Share

Bab 17

Penulis: Aqeera Danish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“So, hot mama, gimana cerita aslinya, belum sebulan nikah, tapi anaknya udah segede itu?” tunjuk Avicenna menggunakan dagu ke arah depan. Di sana, sepasang muda-mudi tengah memilih lauk di meja prasmanan warung makan khusus yang disediakan Ma’had untuk tamu.

‘Iya, Mella gak cerita-cerita. Apa aku yang ketinggalan berita?” protes Charlotte.

Mella yang diberondong beragam pertanyaan dari para sahabatnya hanya terbahak. “Cukup panjang ceritanya, tapi aku singkat aja, deh. Intinya, kami juga nikah dadakan. Cuma akad tertutup aja, ntar kalo resepsi aku undang-undang. Aku juga bingung, awalnya gak ada pembahasan serius soal pernikahan. Eh, tau-tau malah ijab kabul,” jelasnya keheranan sendiri.

“Tapi serius, ganteng banget anak kamu! Modelan brondong macho,” celetuk Avicenna.

“Husss.” Mella menggeplak pergelangan tangan Avicenna pelan. “Sadar umur, Mbaakkk. Itu anak aku, dan aku sebagai emaknya galak banget, nih!” ancamnya sambil melotot lucu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Titipan   Bab 18

    “Ok, Ustadz Azizi udah, almarhum Ustadz Wafiq juga udah. Berarti tinggal ke rumah Ustadz Fajri,” gumam Mella menyebut daftar kunjungan wajibnya di Ma’had kali ini. “Kapan kamu mau ke rumah Ustadz Fajri?” tanya Charlotte tiba-tiba. Dalam posisi bersimpuh, ia melipat alat salat. Perempuan jelita itu baru saja menunaikan ibadah wajib Ashar. Dari posisi duduknya di atas lantai, Charlotte dapat melihat Mella seperti tengah berpikir.Mella mendeham kecil. “Kalo abis Magrib, sopan gak, ya? Soalnya ponakanku mau kesini abis Ashar sore ini,” ucapnya penuh tanda tanya dan bimbang. “Menurut kamu, gimana Char?”Charlotte tampak menimbang-nimbang sejenak. “Kayaknya, gak apa-apa, sih. Tapi mungkin gak bisa lama-lama. Cukup setor muka aja. Lagian Ustadz Fajri hari ini pergi,” jelasnya membalas. “Pergi kemana?” Avicenna yang baru keluar dari kamar mandi tiba-tiba menyela. “Hm, itu... Aku belum cerita, ya ke kalian... Sen, kamu inget Ustadz Fajri pergi t

  • Suami Titipan   Bab 19

    “Ustadz Fajri belum pulang. Ratih balik ke Kediri tadi siang. Anaknya besok sekolah pagi, jadi harus cepet-cepet pulang ke Lumajang,” jelas Simbah menerangkan keadaan.Tiga perempuan itu sontak terbelalak. “Jadi Ibu sama Nara cuma berdua?” tanya Avicenna terkejut. Simbah hanya ber-hum lirih sebagai jawaban rasa penasaran tiga perempuan muda itu.Niat awal bertamu sekaligus bertakziah secara singkat akhirnya harus mereka urungkan. Akibat tak sampai hati membiarkan Simbah larut dalam kesedihan serta kesendirian, Charlotte, Avicenna, dan Mella memutuskan untuk menemani sepasang nenek dan cucu tersebut barang sebentar. Setidaknya sampai sosok mantan guru mereka pulang meskipun entah kapan.Malam merangkak kian pekat. Namun Fajri tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Mella yang sudah memiliki tanggung jawab sebagai seorang ibu harus kembali ke wisma. Avicenna turut mengantar ibu dua anak itu. Jadilah Charlotte sendirian menemani Simbah dan Kinara.“Nak, istirahat di kamar Nara, ya?” ta

  • Suami Titipan   Bab 20

    Charlotte meneguk ludah kelat. Ia bingung harus menjawab apa. “Itu...” ucapnya menggantung. “Atas permintaan ibu mertua saya? “ terka Fajri telak. “Lain kali, kamu harus tolak. Bukan karena gak punya empati atau simpati. Gak baik seorang gadis berlama-lama di rumah laki-laki beristri. Malam-malam pula. Apalagi istrinya baru saja wafat. Takut jadi fitnah. Kamu jelas tahu perkara ini. Jangan selalu menjadi orang yang gak enakan,” jelasnya tajam nan pedas.Sekali lagi, Charlotte hanya mampu diam membisu. Ia menelan salivanya susah-payah. Kendati terbilang keras cenderung sadis, penuturan Fajri memang sebuah fakta yang tepat sasaran. Dalam kata-katanya itu pun, terselip sebuah kepedulian kecil untuk Charlotte. Fajri tak berubah. Laki-laki itu selalu ingat sifat dan sikap people pleaser dan emotional sponge seorang Charlotte.Sadar akan usiran halus dari mantan gurunya tersebut, Charlotte lekas bangkit dari posisi duduknya. “Karena Ustadz udah pulang, kalau begitu saya permisi,

  • Suami Titipan   Bab 21

    Ceklek...Charlotte membuka pintu kamar Kinara secara perlahan. Di dalam, ia mendapati gadis itu tengah dipijat bagian kepalanya oleh sang Nenek. Ia kemudian menarik kursi belajar Kinara dan meletakkannya persis di samping ranjang untuk menaruh peralatan seka. “Badannya dibersihin dulu, ya? Biar gak lengket,” ucap Charlotte lembut. Tatapan manik hazelnya begitu meneduhkan. “Duduk sini, Nak,” titah Simbah kepada Charlotte. Perempuan renta itu menggeser sedikit tubuhnya hingga ujung tempat tidur. “Duduk saja, biar gak pegel,” ujarnya kembali.Charlotte menurut dan lekas mendaratkan tubuhnya di samping Kinara. “Mbak ijin seka badan kamu, ya?” Ia berkata lirih. Namun ucapannya tidak disambut Kinara yang justru hanya terpaku menatapnya. Karena tak ada sahutan, ia berinisiatif meraih salah satu pergelangan tangan gadis remaja itu. Ia mulai menyeka tubuh Kinara menggunakan handuk kecil yang dibasahi air hangat.Dalam diam, Kinara memerhatikan setiap gestur dan mimik wajah Charlott

  • Suami Titipan   Bab 22

    “Ustadz lapar?” cicitnya bergumam. Lirih sekali, seperti tengah berbisik.Fajri mencoba menilik erat perempuan muda yang juga tengah memandangnya. Detik selanjutnya, laki-laki itu mengangguk lunglai. Tanpa aksara, Charlotte bergerak gesit ke setiap sudut dapur mempersiapkan makan malam.Setiap detail pergerakan Charlotte di area dapur tersebut tak satupun terlewat dari mata elang Fajri. Terduduk di salah satu sudut ruangan, bibir laki-laki itu melengkung ke atas tanpa sadar. Ada setitik perasaan menggelora dalam hatinya yang terbias nyata di garis-garis wajah tegasnya. “Lho, kamu masak, Nduk?” Suara renta menginterupsi aktivitas Charlotte yang sedang mengarau nasi panas di dalam bakul. “Wanginya sampai ke depan, enak sekali.”Charlotte sontak menoleh dan mendapati Simbah bersama Kinara bersisian. “Ehm, iya, Bu,” cicitnya tergeragap. “Ibu sama Kinara ada apa? ‘Kok keluar kamar,” tanyanya penasaran. Ia buru-buru melepas centong dan kipas bambu lalu menghampiri sepasang nenek

  • Suami Titipan   Bab 23

    “Titip anak-anak sama bojo, ya?” pesan seorang pria berkacamata kepada para penghuni mobil. “Mbak Khalisa yang nurut sama Ateu-ateu, ya,” ucapnya lagi kepada bocah perempuan yang duduk di kursi belakang dan menjadi bulan-bulanan kegemasan Charlotte dan Avicenna. “Iya, Abi,” jawab Khalisa dengan suara imutnya. “Sip, Mas. Kalem, banyak baby sitter, tuh,” seloroh Mella. “Mbak Khalisa udah masuk mobil?” tanya seorang perempuan yang baru saja menghampiri mobil. Dalam gendongan, bayi berkerudung merah jambu sedang tertidur pulas.Mella yang berada di luar kendaraan roda empat itu lekas meraih sang Bayi perlahan agar ibunya tak kerepotan. “Udah di dalem, bareng Senna sama Charlotte di kursi belakang,” tukasnya. “Khalisa di sini Umi,” sahut Khalisa gemas untuk menenangkan ibunya. “Santai, Naya, kita siap jadi baby sitter,” tukas Charlotte ikut menimpali. “Sekalian belajar momong anak,” seru Avicenna tak kalah heboh.

  • Suami Titipan   Bab 24

    “Emang anjay banget itu si Madun,” ujar Mella tak kalah kesal. “Huss, bahasanya itu, lhooo... Gimana kalo kedengeran anak-anak?!” sewot Naya.Avicenna dan Mella hanya menanggapi pelototan tajam Naya dengan senyum cengengesan. Keseruan keempatnya terus bergulir hingga berpuluh-puluh menit kemudian. Obrolan para perempuan dewasa itu menjadi ajang reuni dan nostalgia dadakan. Meski riuh nan menyenangkan, namun sayang Charlotte tidak dapat mengikuti sepenuhnya arus pembicaraan.Perempuan jelita bermanik hazel itu hanya menanggapi alakadarnya. Entah, di titik terdalam palung hatinya, ia merasa kosong dan hampa. Ada rasa cemas dan gundah yang mendera. Jiwanya seperti tertinggal di suatu tempat yang bahkan ia sendiri tak ketahui dimana.******************** “Char, are you okay?” tanya Avicena tiba-tiba. Posisi tubuhnya berbaring menyamping ke kanan. Mencoba meneliti kondisi gadis yang merebah telentang persis di sampingnya. “Hum,” jawab Charlot

  • Suami Titipan   Bab 25

    “Bun, Mas, liat kesana, yuk!” Zahra bersemangat mengajak ibu dan kakaknya berkeliling mencari jajan angkringan di sekitar Universitas Gadjah Mada. Gadis itu memang mengajak rombongan ke perguruan tinggi impiannya tersebut untuk sekedar melihat gerbang kampus.Bumi beranjak semakin temaram. Lampu-lampu PLJ, ruko, toko, rumah, hingga gerobak kaki lima di sekitar lingkungan kampus UGM mulai menyala menerangi keriuhan malam. Semarak para mahasiswa saling berjejal keluar dari persembunyian untuk berburu pemuas pencernaan. “Jadi kangen ngampus, ya,” gumam Avicenna memecah kesunyian di dalam mobil. “Heum, seru,” timpal Naya lirih. Tangannya sibuk menepuk-nepuk halus tubuh Aisyah. “Kita jadi makan di warung lesehan sebelah sana, ‘kan?” tanya Charlotte memastikan. “Jadi,” sahut Naya cepat. “Sorry, Char, kita gak jadi makan gudeg hari ini.” “It’s ok. Khalisa sama Zahra lagi gak mau. Daripada mogok makan,” balas Charlotte.A

Bab terbaru

  • Suami Titipan   Bab 45

    “Ruby seneng, bisa balik ke rumah ini, ke kamar Ruby dulu. Makasih Uwak,” sahutnya dengan suara bergetar. Ada debaran gila ketika akhirnya ia dapat menyebut nama keramat itu lagi.Lilis menaik-turunkan kepala dan mengulas senyum haru. “Uwak yang harus bilang makasih ke Neng. Neng Ruby udah mau pulang lagi ke sini, gak lupa sama Uwak, sama Eyang. Padahal, Neng udah sukses di luar negeri. Tapi, gak malu punya keluarga di Pangalengan.” Kini, sebelah tangannya menangkup pipi sementara tangan lain menggenggam tangan sang Keponakan.Astaga! Charlotte tidak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Bagaimana pun, Indonesia merupakan identitasnya, separuh bagian dari keutuhan dirinya. Indonesia adalah kampung halamannya. Ia sempat sengaja menampik itu semua karena perasaan malu yang tak berdasar. Ya, malu karena tindakan cerobohnya di masa lalu. Padahal, di sini semuanya baik-baik saja.Tanpa sadar, setetes bulir bening lolos dari pelupuk mata Charlotte. “Kenapa harus malu? Padahal Ruby yang udah

  • Suami Titipan   Bab 44

    “Char, kamu gak apa-apa... kalau aku tinggal sendiri? Kalau kamu belum siap, ikut pulang lagi, yuk! Bilang aja ke Uwak kamu kita ada acara Ma’had,” ujar Avicenna memastikan.Charlotte tersenyum manis untuk meredakan kekhawatiran yang terpancar jelas dari wajah dan perkataan Avicenna. “Kamu tenang aja, aku bakalan baik-baik di sini,” jawabnya tenang.Avicenna menatap Charlotte intens. Lalu, perhatiannya beralih ke dalam toko di mana paman sahabatnya tengah serius meladeni pembeli. “Kalau ada apa-apa, cepet kabari aku, ya?” pintanya. “Pasti!” Charlotte mengangguk mantap. “Tenang aja, kamu ninggalin aku di rumah keluarga sendiri. Bukan di kandang harimau!” kelakar perempuan bermanik hazel tersebut. “Iya, sih. Tapi... aku tetep khawatir,” aku Avicenna jujur pada akhirnya. “Everything’s gonna be ok. Kamu cepetan pulang. Mau ke rumah Ibu, kan? Berangkat sana, takut kemaleman. Bahaya!” ujar Charlotte dengan nada risau yang teramat kentara.Avicenna hendak m

  • Suami Titipan   Bab 43

    “Wow, that’s a huge crowd,” gumam Charlotte demi melihat keramaian di depan sana.Avicenna memasukkan kunci mobil ke dalam saku celana. “Woah, kalau aku tinggal di sini, dan doyan protein hewani, bisa sehat wal afiat, nih!” Perempuan itu berkata heboh tanpa berkedip.Dahi Charlotte mengkerut dalam menanggapi tingkah sang Sahabat. Bukan kesal apalagi malu. Sampai saat ini, setelah lebih dari lima belas tahun bersama, ia selalu terkaget-kaget dengan ke-random-an Avicenna. Perempuan manis itu hobi sekali melakukan hal tak terduga nan lucu. “Jadi, kita mau masuk atau... diem aja di pinggir jalan kayak gini?” tanya Avicenna.Charlotte menoleh ke kanan, ke arah sahabatnya tersebut. Rupanya, Avicenna tengah menatapnya dengan senyum dan sorot hangat. Avicenna seolah ingin menyalurkan kekuatan kepada Charlotte. “Yuk, masuk,” ajak Charlotte seraya membalas senyuman tulus Avicenna.Avicenna mengangguk mantap. Ia menggamit pergelangan tangan Charlotte. “Aku belum pernah ke

  • Suami Titipan   Bab 42

    “Oh, iya, Char, alamat lengkap rumah Eyang kamu dimana? Kita udah masuk desa Cikalong, nih!” tanya Avicenna datar namun mampu membuat Charlotte membeku. Perempuan bermanik hazel itu mengerjap. Dan benar, mereka baru saja melewati tugu selamat datang. “Char... Char... Char,” panggil Avicenna sekali lagi setelah beberapa saat Charlotte tak menyahut. Avicenna bahkan menyentuh pergelangan tangan Charlotte dengan tangan kirinya. “Hah!” Charlotte tersentak. “Ya, Sen?” tanyanya tergeragap. “Alamat rumah Eyang kamu dimana?” tanya Avicenna sekali lagi, kali ini lebih mendesak. Sesekali, ia memutar sepasang bola matanya liar ke sebelah kiri dan kanan jalan. “Itu...” tukas Charlotte gugup. “Kamu belum tahu rumah Eyangku, ya?”Dahi Avicenna mengernyit dalam. Selama mengenal Charlotte, belum pernah sekali pun ia mengunjungi rumah sang Sahabat di Indonesia. Bahkan selepas nenek Charlotte wafat, perempuan bermanik hazel itu justru ikut bers

  • Suami Titipan   Bab 41

    “Wah, aromanya enak banget!” Telapak kaki kanan Avicenna baru saja menyentuh anak tangga terakhir lantai satu. Tetapi indera penciumannya sudah disapa oleh aroma lezat dari arah dapur yang sekaligus berfungsi sebagai ruang makan. Lewat jarak tak lebih dari dua meter, ia dapat melihat meja kitchen island mungil rumahnya dipenuhi pelbagai sajian mengunggah.Charlotte mengangkat kepala, lalu menyunggingkan senyum simpul. “Ayo makan, mumpung masakannya masih hangat,” ucapnya lembut sembari menata peralatan makan ke atas meja.Avicenna menurut dan menarik sebuah stool chair. “Kamu pinter masak, keliatan enak banget!” “Mana ada! Aku gak jamin kamu bakal selamat setelah makan ini.” Charlotte terkikik. “Aku serius! Dari aroma sama tampilannya aja udah keliatan enak banget. Kamu masak apa aja, nih?” Avicenna meneliti setiap menu yang dimasak oleh Charlotte dengan saksama. “Cuma Lancashire Hotpot, Bubble and Squeak, terus ada Eton Mess di kulkas,”

  • Suami Titipan   Bab 40

    “Halo, Assalamu’alaikum,” sapa Charlotte ramah dengan intonasi setenang mungkin. “Wa’alaikumussalam,” balas suara di seberang. “Mbak Char! Udah sampe Bandung belum? Kok gak ngabari aku.” Suara perempuan dalam sambungan terdengar menggerutu.Charlotte terkekeh kecil. “Maaf, Mbak belum sempat buka HP. Alhamdulillah, Mbak sama Teh Senna sampai ke rumah jam delapan tadi malam,” jawabnya lugas. “Kamu gak sekolah?” “Sekolah, tapi cuma setengah hari. Aku juga baru sampe rumah, Mbak.”Charlotte mengangguk pelan kendati lawan bicaranya tak dapat melihat pergerakannya. “Gimana kabar kamu sama keluarga, sehat? Adek masih suka nangis, gak Nara?” tanyanya mengawang.Terdengar helaan napas lelah Kinara. “Masih. Kayaknya kangen, deh sama Mbak,” kekehnya.Charlotte ikut tergelak. “Masa, ah! Kayaknya Adek belum terbiasa aja di rumah,” elaknya. “Mungkin, iya. Mungkin juga kangen sama Mbak,” ujar Kinara keukeuh.Charlotte dan Kinara sama-sama tertawa. Untu

  • Suami Titipan   Bab 39

    Trang Tek PrangTrang Tek PrangTrang Tek PrangSuara gaduh seperti permukaan besi yang dipukul-pukul konstan perlahan memanggil kesadaran Charlotte yang tengah dibuai mimpi. Perempuan bersurai golden brown itu mengerjap beberapa kali. Untuk sepersekian detik, dahinya mengernyit kebingungan menatap keremangan sekitar. Dari arah luar, keriuhan yang berhasil membangunkannya kian jelas terdengar oleh rungu. “Astaga, aku lupa, aku di rumah Senna,” gumamnya pada diri sendiri.Setelah nyawanya terkumpul, Charlotte beringsut turun dari pembaringan. Tujuan langkah pertamanya di pagi buta ini adalah kamar mandi untuk sekedar buang air kecil, cuci muka, dan gosok gigi. Perempuan berhidung bangir itu lekas keluar dari kamar yang ditidurinya semalam.Baru saja membuka pintu kamar, aroma lezat dari bumbu yang digoreng membelai manja indera penciuman Charlotte. Dari ambang pintu, perempuan jelita itu dapat menangkap siluet punggung seseorang yang tengah serius menekuni sesuatu di depan

  • Suami Titipan   Bab 38

    Kinara menggeleng pelan. “Ini, dari Mbah Uti buat Mbak Char sama Ustadzah Avicenna.” Gadis itu menyerahkan bungkusan yang sedari tadi digenggamnya erat. “Sarapan sama sedikit bekel.”Charlotte menerima tas kain berwarna merah itu dengan perasaan rikuh yang teramat sangat. “Duh, kita jadi ngerepotin,” ujar Avicenna tak kalah sungkan.Kinara tersenyum lebar. “Gak apa-apa Ustadzah. Mbah Uti juga seneng, kok,” tukasnya. “Tunggu!” Avicenna memekik tajam. “Kamu panggil Charlotte ‘Mbak’, kok aku masih dipangil Ustadzah?” Perempuan separuh Sunda itu protes tak terima.Charlotte dan Kinara terkikik geli. “Nara, kamu panggil Ustadzah Avicenna pakai ‘Ateu Senna’ atau ‘Ateu Gemoy’ aja, kayak keponakan-keponakan dia,” seloroh Charlotte sengaja menggoda. “Kalau Khalisa sama Aisyah pantes. Kalau Nara kegedean buat jadi keponakanku,” ketus Avicenna. Ia merebut bungkusan yang dibawa Kinara dari tangan Charlotte. “Buka, ya?” “Eh, malah lupa. Padahal ada m

  • Suami Titipan   Bab 37

    “Char! Char! Hellooo,” seru Avicenna memanggil Charlotte. Namun, sosok yang disebutkan tidak bergeming sama sekali. Ia terpaku dalam duduknya dengan dua alis menyatu. “Charlotte Eleanor Ruby Heinberg!” Avicenna menepuk sebelah bahu Charlotte.Charlotte tersentak. Rasanya seperti ada petir baru saja menyambar. “Gosh!” pekiknya terkejut. “Ya Allah, Char, dipanggilin dari tadi, gak nyaut-nyaut. Kamu kenapa subuh-subuh udah ngelamun?” Avicenna menggerakkan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk sebuah capit di udara. Ia lalu mengurai tautan alis Charlotte yang tidak henti-hentinya melekat sedari tadi. “Gak apa-apa,” balas Charlotte ambigu. Perempuan bermanik hazel itu kembali memasukkan barang-barang ke dalam koper. Sementara khayalnya masih mengawang tinggi. “Saya pamit, Bu, Nara. Maturnuwun udah diterima dan dijamu dengan baik.” Charlotte tersenyum tulus lalu menyalami Simbah dan Kinara. Tiga perempuan lintas generasi itu saling berpeluka

DMCA.com Protection Status