Aku tengah menyapu halaman rumah karena memang sangat kotor sekali. Setelah semuanya terlihat sangat bersih dan daun-daun juga sudah aku bakar. Tiba-tiba Martin datang menghampiriku. Laki-laki itu tidak pernah bosan datang ke sini. "Untuk apa kamu ke sini? Ingin menagih hutang?" balasku kepadanya. "Sombong sekali kamu Lisa. Apa kamu tidak tahu kalau suamimu sudah membayar semua hutangmu?" ujar Martin. Aku sedikit terkejut ketika mengetahui fakta kalau Mas Giora sudah membayar semua hutangnya. "Dia sudah membayar semuanya?" Itu bukan suaraku yang terkejut, tetapi suara orang yang ada dibelakangku. Aku menoleh kearah belakang. "Ibu.""Bahkan ibumu saja terkejut Lisa. Dari mana suami kamu bisa mendapatkan uang itu?" tanya Martin padaku. Aku sendiri pun tidak bisa menjawab semuanya dengan baik. Bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang. "Lisa, katakan yang sebenarnya terjadi?" tanya ibuku yang juga penasaran. "Aku tidak tahu!" Jawabku yang memang tidak tahu dengan hal ini
Ibunya Tomas dan ibuku sekarang sudah pergi. Aku masih penasaran dengan yang dikatakan oleh ibunya Tomas. Apa benar Mas Giora yang sudah membunuh Adrian. Kalau aku bertanya pada Mas Giora, pasti dia tidak akan menjawab. Sampai aku teringat dengan Serin. Aku yakin kalau dia juga tahu sesuatu. Aku harus menghubungi dia sekarang. Siapa tahu kalau memang Serin tahu sesuatu. Mengingat Serin adalah kekasih dari Tomas. "Hallo Serin.""Hallo, Lisa. Kamu menggunakan nomor telepon dari Giora."Aku belum menceritakan semuanya pada Serin kalau memang aku tengah berganti ponsel dengan Mas Giora. Semuanya aku lakukan memang demi kebaikan aku. "Iya, aku sengaja menggunakan ponsel Mas Giora karena memang dalam ponselku ada orang yang mengirim pesan ancaman.""Pesan ancaman? Siapa yang berani mengancam kamu, Lisa?" tanya Serin yang sepertinya ikut marah juga. "Aku juga tidak tahu, tetapi Mas Giora kenal dengan orang tersebut. Suaranya seperti laki-laki dan aku tidak tahu dia siapa," kataku member
Pagi yang cerah untukku, melihat Mas Giora yang masih tidur terlelap dalam diam. Aku mengelus wajahnya karena memang manis. "Lisa, aku masih mengantuk."Suara serak dari Mas Giora begitu sangat manis. Aku membenarkan baju yang memang sempat tersikap oleh Mas Giora. "Ayo bangun Mas, kita harus ganti perban kamu. Memangnya kamu tidak kerja hari ini?" tanyaku pada Mas Giora. "Aku tidak bekerja."Mas Giora hanya mengatakan itu sambil menutupi wajahnya dengan selimut. Dia memang terasa sangat manis sekali. "Yaudah kalau begitu, aku akan membuat sarapan dulu."Akhirnya aku memutuskan untuk mandi dengan cepat, setelah itu aku pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Melihat bumbu yang memang sudah sedikit. Sepertinya aku harus berbelanja nanti ke pasar. Mengajak Mas Giora mungkin akan menyenangkan, terlebih dia libur dan pasti ada banyak waktu untukku. Aku juga senang dengan hal ini. Mengambil terlur dan membuat omlet, tidak lupa aku membuat juga minuman untuk Mas Giora. Sampai tiba-tib
"Ada polisi." Semua orang ada di sini, termasuk dengan Martin yang memegangi tangan Mas Giora, kini malah merasa ketakutan. "Kenapa dia ke sini?" ujar Yanto yang kini merasa heran. Semua warga yang ada di sini pun jadi ketakutan. Sampai tak lama kemudian, polisi ini beratnya kepada Wita dan Hani yang kebetulan ada di sana. "Permisi." "Ada apa yah?" "Kami dari pihak kepolisian, ingin menangkap saudara Andreas Giora karena sudah melalukan pembunuhan terhadap saudari Adrian Alvares Sanjaya." Semua orang yang ada ada di tempat ini terkejut mendengar berita ini, bahkan aku tidak mengerti kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Wah, rupanya ada yang lebih parah dari sini yah." "Dia seorang pembunuh rupanya," kata Wita sambil tertawa dengan puas. Aku melirik kearah Mas Giora yang kini sudah ditangkap oleh pihak kepolisian, aku berusaha untuk mencegahnya. "Mas Giora, kamu tidak benaran membunuh kan?" tanyaku pada Mas Giora. Mas Giora hanya menggelengkan kepalanya,
Aku menatap kearah Serin dengan pandangan serius. Apa maksudnya mengatakan kalau istrinya Adrian menginginkan suamiku. "Maksud kamu apa Serin?" tanyaku. "Kamu tidak tahu, Lisa? Atau kamu pura-pura tidak tahu. Istrinya Adrian selalu datang ke rumah sakit ketika suaminya di rawat, dia melakukan itu karena ada Giora di sana juga."Aku tengah mencerna apa yang dikatakan oleh Serin barusan. Kemudian aku teringat waktu itu juga sempat melihat Nia ada di sana. Mungkin saja dia juga punya hubungan. "Jadi maksud kamu, mereka ketemu di rumah sakit itu? Tetapi waktu itu aku juga melihat Nia ada di sana. Nia juga suka dengan suamiku." Serin melihat kearahku dengan sekilas. Sebelum akhirnya dia mengatakan sesuatu. "Jangan bilang kalau Giora tidak memberitahumu?""Apa?" tanyaku menaikan sebelah alis heran. "Kamu tidak tahu istrinya Adrian siapa?" tanya Serin sambil melirik kearahku. Aku hanya menggelengkan kepala karena memang tidak tahu istrinya Adrian itu siapa, yang aku tahu kalau istrinya
"Kenapa Nia? Apa kamu merasa tersinggung?"Aku tersenyum puas dalam keadaan terikat, melihat ekspresi wajah dari Nia yang begitu kesal ketika aku melemparkan kenyataan ini. Syukurlah kalau dia sadar dengan hal ini. Plak Nia menampar keras pipiku, rasanya memang sedikit sakit dan begitu perih ketika aku merasakan hal ini. "Kamu wanita jalang, apa kamu tahu berhadapan dengan siapa? Kamu bilang begitu karena kamu tidak tahu apapun!" maki Nia dengan nada yang emosional. "Apa yang tidak aku ketahui?" pancingku karena memang penasaran dengan yang disembunyikan oleh mereka. Sebenernya aku juga ingin tahu sesuatu, tetapi untuk sementara ini. Aku tidak akan bertanya dulu. Walaupun dalam hati aku merasa sedikit kesal. "Kamu tahu awalnya Giora sangat mencintaiku, gara-gara aku dijodohkan dengan kakaknya, aku tidak bisa menikah dengan dia," marah Nia. "Hanya karena itu, faktanya sekarang Mas Giora mencintaiku.""Aku tahu, kalau dia sudah mencintaimu, Lisa. Tetapi aku akan membuat Giora men
Aku berlari dengan kencang, tidak peduli kalau kakiku kini sedang sakit, sampai menemukan jalan raya dan melihat orang yang memang ada di sini. "Tolong," kataku pada orang tersebut. "Ada apa?" orang tersebut dengan pandangan yang sedikit heran. Aku menunjuk kearah lokasi tempat di mana aku culik tadi. Kebetulan ada orang-orang di sini, mungkin mereka bisa membantu. "Teman saya sedang di keroyok di sana.""Ayo kita ke sana," kata bapak-bapak tersebut kepada temannya. "Ayo," katanya. Aku tersenyum karena mereka semuanya sangat baik dan mau membantu kita semuanya. Setidaknya masih ada orang baik yang mau menolong kita di saat yang seperti ini. Aku sendiri pun dibuat lega sekarang. "Terima kasih banyak."Aku mengatakan itu dan berjalan dibelakang bapak-bapak tadi. Sampai aku melihat Serin yang sudah dikeroyok oleh orang lain. "Hei kalian, jangan membuat keributan di sini!" kata bapak-bapak yang menolongku. Sampai orang yang tadi hampir melukai Serin pun sudah kabur ketakutan deng
Sesuai janji yang kemarin, sekarang aku bersama dengan Serin sudah berada di rumah sakit. Kami berdua hendak akan ke ruangan tempat di mana Tomas berasa. "Kamu jangan emosi yah, ibunya Tomas memang begitu." Serin sudah mewanti-wanti aku, aku juga tahu kalau ibunya Tomas memang sedikit barbar. Bahkan aku sendiri pun tidak menyangka sama sekali. "Iya Serin. Kamu tahu tidak usah khawatir kalau tentang itu. Semuanya akan baik-baik saja.""Baiklah kalau begitu."Sampai kami berdua sudah berada di depan ruangan. Kita berdua hendak akan masuk. Baru juga membuka pintu, ruangan ini sudah kosong. "Ke mana Tomas? Kok ada di ruangannya?" tanyaku sambil menoleh kearah Serin yang ada di dekatku. Begitu pun dengan Serin yang kini malah terlihat panik. "kenapa Tomas tidak ada di tempatnya."Serin menghampiri Suster yang tengah membereskan ruangan tersebut. Lalu dia bertanya dengan panik. "Di mana pasien yang dirawat di sini sus?" tanya Serin. "Pasien yang dirawat di sini kebetulan tadi pagi su