Share

bab 6

last update Last Updated: 2025-01-11 12:47:19

Sementara di kamar rawat Idham, Lani merasa lega karena suaminya sudah sadar, selang oksigen terpasang untuk membantu pernapasan.

"Maya mana, Bu?" tanya Idham sambil mengamati di mana dia sekarang.

"Sebentar lagi pasti sampai, lagi dijemput Nak Firhan." Lani membenarkan selimut yang menutupi perut suaminya. Di dekatnya Rudi dan Lidya menatap wajah lelah besannya yang terbaring lemah.

"Pak Rudi," panggil Idham pada besannya.

"Iya, Pak." Rudi lantas mendekat.

"Saya mohon maaf, kalau sekiranya nanti saya lebih memilih bagaimana keputusan Maya untuk kelanjutan pernikahan dia dengan Nak Firhan. Saya tahu saya juga salah, karena tidak meminta persetujuannya saat calon suaminya harus diganti Nak Firhan."

"Jangan bicarakan ini dulu, Pak. Sekarang ini, kesehatan bapak lebih penting. Saya yakin Maya pun bisa--"

"Assalamua'aikum." Suara salam menghentikan perkataan Rudi, Maya memasuki kamar rawat ayahnya dengan tergesa.

"Pak, Bapak baik-baik saja, kan?" Wajah panik dan sedih Maya semakin membuat Idham merasa bersalah.

"Bapak hanya kecapean, May," jawab Idham mengusap tangan Maya yang berdiri di dekat brankar.

"Bapak jangan banyak pikiran, Bapak harus sembuh, ya?!" ujar Maya dengan mata berkaca-kaca.

"Iya. Bapak hanya kaget pas mendengar kamu ingin pernikahan dengan Nak Firhan--"

"Tidak, Pak, jangan bahas tentang itu dulu, ya?!"

"Tidak, May. Mumpung masih bisa dibicarakan, mumpung--"

"Pak." Kali ini Firhan yang menyela perkataan Idham. "Maya sudah berbicara dengan saya tadi, kalau kami memutuskan untuk mencoba melanjutkan pernikahan ini. Bukan begitu, May?" kata Firhan sambil memberi kode yang dia harap bisa dimengerti Maya.

Maya yang merasa mendapat todongan tiba-tiba, hanya menatap tajam Firhan. Namun saat matanya beradu tatap dengan Lani, dia tahu kalau dia harus mengikuti apa yang Firhan katakan demi kebaikan ayahnya.

"Apa benar begitu, May?" tanya Idham dengan terlihat berharap kalau Firhan tidak sedang membohonginya.

Maya tergagap, namun dengan ragu akhirnya kepala gadis itu bergerak ke bawah.

"I-iya, Pak. Maya akan mencoba menerima pernikahan ini," ucap maya akhirnya dengan menekan segala emosi yang ada. Dia kesal karena Firhan memutuskan seenaknya sendiri.

Ada kelegaan yang tersorot jelas di wajah Idham begitu mendengar jawaban Maya. Meski tadi dia sempat memberikan pernyataan, kalau dirinya akan mengikuti keinginan Maya andai anaknya ingin membatalkan pernikahan, jauh di dalam hatinya tentu Idham ingin anaknya mencoba menerima takdir yang sudah tertulis untuknya.

"Alhamdulillah, Bapak lega mendengarnya. Memang sebaiknya kalian berdua mencoba menerima takdir ini. Mungkin, memang seperti ini cara Allah mempertemukan jodoh kalian."

"Tapi Maya minta syarat, Pak," kata Maya tanpa diduga.

Firhan lantas menatap Maya lekat, menunggu kata apa lagi yang akan diucapkan, sebagai syarat yang dimaksud Maya tadi.

Semua orang menunggu tanpa ada yang menyela, hingga kemudian suara Maya menyambung perkataannya.

"Maya ingin resepsi ditiadakan. Juga biarkan Maya tetap bekerja, jangan ada yang ikut campur dalam urusan rumah tangga Maya dengan ... Bang Firhan."

Bukan tanpa alasan Maya mengatakan hal itu dia tahu Firhan tinggal di luar kota, sudah pasti setelah ini dia harus ikut dengan Firhan, kalau dia tetap bekerja, itu artinya dia akan tetap berada di rumah ayahnya.

"Kalau itu, kamu bisa membicarakan dengan Nak Firhan, May. Ibu pikir syarat apa," kata Lani yang sempat merasa cemas dengan syarat yang akan diajukan Maya.

"Kalian bisa bicarakan tentang itu, Nak Maya. Kalau soal resepsi, kalau memang Nak Maya merasa tidak perlu diadakan, tak masalah. Kita akan membatalkannya." Rudi menimpali. Tak masalah buatnya membatalkan resepsi. Meskipun tentunya mereka akan kehilangan uang yang sudah masuk untuk mengadakan resepsi nanti.

"Hanya itu syaratnya?" Firhan ikut bersuara.

"Iya," jawab Maya cepat.

"Saya setuju," balas Firhan lagi.

"Lainnya akan kita bahas nanti." Maya melanjutkan ucapannya dalam hati.

***

"Jangan ada kontak fisik sebelum aku mengizinkan," kata Maya saat mereka sudah berada dalam mobil lagi menuju pulang.

Firhan yang tahu kalau hal itu pasti akan Maya katakan, hanya menjawab pendek.

"Hmm."

"Kalau Abang mau pulang, silakan. Karena besok, aku akan masuk kerja."

Firhan menoleh cepat. "Kamu ngusir saya?"

"Terserah Abang akan mengartikan apa. Hanya aku mengatakan tentang apa yang aku rencanakan. Bukankah abang tahu kalau aku tinggal di mess? Jadi untuk apa Abang ada di sini kalau aku harus pergi kerja?"

Ya, Firhan tahu kalau Maya tinggal di mess yang disediakan perusahaan dari cerita Arman.

"Saya akan tetap di sini sampai cuti saya habis," ucap Firhan kemudian. Dia memang mengambil cuti selama empat hari untuk pernikahan Arman dan Maya.

"Tapi untuk apa?" Maya menatap suaminya yang fokus menatap ke depan.

"Menjaga bapak mertua saya. Beliau sedang sakit. Saya akan merawat sampai beliau sembuh. Sudahlah anaknya tak peduli, biar saya yang memperdulikan beliau," balas Firhan sedikit menyindir Maya.

Maya berdehem untuk mengusir canggung. Bagaimana bisa dia lupa kalau bapaknya sedang berbaring di rumah sakit?

Ternyata keinginan untuk menjauh dari Firhan membuatnya tak bisa berpikir panjang.

"Kamu bebas melakukan apa pun, Dik. Selama kamu masih ingat, kalau kamu seorang wanita yang sudah menikah."

Maya terdiam. Bukankah dia juga yang sudah menyetujui untuk melanjutkan pernikahan tak diharapkannya itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Suami Titipan Mantan   bab 7

    Mobil Firhan memasuki pekarangan, tenda yang masih terpasang, juga tumpukan kursi yang tadi pagi sempat dipakai, membuat hati Maya kembali teriris. Inilah salah satu alasan dia ingin secepatnya pergi kembali ke mess. Semua bukti hari bahagianya yang berantakan, terpampang jelas di depan mata. Hembusan napas kasar Maya terdengar oleh Firhan, belum lagi tatapan gadis itu yang berubah jadi sendu saat melihat pekarangan rumahnya. Mengerti dengan apa yang tengah dirasakan Maya, Firhan langsung memaklumi kenapa Maya ingin langsung pergi besok. "Kita akan berusaha bareng-bareng, Dik," ujar Firhan saat dia bisa menebak arah pikiran Maya saat ini. Maya menghempas punggungnya ke sandaran kursi. "Kalau ternyata gagal?" ujarnya kemudian. "Setidaknya kita sudah mencoba melakukan yang terbaik untuk takdir yang sudah tertulis ini," ucap Firhan yang sebenarnya sedang mengingatkan dirinya sendiri juga. "Memangnya Abang tidak punya pacar, jadi langsung mau aja nerima jadi pengatin pengganti?

    Last Updated : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 8

    Waktu berjalan dengan pasti, janji Nova yang akan datang ke rumahnya, dibatalkan oleh Maya. Dia berbohong kalau saat ini tidak ada di rumah, karena harus menunggu Idham di rumah sakit. Dia tak ingin mendapat tatapan iba dan juga kasihan saat temannya itu datang mengunjunginya. "Besok aku masuk kerja, kok. Kita ngobrol sepuasnya nanti. Kamu bebas mau tanya apa juga." Begitu kata Maya saat menelpon Nova agar tidak jadi datang ke rumahnya. Padahal yang sebenarnya pergi ke rumah sakit adalah Mala, dia diminta Lina menemani di rumah sakit sekalian membawa makanan dan pakaian ganti. Selain memberikan waktu berdua saja untuk Firhan dan Maya. Firhan terlihat canggung. Bagaimanapun dia jelas asing dengan rumah yang kini mau tidak mau menjadi rumahnya juga. Ditambah sikap Maya yang kadang masih terlihat seperti melamun, Firhan semakin serba salah akan melakukan apa. Seperti sekarang, dia tengah terdiam sendiri di ruang tengah, sedang Mala ada di dalam kamar, perutnya terasa melilit lapa

    Last Updated : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 9

    Di antara kecanggungan-kecanggungan lainnya setelah dia menikah hari ini adalah: Ketika Maya harus tidur bersama Firhan malam ini. Maya tahu pernikahan mereka sangat di luar rencana, tapi mengingat dia sudah berikrar di depan ayahnya akan mencoba menerima keberadaan Firhan sebagai suaminya, rasanya tak pantas juga dia meminta Firhan tidur di kamar lain. Di rumah itu memang hanya ada mereka berdua saat ini, juga ada satu kamar yang sengaja dipersiapkan untuk tamu, namun apa boleh dia atau Firhan yang menempatinya untuk semalam ini? Karena untuk besok, dan besoknya lagi, dia akan berada di mess entah untuk berapa lama. Seminggu, dua minggu, atau berbulan kemudian seperti biasanya dia tidur di sana selama ini. Pertemuan dia dan Arman terjadi saat dirinya dan Nova jalan-jalan. Arman yang saat itu bersama temannya, tak sengaja menyenggol Maya hingga hampir membuat gadis itu terjatuh. Dari sanalah semua bermula, bertukar nomor telepon, janji ketemu kemudian, lalu berniat serius menghala

    Last Updated : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 10

    Setelah memeriksa pintu dan jendela, Maya kembali ke kamar. Dengan perlahan dia mendekat ke tempat tidur yang di sana sudah ada Firhan yang berbaring, mata Firhan menatap lurus langit-langit kamar, dia tak ingin membuat Maya canggung kalau dirinya menatap gadis itu. Merebahkan diri dengan canggung, Maya lantas memunggungi Firhan tanpa kata sama sekali. Memangnya apa lagi yang harus dibicarakan? Semua sudah keduanya bahas tadi. Melanjutkan pernikahan, dan bila sama-sama tak bisa saling nyaman, maka berpisah adalah pilihan terakhir. "Terima kasih," ucap Firhan setelah keheningan kamar itu menguasai. Tak ada sahutan dari Maya, tapi Firhan yakin Maya belum tidur, dan mendengar apa yang dia katakan. "Dan maafkan adik saya. Saya berjanji akan membuat kamu bahagia dalam pernikahan kita, meski awal kisah kita, dibuka dengan cara yang tak biasa. Bukalah hati kamu untuk kehadiran saya, seperti saya membuka hati saya untuk kehadiran kamu." Maya tetap membisu, namun matanya yang dia paksa t

    Last Updated : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 11

    "Apa kamu yakin akan pergi sekarang, May?" tanya Mala setelah tadi dia tau adiknya itu akan pergi ke mess lagi. "Iya, Mbak. Maaf, bukannya aku tidak memikirkan tentang bapak yang baru pulang dari rumah sakit, tapi--" "Mbak paham, May. Mbak bertanya karena kamu kan pastinya sudah ambil cuti," sela Mala yang dibalas anggukan samar dari adiknya. "Kalau aku masih di sini, aku jadi teringat terus dengan kemalangan aku, Mbak." Maya menghela napas kasar, bukan tak menerima apa yang juga sudah dia putuskan, tapi memang untuk sekarang ini dia hanya ingin menjauh dulu. Menyendiri. "Mbak paham. Diantar suami kamu 'kan perginya?" tanya Mala dengan sengaja menyebut siapa Firhan bagi adiknya itu, hanya agar Maya selalu ingat, bahwa Firhan-lah suaminya, bukan Arman. "Dia maksa mau anter, Mbak. Padahal tadinya aku mau pergi sendiri." "Sudah siap?" Suara Firhan dari ambang pintu terdengar, Maya dan Mala langsung mengalihkan tatap ke anggota baru keluarga mereka itu. "Sudah. Ayo," ujar Ma

    Last Updated : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 12

    Arman: [Bang!] Dengan cekatan cepat Firhan menekan tanda telpon, namun dia harus kecewa karena adiknya itu malah menolak panggilannya. "Ck, kenapa ditolak, Man?!" geram Firhan. Arman: [Nggak perlu nelpon, Bang.] [Cukup balas chat aku saja.] Firhan mendengus kasar, tapi tak urung jarinya bergerak pada layar ponselnya membalas pesan Arman. Firhan: [Ribet kamu, Man! Di mana kamu?] Arman: [Satu tempat, Bang. Gimana keadaan Maya?] Firhan terkekeh membaca pesan Arman. "Masih kamu tanya juga gimana keadaan kekasihmu itu, Man?" gumam Firhan sambil membalas pesan Arman. Firhan: [Mau apa kamu nanyain istri aku? Bukannya kamu sudah kenal dengan kakak iparmu itu?] Balas Firhan yang seakan menampar telak Arman status Maya untuknya saat ini. Arman tertunduk tanpa membalas pesan kakaknya lagi. Ini pilihan dia bukan? Memilih mengorbankan kebahagiaannya dan Maya. Firhan: [Kenapa tidak balas? Nyesel sekarang sudah meminta abang jadi pengantin pengganti?] Arman merema

    Last Updated : 2025-01-20
  • Suami Titipan Mantan   bab 13

    "Kamu baik-baik aja 'kan, May?" Nova merangsek masuk, lalu segera menerima pelukan Maya yang langsung tergugu dalam dekapannya. "Sabar, May! Kamu pasti kuat!" bisik Nova mengusap punggung Maya yang bergetar karena tangis. "Salah aku apa sampai dia tega melakukan semua ini sama aku, Nov? Padahal dua hari yang lalu semua masih baik-baik saja," ucap Maya membuat Nova hanya bisa mengangguk. "Dia meminta agar kami tidak saling terhubung sampai hari H, pingitan katanya. Tapi nyatanya, dua hari itu dia tengah menyusun rencana buat ninggalin aku di pelaminan. Tega, Nov. Dia tega banget sama aku!" raung Maya. "Istighfar, May." Nova ikut menangis, dia tahu jelas perjalanan cinta Maya dan Arman. Tak menyangka Arman yang terlihat begitu mencintai Maya, justru menjadi sumber luka tak berperi untuk sahabatnya itu. Maya pun mengikuti apa yang Nova katakan, menyebut nama Tuhan agar hatinya terus kuat menghadapi cobaan. "Nah, begitu. Tarik napas yang dalam, terus hembuskan," lanjut Nova sa

    Last Updated : 2025-01-20
  • Suami Titipan Mantan   bab 14

    "May … apa saat Arman kembali dan dia mengatakan semua alasan kenapa dia pergi, kamu akan memaafkan dan kembali padanya?" tanya Firhan mengulang pertanyaan yang belum dijawab Maya, hatinya mendadak gamang, apa yang akan dia lakukan saat gadis yang saat ini berstatus istrinya menjawab iya? "Bukankah kita sudah sepakat untuk melanjutkan pernikahan ini, Bang?" Pertanyaan Firhan Maya jawab dengan pertanyaan lainnya. "Apa itu artinya kamu sudah benar-benar menerima kehadiran saya?" balas Firhan cepat. "Kita sudah membahasnya bukan? Dan baik abang ataupun aku setuju untuk menjalani. Jadi, kita ikuti saja alurnya akan seperti apa. Mengenai kedatangan adikmu lagi suatu saat nanti, bahkan mendengar alasannya pun aku sudah tidak memerlukannya lagi, Bang." Jelas sudah jawaban dari Maya, dari sana Firhan semakin yakin untuk segera mengurus semua berkas untuk buku nikah keduanya. "Makasih, May. Saya pegang ucapan kamu. Jangan lupa untuk bilang sama saya kalau kamu membutuhkan sesuatu. Oh

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Suami Titipan Mantan   bab 59

    "Sampe kaget gitu," ledek Maya menertawakan Firhan, padahal dia sendiri tengah mencoba menenangkan dirinya imbas perkataannya sendiri. "Harus minggir dulu, biar bisa fokus." Firhan menepikan mobil, lalu menatap Maya yang sudah memerah wajahnya. "Coba bilang sekali lagi ... yang jelas," kata Firhan menggenggam lembut tangan Maya, matanya lekat menatap manik mata sang istri. "Apaan sih, Bang. Ayo jalan lagi, katanya mau ke rumah bapak?" elak Maya menahan senyum. Firhan menggeleng merasa dipermainkan Maya. "Nggak jadi. Mau ajak ke hotel aja." "Ya ayo! Kemana aja abang mau bawa Maya, Maya ikut," balas Maya. Firhan tersenyum lebar, diciuminya tangan Maya. "Yakin?" Firhan masih mencari celah apa kebohongan itu ada. Maya menarik napas panjang, lalu mengangguk dengan sangat yakin meski wajahnya kini semakin merah saja. "Beneran sudah siap jadi istri abang sepenuhnya?" lirih Firhan membelai pipi Maya, gadis itu merasakan tubuhnya panas dingin. "Y-ya," sahut May

  • Suami Titipan Mantan   bab 58

    "Kamu pulang ke mana, May?" tanya Nova saat jam kerja habis. Setelah semua orang tahu tentang status pernikahannya dengan Firhan, Nova yakin Maya tidak akan tinggal di mess lagi. "Rumah abang," jawab Maya dengan malu. "Udah aku tebak, sih. Huh, aku jadi nggak ada temen ngegosip. Sepi," keluh Nova sedih namun dibalut canda. "Maaf, ya?! Abis mau gimana lagi?" ucap Maya, mereka tengah berjalan menuju keluar bangunan produksi, dia sudah tidak terlalu menjadi perhatian setelah para karyawan tahu dirinya istri Firhan, meski tentu saja sikap Rima jadi berubah drastis padanya. Atasannya itu jadi judes, sangat menyebalkan. Tapi Maya memilih abai, selama Rima tak membuat kontak fisik untuk menyakitinya, meski jadi suka membentak kalau memberikan perintah padanya. Biarlah, mungkin Rima sangat berharap pada Firhan sebelumnya, jadi begitu tahu laki-laki yang disukainya ternyata sudah menikah, dia jadi kecewa dan patah hati. "Loh, ya nggak papa, May. Aku paham, kok. Emang seharusny

  • Suami Titipan Mantan   bab 57

    Berita menyebar dengan cepat, hingga Maya merasa sungkan saat pergi ke kantin dengan Delia dan Nova. Dirinya terus mendapat tatapan dari para karyawan, tak jarang tatapan sinis juga bisik-bisik yang membuat Maya semakin tak nyaman. Sebagian besar mereka tak menyangka kalau pemeran utama laki-laki yang sempat viral jadi pengantin pengganti itu adalah; Firhan. Dan itu mereka sesalkan, lalu membandingkan Maya dan Rima yang selama ini mereka pikir mempunyai hubungan khusus dengan Firhan. "Boleh gabung di sini, kan?" Suara Firhan membuat Maya mengangkat kepalanya dari menekuri makan siangnya. "Bang," ucapnya, lalu melihat sekeliling yang kini menjadikan dia pusat perhatian. "Geser, Sayang," titah Firhan menyimpan nampan di sebelah nampan milik Maya. Nova dan Delia saling lirik dengan mengulum senyum, jelas sekali kalau Firhan benar-benar mencintai Maya. "Kenapa abang makan di sini? Bukannya di meja para staf?" Firhan tak menggubris pertanyaan Maya, dia langsung menjatuhkan

  • Suami Titipan Mantan   bab 56

    Maya sudah kembali bekerja, dua hari waktu istirahatnya sudah habis. Saat ini dia sedang tegang membayangkan reaksi semua orang yang pastinya sudah mengetahui tentang statusnya dan Firhan. Nova sudah memberitahu Maya, bagaimana dirinya diberondong pertanyaan oleh banyak karyawan. "Tegang amat," kekeh Firhan yang fokus mengemudi. "Takut," balas Maya tak ingin berbohong. "Santai saja, nanti juga nggak akan ada yang berani nanya. Liat saja," ucap Firhan sangat yakin. Maya berdecak, dia sudah tidak sungkan menunjukkan sikap di depan Firhan. "Sok tau!" Firhan tertawa, dengan Maya dirinya kini bisa tertawa lepas tanpa beban. Jadi bagaimana mungkin dia akan melepas Maya untuk Arman lagi? Maya istrinya, dia akan egois mempertahankan Maya. Meski selama dua malam tidur bareng, hubungan mereka belum lanjut ke tahap lebih intim, Firhan menunggu Maya benar-benar siap. Justru saat ini dia sedang membuat rencana, untuk mengundang rekan kantornya sebagai bentuk syukuran pernikaha

  • Suami Titipan Mantan   bab 55

    Arman tak pernah menyangka dirinya akan berada di titik ini. Keputusannya meninggalkan Maya, membuka kebenaran lain tentang siapa dirinya. Meski saat Lidya mengatakan, kalau wanita yang selama ini disangkanya sang ibu memang berniat membuka siapa jati diri Arman setelah dia menikah dengan Maya, pasti efeknya tidak akan seperti ini kalau Maya benar-benar menjadi miliknya. Dia pastinya tidak akan merasa sendiri, ada Maya yang akan menemaninya melewati semua kebenaran yang baru terungkap itu. Air mata Arman bercucuran, dadanya sesak serasa ada batu yang menghimpit di sana, berkali-kali dia menyesali lagi keputusannya yang keliru, namun semua terlanjur terjadi. Dia hanya berharap kesempatan memiliki Maya bisa terjadi. Seperti katanya pada Firhan tadi, dia hanya menitipkan jodohnya pada lelaki itu. Meski semua kekeliruannya harus dibayar dengan melajang seumur hidup. Mungkinkah? Sedang Firhan berhadapan dengan Lidya dan Rudi, dia mendengarkan dengan runut cerita yang dijabar

  • Suami Titipan Mantan   bab 54

    "Kamu belum baca surat ini, bukan? Padahal dalam surat ini aku menjelaskan semuanya dengan rinci, rencana juga tujuan aku melakukan semua ini. Tapi, kamu justru belum membacanya. Atau … bang Firhan sengaja menyembunyikan surat itu dan tak menginginkan kamu membacanya?" tuduh Arman dengan sangat tak tahu diri. "Jaga ucapanmu, Arman!" sergah Firhan atas tuduhan tak jelas Arman. "Aku justru menyelamatkan surat si-alan itu saat Maya akan merobeknya!" sambungnya. "Oh, ya? Lalu bagaimana bisa surat ini bisa Angga temukan di stasiun? Kalau benar Maya ingin merobeknya, pasti surat ini--" "Justru aku yang harusnya bertanya kenapa surat itu bisa ada di tanganmu?" Firhan menarik Maya hingga mereka kembali berdiri berdampingan. Pertanyaan Firhan mewakili pertanyaan Maya, dia mencoba menebak kalau Angga menemukan surat itu saat mereka bertemu dan memberikannya pada Arman. Berarti kecurigaannya benar kalau Angga memang mengetahui Arman ada di mana. "Tak penting! Yang terpenting seka

  • Suami Titipan Mantan   bab 53

    Maya memalingkan wajah, dia bisa merasakan Firhan menatapnya dari samping. Tak ingin larut dalam rasa yang belum semuanya bisa terganti, Maya mengajak Firhan untuk segera pergi dari sana seperti apa yang Rudi katakan tadi. "Aku akan jelaskan semuanya nanti, Maya. Tunggu aku!" seru Arman saat Maya malah pergi dengan Firhan yang terus merangkul pinggangnya, sedang Nova mengikuti di belakang suami istri tersebut. Maya tak menoleh sama sekali, bahkan sampai di dalam mobil pun suaranya tak terdengar. Firhan membiarkan istrinya dalam mode senyap, tapi tidak dengan tangannya yang sesekali menggengam jemari Maya. "Mbak Nova ikut ke rumah saya, ya?!" ajak Firhan, tapi Nova langsung menolak karena dia tahu ada banyak hal yang pastinya akan dibahas oleh keluarga suami Maya itu. "Nova berhenti di pertigaan saja, Bang. Biar naik ojek nanti." Namun Firhan tentunya tidak akan menuruti perkataan Nova, mobil dia arahkan dulu ke mess untuk mengantarkan Nova. "Makasih ya, Mbak. Maaf

  • Suami Titipan Mantan   bab 52

    "Loh, mbak Maya dari mana? Tadi suaminya nyariin, loh," ujar perawat yang tadi datang ke kamar Maya dan berbicara pada Firhan. "Saya dari taman, Sus. Emang suami saya udah ada, ya?!" tanya Maya dengan cemas. "Iya. Sama tiga orang lainnya gitu tadi." "Oh, iya, Sus. Makasih infonya," ucap Maya yang dibalas anggukan perawat tersebut. "Apa aku bilang, May? Babang Ican pasti udah datang," kata Nova. "Ya kenapa nggak bales pesan aku," jawab Maya, langkah keduanya melambat saat semakin dekat ke kamar Maya yang pintunya terbuka. Samar Maya dan Nova mendengar perdebatan dari dalam sana. Bahkan Maya bisa dengan jelas mengenali suara siapa saja yang tengah berbicara dengan nada kekesalan yang begitu kentara. "May, siapa di dalam? Aku nggak denger suara babang Ican tapi," kata Nova berhenti tepat di dekat pintu. "Itu suara mama, papa, dan …." "Si brengsek, kan?" lirih Nova yang diangguki Maya. "Jangan panggil aku mama lagi. Cukup sudah aku menahan semuanya. Menerima sem

  • Suami Titipan Mantan   bab 51

    "Mana Maya, Bang?" tanya Arman yang bahkan tidak ditanggapi Firhan, dia mencari Maya ke kamar mandi mengira istrinya ada di sana. "May, kamu di dalam, Sayang?" Panas hati Arman mendengar Firhan memanggil Maya dengan panggilan itu. "Sok romantis!" decihnya. "Apa urusanmu?!" balas Firhan menatap tajam. "Sudah cukup!" hardik Rudi. Arman membuang muka, sedang Firhan masih terus mengetuk pintu kamar mandi. Hingga tak lama seorang perawat masuk membawa kertas. "Ini resepnya, Pak," ujar perawat tersebut memberikan kertas tersebut pada Firhan. "Resep baru lagi, Sus?" tanya Firhan. "Oh bukan, itu untuk obat yang harus diminum istri bapak di rumah nanti. Silakan selesaikan administrasinya, ya Pak," jawab suster tersebut lalu berbalik. "Apa? Istri saya sudah bisa pulang?" tanya Firhan bingung. "Iya, Pak. Tadi dokter sudah mengizinkan bu Maya pulang, infus juga sudah dibuka. Tadi kata bu Maya bapak sedang ada perlu," jelas suster tersebut. "Lalu istri saya ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status