sangat dicintai oleh pria itu. Dia tidak akan melupakan hal ini seumur hidupnya.Keduanya berjalan menyusuri Shibuya, berpapasan dengan banyak pengunjung lainnya seperti mereka. Shibuya adalah kota yang hidup selama dua puluh empat jam. Banyak toko-toko branded di sini, salah satunya adalah toko Revive Orion yang dikunjungi oleh keduanya dengan sengaja.“Halo, Tuan Tristan. Senang melihat Anda kembali,” sapa sang manager, Shiba Tetsuka.Pria berusia lima puluhan itu membungkukkan tubuh pada Tristan dan Isabelle, dan keduanya melakukan hal y
“Aku ingin tahu apa yang paling kamu sukai.”Isabelle nyaris tertawa mendengar pertanyaan Tristan. Dia sedang santai di rumah sambil memandang matahari sore yang hendak turun sementara suaminya itu sedang melakukan kunjungan ke salah satu cabang perusahaan bersama David.“Kamu!” sahut Isabelle santai.“Aku tak perlu bertanya soal itu.” Tristan menyahut dengan percaya diri. “Aku tahu kamu sangat menyukaiku.”“Lalu apa?” Isabelle balik bertanya.“Brand fashion kesukaanmu, atau makanan. Apa pun. Pernikahan kita hampir dua bulan tapi aku ingat kalau aku belum pernah bertanya soal ini.”Isabelle menahan diri untuk berteriak karena terlalu senang. Gadis itu berdehem pelan, menyandarkan tubuhnya di sisi balkon rumah sambil tersenyum. Dia sangat mencintai Tristan. Demi apa pun, Isabelle sangat bergantung pada pria itu sekarang.“Well, aku tidak punya brand tertentu dalam hal fashion,” sahutnya. “Aku membeli merk apa pun kalau aku menyukai produknya. Jadi, aku tidak memiliki preferensi tertent
“Kamu ingin aku melakukan apa?” tanya Summer Vinch, gadis berusia 25 tahun, seorang hacker kenamaan yang identitasnya tersembunyi.Namun detektif Don menemukan dia ketika gadis itu membutuhkan bantuan lima tahun yang lalu. Dan sejak itu, keduanya dekat seperti seorang ayah dan puterinya. Summer meludahkan sisa permen karetnya, lalu menatap detektif Don lagi.“Kamu yakin?” Gadis itu mengangkat alis.“Aku tahu ini ilegal. Tapi, aku harus melakukannya.”Summer menimbang-nimbang. Baginya, ini pekerjaan yang mudah. Ketika jemarinya menari diantara huruf dan angka di keyboard komputernya, dia tidak akan kesulitan menemukan dunia lain di dalam layar itu. Semua yang tersembunyi dalam dunia nyata akan tersingkap. Semuanya, bahkan rahasia yang terburuk sekalipun.“Well, baiklah.” Summer memutar kursi menghadap ke layar komputer. “Apa yang ingin kamu ketahui?”“Semuanya. Tentang Billy Spark, Tristan Theodore, David Castel dan juga Julia Hawthorne. Aku ingin kamu menemukan semua sisi kehidupan te
Isabelle menyandarkan tubuhnya di pundak Tristan setelah seharian penuh disibukkan oleh Mellany. Dia menatap Tristan yang sibuk memeriksa sesuatu di laptop lalu dia menegakkan tubuh lagi. “Apa yang kamu lakukan?”“David memintaku untuk memeriksa beberapa cabang yang bermasalah dan aku meminta data dari mereka,” sahut Tristan tanpa menoleh. “Aku sedang melihat masalah apa yang mereka hadapi sebenarnya.”“Kamu sudah bisa menyimpulkannya?”Tristan terlihat menghela nafas, lalu menatap Isabelle. “Ada banyak eselon tinggi yang melakukan perintah tak manusiawi. Mereka banyak memeras Revive Orion dan juga staff yang bekerja di bawah mereka.”“Separah itu?”“Tenang saja.” Tristan menutup laptop dan menepuk pundak telapak tangan Isabelle. “Mereka tidak akan bisa menjatuhkan Revive Orion.”“Aku harap begitu,” gumam Isabelle lagi. “Omong-omong, sepupuku baru kembali dari Prancis. Dia bilang, dia ingin bertemu denganmu.”“Maksudmu Mellany?”Isabelle cukup terkejut karena ternyata Tristan mengenal
Taksi berhenti di wilayah Midtown West dan Ben langsung turun usai membayar ongkos taksi. Mellany menurunkan kopernya dengan susah payah dan menyusul Ben yang sudah berjalan cepat meninggalkannya.“Hei, tunggu aku!” teriak Mellany.Ben menoleh. Dia mengernyit melihat kelakuan Mellany yang membuatnya muak dan tidak tertarik sama sekali. “Apa yang sebenarnya kamu butuhkan?” tanya Ben dingin.“Sudah ku bilang aku tidak punya uang, jadi aku...”Mellany terjekut saat Ben melempar beberapa lembar dollar ke arahnya. Gadis itu membiarkan uang berserakan di jalan dengan wajah yang ditekuk. “Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Kenapa tidak boleh?” katanya pelan.“Nona. Aku baru kehilangan anak dan istriku, jadi aku tidak memiliki tenaga untuk meladeni permainanmu. Jika kamu tidak punya uang, aku sudah memberikannya. Silahkan tinggalkan aku.”Mellany mematung. Dia sudah menikah dan ternyata baru saja kehilangan anak dan istrinya? Itu sebabnya dia terlihat sangat menderita? Mellany menatap Ben l
Mellany Blaire berjalan sambil bersungut-sungut. Digeretnya koper besarnya keluar dari restoran cepat saji karena staff di sana memarahinya. Bagaimana tidak, semua kartunya ditolak dan dia sama sekali tidak memiliki uang cash.Gadis itu menggerutu, menaungi wajahnya dari sengatan panas matahari. Sang ayah memintanya kembali pulang ke New York karena ingin menikahkan Mellany dengan salah satu pria, anak sahabatnya. Padahal, Mellany sudah merasa sangat nyaman berada di Prancis selama lima tahun terakhir.Tapi ancaman ayahnya membuat nyalinya ciut. Dan terbukti, begitu dia mendarat, hal pahit ini terjadi. Dia tidak memiliki akses apa pun bahkan hanya untuk sekedar makan burger seharga beberapa puluh dollar saja.“Dad, aku membencimu,” teriak Mellany saat ayahnya, Teddy Blaire menghubunginya.Terdengar tawa renyah ayahnya di seberang sana, lalu pria itu berkata, “Keluarga Blaire hanya memiliki kamu sebagai puteri satu-satunya. Aku sudah tua, Mel. Semua sepupumu sudah menikah dan hanya tin