"Hahaha Lisa, kamu tidak tahu kalau sebenernya suami kamu adalah...." Belum sempat orang itu mengatakan yang sebenernya. Sudah terdengar suara ketukan pintu. "Iya," kataku dengan nada panik. Aku membuka pintu dan melihat Mas Giora yang rupanya masuk ke dalam. "Mas Giora." Aku melihat kearah ponselku ketika ucapan orang tersebut tadi terpotong karena aku ada Mas Giora masuk. Orang itu langsung mematikan sambungan teleponnya. Sialan dia mau mengatakan apa sebenarnya? Aku sendiri pun malah dibuat heran sekarang. "Mas sudah pulang." Mas Giora hanya mengangguk sambil melirik kearah sekelilingku. Ada apa dengan Mas Giora sebenarnya? Apa dia merasa curiga kalau aku berselingkuh dari dirinya. "Kamu tadi ngobrol dengan siapa?" tanya Mas Giora padaku. Gawat, Mas Giora pasti curiga ketika aku tadi ditelepon oleh orang misterius itu. Apa aku harus memberitahu dia sekarang. Sebenernya aku juga penasaran dengan jati diri Mas Giora yang disembunyikan. "Tadi ada yang menelp
Mas Giora menatapku dengan serius. Sebenernya aku masih penasaran dengan musuh yang dimaksud oleh Mas Giora. Tetapi aku tidak berani bertanya padanya. "Lisa, untuk sementara ponsel kamu aku ambil.""Kok gitu, Mas.""Lebih baik kamu menggunakan ponselku dulu saja."Mas Giora memberikan ponselnya padaku. Kita jadi tukeran ponsel sekarang. Sepertinya alasannya karena memang orang itu. "Baiklah kalau begitu," aku hanya menerima ponselnya saja.Sebelum akhirnya Mas Giora berdiri dan dia menuntun aku untuk ikut masuk bersama dengan dirinya ke kamar. "Lebih baik kita ke kamar sekarang," ajak Mas Giora. Aku hanya mengangguk menuruti keinginan dirinya saja. Memang lebih baik jika memang kita pergi ke sana. Kita berdua akan pergi dari sini dan itu sukses membuat aku merasa senang."Baiklah."Aku hanya menuruti keinginan dari Mas Giora saja. Sampai akhirnya kuta bedua memutuskan untuk pergi dari sini. Kami juga sudah melakukan sesuatu yang baik untuk sekarang. Aku masuk ke dalam kamar dan Ma
Aku tengah menyapu halaman rumah karena memang sangat kotor sekali. Setelah semuanya terlihat sangat bersih dan daun-daun juga sudah aku bakar. Tiba-tiba Martin datang menghampiriku. Laki-laki itu tidak pernah bosan datang ke sini. "Untuk apa kamu ke sini? Ingin menagih hutang?" balasku kepadanya. "Sombong sekali kamu Lisa. Apa kamu tidak tahu kalau suamimu sudah membayar semua hutangmu?" ujar Martin. Aku sedikit terkejut ketika mengetahui fakta kalau Mas Giora sudah membayar semua hutangnya. "Dia sudah membayar semuanya?" Itu bukan suaraku yang terkejut, tetapi suara orang yang ada dibelakangku. Aku menoleh kearah belakang. "Ibu.""Bahkan ibumu saja terkejut Lisa. Dari mana suami kamu bisa mendapatkan uang itu?" tanya Martin padaku. Aku sendiri pun tidak bisa menjawab semuanya dengan baik. Bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang. "Lisa, katakan yang sebenarnya terjadi?" tanya ibuku yang juga penasaran. "Aku tidak tahu!" Jawabku yang memang tidak tahu dengan hal ini
Ibunya Tomas dan ibuku sekarang sudah pergi. Aku masih penasaran dengan yang dikatakan oleh ibunya Tomas. Apa benar Mas Giora yang sudah membunuh Adrian. Kalau aku bertanya pada Mas Giora, pasti dia tidak akan menjawab. Sampai aku teringat dengan Serin. Aku yakin kalau dia juga tahu sesuatu. Aku harus menghubungi dia sekarang. Siapa tahu kalau memang Serin tahu sesuatu. Mengingat Serin adalah kekasih dari Tomas. "Hallo Serin.""Hallo, Lisa. Kamu menggunakan nomor telepon dari Giora."Aku belum menceritakan semuanya pada Serin kalau memang aku tengah berganti ponsel dengan Mas Giora. Semuanya aku lakukan memang demi kebaikan aku. "Iya, aku sengaja menggunakan ponsel Mas Giora karena memang dalam ponselku ada orang yang mengirim pesan ancaman.""Pesan ancaman? Siapa yang berani mengancam kamu, Lisa?" tanya Serin yang sepertinya ikut marah juga. "Aku juga tidak tahu, tetapi Mas Giora kenal dengan orang tersebut. Suaranya seperti laki-laki dan aku tidak tahu dia siapa," kataku member
Pagi yang cerah untukku, melihat Mas Giora yang masih tidur terlelap dalam diam. Aku mengelus wajahnya karena memang manis. "Lisa, aku masih mengantuk."Suara serak dari Mas Giora begitu sangat manis. Aku membenarkan baju yang memang sempat tersikap oleh Mas Giora. "Ayo bangun Mas, kita harus ganti perban kamu. Memangnya kamu tidak kerja hari ini?" tanyaku pada Mas Giora. "Aku tidak bekerja."Mas Giora hanya mengatakan itu sambil menutupi wajahnya dengan selimut. Dia memang terasa sangat manis sekali. "Yaudah kalau begitu, aku akan membuat sarapan dulu."Akhirnya aku memutuskan untuk mandi dengan cepat, setelah itu aku pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Melihat bumbu yang memang sudah sedikit. Sepertinya aku harus berbelanja nanti ke pasar. Mengajak Mas Giora mungkin akan menyenangkan, terlebih dia libur dan pasti ada banyak waktu untukku. Aku juga senang dengan hal ini. Mengambil terlur dan membuat omlet, tidak lupa aku membuat juga minuman untuk Mas Giora. Sampai tiba-tib
"Ada polisi." Semua orang ada di sini, termasuk dengan Martin yang memegangi tangan Mas Giora, kini malah merasa ketakutan. "Kenapa dia ke sini?" ujar Yanto yang kini merasa heran. Semua warga yang ada di sini pun jadi ketakutan. Sampai tak lama kemudian, polisi ini beratnya kepada Wita dan Hani yang kebetulan ada di sana. "Permisi." "Ada apa yah?" "Kami dari pihak kepolisian, ingin menangkap saudara Andreas Giora karena sudah melalukan pembunuhan terhadap saudari Adrian Alvares Sanjaya." Semua orang yang ada ada di tempat ini terkejut mendengar berita ini, bahkan aku tidak mengerti kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Wah, rupanya ada yang lebih parah dari sini yah." "Dia seorang pembunuh rupanya," kata Wita sambil tertawa dengan puas. Aku melirik kearah Mas Giora yang kini sudah ditangkap oleh pihak kepolisian, aku berusaha untuk mencegahnya. "Mas Giora, kamu tidak benaran membunuh kan?" tanyaku pada Mas Giora. Mas Giora hanya menggelengkan kepalanya,
Aku menatap kearah Serin dengan pandangan serius. Apa maksudnya mengatakan kalau istrinya Adrian menginginkan suamiku. "Maksud kamu apa Serin?" tanyaku. "Kamu tidak tahu, Lisa? Atau kamu pura-pura tidak tahu. Istrinya Adrian selalu datang ke rumah sakit ketika suaminya di rawat, dia melakukan itu karena ada Giora di sana juga."Aku tengah mencerna apa yang dikatakan oleh Serin barusan. Kemudian aku teringat waktu itu juga sempat melihat Nia ada di sana. Mungkin saja dia juga punya hubungan. "Jadi maksud kamu, mereka ketemu di rumah sakit itu? Tetapi waktu itu aku juga melihat Nia ada di sana. Nia juga suka dengan suamiku." Serin melihat kearahku dengan sekilas. Sebelum akhirnya dia mengatakan sesuatu. "Jangan bilang kalau Giora tidak memberitahumu?""Apa?" tanyaku menaikan sebelah alis heran. "Kamu tidak tahu istrinya Adrian siapa?" tanya Serin sambil melirik kearahku. Aku hanya menggelengkan kepala karena memang tidak tahu istrinya Adrian itu siapa, yang aku tahu kalau istrinya
"Kenapa Nia? Apa kamu merasa tersinggung?"Aku tersenyum puas dalam keadaan terikat, melihat ekspresi wajah dari Nia yang begitu kesal ketika aku melemparkan kenyataan ini. Syukurlah kalau dia sadar dengan hal ini. Plak Nia menampar keras pipiku, rasanya memang sedikit sakit dan begitu perih ketika aku merasakan hal ini. "Kamu wanita jalang, apa kamu tahu berhadapan dengan siapa? Kamu bilang begitu karena kamu tidak tahu apapun!" maki Nia dengan nada yang emosional. "Apa yang tidak aku ketahui?" pancingku karena memang penasaran dengan yang disembunyikan oleh mereka. Sebenernya aku juga ingin tahu sesuatu, tetapi untuk sementara ini. Aku tidak akan bertanya dulu. Walaupun dalam hati aku merasa sedikit kesal. "Kamu tahu awalnya Giora sangat mencintaiku, gara-gara aku dijodohkan dengan kakaknya, aku tidak bisa menikah dengan dia," marah Nia. "Hanya karena itu, faktanya sekarang Mas Giora mencintaiku.""Aku tahu, kalau dia sudah mencintaimu, Lisa. Tetapi aku akan membuat Giora men