Share

bab 54

Penulis: Pusparani Surya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-28 19:10:52

"Kamu belum baca surat ini, bukan? Padahal dalam surat ini aku menjelaskan semuanya dengan rinci, rencana juga tujuan aku melakukan semua ini. Tapi, kamu justru belum membacanya. Atau … bang Firhan sengaja menyembunyikan surat itu dan tak menginginkan kamu membacanya?" tuduh Arman dengan sangat tak tahu diri.

"Jaga ucapanmu, Arman!" sergah Firhan atas tuduhan tak jelas Arman. "Aku justru menyelamatkan surat si-alan itu saat Maya akan merobeknya!" sambungnya.

"Oh, ya? Lalu bagaimana bisa surat ini bisa Angga temukan di stasiun? Kalau benar Maya ingin merobeknya, pasti surat ini--"

"Justru aku yang harusnya bertanya kenapa surat itu bisa ada di tanganmu?" Firhan menarik Maya hingga mereka kembali berdiri berdampingan.

Pertanyaan Firhan mewakili pertanyaan Maya, dia mencoba menebak kalau Angga menemukan surat itu saat mereka bertemu dan memberikannya pada Arman. Berarti kecurigaannya benar kalau Angga memang mengetahui Arman ada di mana.

"Tak penting! Yang terpenting seka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suami Titipan Mantan   bab 1

    JTA 1"Saya terima nikahnya Ismaya Seroja dengan mas kawin tersebut tunai!"Lantang suara itu membuat Maya memejamkan mata. Dia jelas tak salah mengenali suara. Dia tahu dengan pasti, laki-laki yang beberapa detik lalu menyebut namanya dalam ikrar ikatan suci, bukanlah kekasihnya, Arman."Mbak ...!" seru Maya saat melihat pintu kamarnya dibuka dari luar, sosok sang kakak datang dengan wajah yang terlihat murung."Selamat, May, kamu sudah resmi jadi seorang istri," ucap Mala memaksa segurat senyuman di bibirnya."Tapi, kenapa suara Arman terdengar berbeda, Mbak? Itu--""Kamu lihat langsung saja, ya?! Yuk, kita keluar sekarang," sela Mala tak memberikan Maya kesempatan untuk berbicara banyak. Dengan lembut ditariknya tangan Maya untuk berdiri."Mbak, semua baik-baik saja, kan?" tanya Maya menahan langkah dari tarikan tangan Mala. Hatinya berkata ada yang tidak beres."Yang barusan ngucapin janji buat sehidup semati denganku Arman 'kan, Mbak?"Mala memalingkan tatap dari tuntutan pertany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 2

    "Tolong jangan seperti ini, Maya! Saya akan menjelaskan semuanya!" kata Firhan yang mengabaikan pemberontakan Maya. "Aku mau ketemu Arman, Bang! Aku mau dia langsung yang menjelaskan semuanya padaku! Bagaimana bisa tiba-tiba pengantinku berubah jadi kamu, Bang?!" raung Maya. Suaranya terdengar sampai keluar kamar. Kerabat dan para tamu undangan bahkan bisa mendengar teriakan pengantin wanita itu. Ibu Maya menatap sedih pada pintu kamar anaknya yang tertutup rapat. Di sebelahnya, sang suami menatap tajam pada kedua besannya yang menunduk malu. Lantas saja tadi rombongan pengantin laki-laki hanya satu mobil yang datang. Ternyata rencana yang sudah disusun sedemikian rupa, berubah tak seperti awalnya. Pengantin pria, berganti orang yang tidak dia duga. Andai saja dia tidak ingat akan malu oleh tetangga, akan dia batalkan saja pernikahan anak bungsunya itu. Tapi kadung penghulu sudah datang, dia pun tak bisa menolak saat harus berganti menantu tiba-tiba. "Sebenarnya kemana Arman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 3

    Ingatan Firhan lantas kembali pada saat dia menemukan selembar surat di atas tempat tidurnya. Dia baru saja datang khusus untuk acara pernikahan adiknya itu, tapi bukannya dia mengucapkan selamat atas pernikahan Arman, justru dia yang jadi terjebak dalam pernikahan dengan calon adik iparnya. "Kamu jangan gila, Arman! Kembali cepat!" murka Firhan setelah membaca goresan tangan Arman di surat yang ditulis untuknya. Namun percuma karena setelah menjelaskan kalau dia tidak bisa mengubah keputusannya, Arman lantas memutuskan sambungan teleponnya. Dengan amarah juga kebingungan yang memenuhi kepala, Firhan berjalan menuju ke kamar Arman. Langkah tergesa Arman yang baru saja sampai, membuat Rudi dan Lidya yang tengah melihat kelengkapan hantaran untuk esok, bertanya. "Bang, istirahat dulu. Biarkan Arman--" "Arman nggak ada, Ma, Pa! Anak itu pergi!" sela Firhan dengan menahan kekesalan juga amarah. "Apa? Pergi gimana maksudnya?" Lidya langsung mendekat Pada Firhan. Dia tahu Arman mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 4

    Kata-kata penuh pertanyaan Maya menyentil ego Firhan. Dia tahu dia tak diinginkan oleh gadis itu. Begitu pun dengan dirinya yang merasa terpaksa mengikuti keinginan adiknya, untuk menjadi pengantin pengganti. Namun pantang bagi Firhan mempermainkan satu hubungan. Pernikahannya dengan Maya jelas sah secara agama juga negara, meskipun buku tanda statusnya kembali menjadi seorang imam, belum ada dalam genggaman. Lantas, akankah dia mengikuti keinginan Maya yang ingin ikatan suci mereka dibatalkan? "Kamu sadar dengan apa yang kamu tanyakan, Dik?" tanya Firhan dengan tatapan tajam, berbeda dengan sorot mata tadi yang menatapnya penuh rasa bersalah. "Memangnya Abang berniat serius dengan pernikahan ini? Kita sama-sama terpaksa, Bang! Abang dengan paksaan Arman." Maya memejamkan mata saat harus mengucapkan nama itu, nama yang selama lima bulan terakhir selalu ada dalam hati dan pikirannya. Namun nama itu yang sekarang sangat enggan dia sebut untuk satu alasan pun. "Dan aku yang merasa di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 5

    Nova [May, ini nama kamu bukan, sih?] Satu screenshoot melengkapi pesan Nova, jelas nama yang tertera di sana adalah namanya. Tulisan yang menyertai postingan tersebut, yang menunjukan Firhan tengah ijab kabul dengan ayahnya tercetak jelas.[Kasihan, adiknya lari dari pernikahan, kakaknya yang menggantikan. Yang sabar ya, Mbak.] Air mata Maya kembali berjatuhan. Tapi tak lama gadis itu tersenyum, lalu tertawa dengan air mata yang membasahi pipi. "Kamu lihat, Arman? Gara-gara kamu aku jadi terkenal. Hahaha!" Lagi satu dan pesan lainnya masuk. Nova [May, kamu ok, kan?] "Pertanyaan yang bodoh, Nova." Nova: [Yang sabar, ya May. Tapi suami kamu ganteng, kok! Emang kamu sama si Arman ada masalah apa, sih? Kok, tiba-tiba dia batalin pernikahan kalian?] Maya: [Aku baik-baik aja, Nov. Kamu tenang aja.] Nova: [Alhamdulillah. Nanti pulang kerja aku ke rumah kamu, yang sabar, ya?!] Maya tak membalas pesan Nova lagi, pun dengan pesan lainnya yang masuk tak dihiraukannya sama sekali

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 6

    Sementara di kamar rawat Idham, Lani merasa lega karena suaminya sudah sadar, selang oksigen terpasang untuk membantu pernapasan. "Maya mana, Bu?" tanya Idham sambil mengamati di mana dia sekarang. "Sebentar lagi pasti sampai, lagi dijemput Nak Firhan." Lani membenarkan selimut yang menutupi perut suaminya. Di dekatnya Rudi dan Lidya menatap wajah lelah besannya yang terbaring lemah. "Pak Rudi," panggil Idham pada besannya. "Iya, Pak." Rudi lantas mendekat. "Saya mohon maaf, kalau sekiranya nanti saya lebih memilih bagaimana keputusan Maya untuk kelanjutan pernikahan dia dengan Nak Firhan. Saya tahu saya juga salah, karena tidak meminta persetujuannya saat calon suaminya harus diganti Nak Firhan." "Jangan bicarakan ini dulu, Pak. Sekarang ini, kesehatan bapak lebih penting. Saya yakin Maya pun bisa--" "Assalamua'aikum." Suara salam menghentikan perkataan Rudi, Maya memasuki kamar rawat ayahnya dengan tergesa. "Pak, Bapak baik-baik saja, kan?" Wajah panik dan sedih Maya semakin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 7

    Mobil Firhan memasuki pekarangan, tenda yang masih terpasang, juga tumpukan kursi yang tadi pagi sempat dipakai, membuat hati Maya kembali teriris. Inilah salah satu alasan dia ingin secepatnya pergi kembali ke mess. Semua bukti hari bahagianya yang berantakan, terpampang jelas di depan mata. Hembusan napas kasar Maya terdengar oleh Firhan, belum lagi tatapan gadis itu yang berubah jadi sendu saat melihat pekarangan rumahnya. Mengerti dengan apa yang tengah dirasakan Maya, Firhan langsung memaklumi kenapa Maya ingin langsung pergi besok. "Kita akan berusaha bareng-bareng, Dik," ujar Firhan saat dia bisa menebak arah pikiran Maya saat ini. Maya menghempas punggungnya ke sandaran kursi. "Kalau ternyata gagal?" ujarnya kemudian. "Setidaknya kita sudah mencoba melakukan yang terbaik untuk takdir yang sudah tertulis ini," ucap Firhan yang sebenarnya sedang mengingatkan dirinya sendiri juga. "Memangnya Abang tidak punya pacar, jadi langsung mau aja nerima jadi pengatin pengganti?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Suami Titipan Mantan   bab 8

    Waktu berjalan dengan pasti, janji Nova yang akan datang ke rumahnya, dibatalkan oleh Maya. Dia berbohong kalau saat ini tidak ada di rumah, karena harus menunggu Idham di rumah sakit. Dia tak ingin mendapat tatapan iba dan juga kasihan saat temannya itu datang mengunjunginya. "Besok aku masuk kerja, kok. Kita ngobrol sepuasnya nanti. Kamu bebas mau tanya apa juga." Begitu kata Maya saat menelpon Nova agar tidak jadi datang ke rumahnya. Padahal yang sebenarnya pergi ke rumah sakit adalah Mala, dia diminta Lina menemani di rumah sakit sekalian membawa makanan dan pakaian ganti. Selain memberikan waktu berdua saja untuk Firhan dan Maya. Firhan terlihat canggung. Bagaimanapun dia jelas asing dengan rumah yang kini mau tidak mau menjadi rumahnya juga. Ditambah sikap Maya yang kadang masih terlihat seperti melamun, Firhan semakin serba salah akan melakukan apa. Seperti sekarang, dia tengah terdiam sendiri di ruang tengah, sedang Mala ada di dalam kamar, perutnya terasa melilit lapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Suami Titipan Mantan   bab 54

    "Kamu belum baca surat ini, bukan? Padahal dalam surat ini aku menjelaskan semuanya dengan rinci, rencana juga tujuan aku melakukan semua ini. Tapi, kamu justru belum membacanya. Atau … bang Firhan sengaja menyembunyikan surat itu dan tak menginginkan kamu membacanya?" tuduh Arman dengan sangat tak tahu diri. "Jaga ucapanmu, Arman!" sergah Firhan atas tuduhan tak jelas Arman. "Aku justru menyelamatkan surat si-alan itu saat Maya akan merobeknya!" sambungnya. "Oh, ya? Lalu bagaimana bisa surat ini bisa Angga temukan di stasiun? Kalau benar Maya ingin merobeknya, pasti surat ini--" "Justru aku yang harusnya bertanya kenapa surat itu bisa ada di tanganmu?" Firhan menarik Maya hingga mereka kembali berdiri berdampingan. Pertanyaan Firhan mewakili pertanyaan Maya, dia mencoba menebak kalau Angga menemukan surat itu saat mereka bertemu dan memberikannya pada Arman. Berarti kecurigaannya benar kalau Angga memang mengetahui Arman ada di mana. "Tak penting! Yang terpenting seka

  • Suami Titipan Mantan   bab 53

    Maya memalingkan wajah, dia bisa merasakan Firhan menatapnya dari samping. Tak ingin larut dalam rasa yang belum semuanya bisa terganti, Maya mengajak Firhan untuk segera pergi dari sana seperti apa yang Rudi katakan tadi. "Aku akan jelaskan semuanya nanti, Maya. Tunggu aku!" seru Arman saat Maya malah pergi dengan Firhan yang terus merangkul pinggangnya, sedang Nova mengikuti di belakang suami istri tersebut. Maya tak menoleh sama sekali, bahkan sampai di dalam mobil pun suaranya tak terdengar. Firhan membiarkan istrinya dalam mode senyap, tapi tidak dengan tangannya yang sesekali menggengam jemari Maya. "Mbak Nova ikut ke rumah saya, ya?!" ajak Firhan, tapi Nova langsung menolak karena dia tahu ada banyak hal yang pastinya akan dibahas oleh keluarga suami Maya itu. "Nova berhenti di pertigaan saja, Bang. Biar naik ojek nanti." Namun Firhan tentunya tidak akan menuruti perkataan Nova, mobil dia arahkan dulu ke mess untuk mengantarkan Nova. "Makasih ya, Mbak. Maaf

  • Suami Titipan Mantan   bab 52

    "Loh, mbak Maya dari mana? Tadi suaminya nyariin, loh," ujar perawat yang tadi datang ke kamar Maya dan berbicara pada Firhan. "Saya dari taman, Sus. Emang suami saya udah ada, ya?!" tanya Maya dengan cemas. "Iya. Sama tiga orang lainnya gitu tadi." "Oh, iya, Sus. Makasih infonya," ucap Maya yang dibalas anggukan perawat tersebut. "Apa aku bilang, May? Babang Ican pasti udah datang," kata Nova. "Ya kenapa nggak bales pesan aku," jawab Maya, langkah keduanya melambat saat semakin dekat ke kamar Maya yang pintunya terbuka. Samar Maya dan Nova mendengar perdebatan dari dalam sana. Bahkan Maya bisa dengan jelas mengenali suara siapa saja yang tengah berbicara dengan nada kekesalan yang begitu kentara. "May, siapa di dalam? Aku nggak denger suara babang Ican tapi," kata Nova berhenti tepat di dekat pintu. "Itu suara mama, papa, dan …." "Si brengsek, kan?" lirih Nova yang diangguki Maya. "Jangan panggil aku mama lagi. Cukup sudah aku menahan semuanya. Menerima sem

  • Suami Titipan Mantan   bab 51

    "Mana Maya, Bang?" tanya Arman yang bahkan tidak ditanggapi Firhan, dia mencari Maya ke kamar mandi mengira istrinya ada di sana. "May, kamu di dalam, Sayang?" Panas hati Arman mendengar Firhan memanggil Maya dengan panggilan itu. "Sok romantis!" decihnya. "Apa urusanmu?!" balas Firhan menatap tajam. "Sudah cukup!" hardik Rudi. Arman membuang muka, sedang Firhan masih terus mengetuk pintu kamar mandi. Hingga tak lama seorang perawat masuk membawa kertas. "Ini resepnya, Pak," ujar perawat tersebut memberikan kertas tersebut pada Firhan. "Resep baru lagi, Sus?" tanya Firhan. "Oh bukan, itu untuk obat yang harus diminum istri bapak di rumah nanti. Silakan selesaikan administrasinya, ya Pak," jawab suster tersebut lalu berbalik. "Apa? Istri saya sudah bisa pulang?" tanya Firhan bingung. "Iya, Pak. Tadi dokter sudah mengizinkan bu Maya pulang, infus juga sudah dibuka. Tadi kata bu Maya bapak sedang ada perlu," jelas suster tersebut. "Lalu istri saya ke

  • Suami Titipan Mantan   bab 50

    Arman mengusap sudut bibirnya. Pukulan Firhan membuat luka akibat tamparan dan juga kepalan tangan Mala dan Idham, kembali terbuka dan mengeluarkan darah. Perih. Namun jauh lebih sakit dan perih hatinya melihat reaksi Firhan atas ucapannya. Sungguh penyesalan terbesar Arman adalah meminta Firhan menjadi pengantin pengganti untuknya. "Man, kamu berdarah," ucap Lidya mendekat dan mencoba menyentuh sudut bibir Arman, dia langsung terkesiap saat melihat bahkan pipi Arman memar dan bengkak, yang menandakan kalau pukulan Firhan bukan satu-satunya penyebab wajah Arman tak baik-baik saja. "Arman baik-baik saja, Ma. Hati Arman yang justru tidak baik-baik saja" balas Arman membuat Firhan berdecak kesal. "Lalu salah siapa?" sarkas Firhan. "Tapi harusnya abang bisa amanah! Menjaga apa yang sudah aku titipkan pada abang. Bukan malah merampas dan menikmatinya! Gimana, terlalu nikmat 'kan Maya?" ejek Arman membuat Firhan kembali berang. "Sial-an kau, Arman! Seenaknya kamu samakan M

  • Suami Titipan Mantan   bab 49

    Sedang Firhan nampak gelisah. Dia tak menemukan kedua orang tuanya saat kembali ke luar. Apalagi ponselnya juga ada pada Lidya jadi dia tidak bisa mengetahui dimana mereka. Kegelisahan Firhan tertangkap oleh Maya, beberapa kali Maya melihat suaminya itu menghela napas panjang. "Abang kenapa? Ada yang abang pikirkan?" tanya Maya akhirnya. Firhan tersenyum, lalu menggeleng. "Nggak ada. Cuma bingung mama sama papa kemana," jawab Firhan menggenggam tangan Maya. "Ada apa, Bang?" tanya Maya yang merasa kalau ada yang disembunyikan oleh Firhan. Firhan mengernyit heran karena Maya seakan tahu ada yang dia sembunyikan, tapi masih berusaha menutupi. "Memang kenapa?" "Maya tau abang menyembunyikan sesuatu. Mama juga. Tadi pas nerima telepon dari Anna, kalian langsung berubah. Ada apa? Apa ada hubungannya dengan … Arman?" Firhan menghembuskan napas kasar, genggaman tangannya diurai. "Abang ingin hubungan kita semakin baik, kan?" Firhan mengernyit heran dengan pertan

  • Suami Titipan Mantan   bab 48

    "Benar juga, Pa. Terus dia … dia datang ke rumah pak Idham untuk mencarinya saat tak bisa menemui Maya!" tebak Lidya dengan nada khawatir dalam suaranya. "Biar papa telepon pak Idham," usul Rudi. "Tapi apa alasannya tiba-tiba papa nelpon pak Idham buat nanyain Arman?" Di tengah kebingungan Lidya dan Rudi, pintu kamar Maya terbuka, Firhan keluar sambil menerima telepon. "Ma, Pa, kata bi Suti di rumah ada Arman." "Apa?!" "Sini teleponnya. Biar mama bicara sama bi Suti." Firhan memberikan ponselnya pada Lidya. "Halo, Bi. Beneran ada Arman di rumah?" tanya Lidya begitu ponsel Arman sudah berpindah tangan. "Iya, Bu. Sekarang mas Arman lagi istirahat di kamar tamu," jawab Suti setengah berbisik, bahkan matanya awas melihat ke pintu kamar tamu yang tertutup rapat, lalu melangkah ke ruang makan. "Kapan Arman datang, Bi?" tanya Lidya dengan hati yang tak menentu. Kehadiran Arman membuatnya cemas akan hubungan Maya dan Firhan. "Baru lima belas menitan, Bu. Saya

  • Suami Titipan Mantan   bab 47

    "Mama, papa," sapa Firhan berdiri. "Ya ampun, menantu mama kenapa?" Lidya mendekat, lalu menyentuh kening Maya. "Maya nggak papa, Ma. Maaf sudah membuat mama sama papa repot dan khawatir," ujar Maya menatap sendu pada mertuanya. Rudi berdiri di samping Lidya sambil mengangguk, disimpannya parsel buah yang dibawanya. "Nggak ada yang direpotkan. Kamu jangan banyak pikiran, ya?" Maya mengangguk sambil tersenyum sungkan. "Mama nggak ngabarin bapak dan ibu kan soal kondisi Maya?" tanya Firhan. "Nggak. Mama belum mengabari, apalagi pas abang bilang Maya baik-baik saja. Apa--" "Syukurlah kalau mama belum ngabarin ke bapak. Maya takut mereka cemas, apalagi bapak baru sembuh, takut malah berdampak pada kesehatan bapak," sela Maya. "Iya. Sebentar, mama periksa hp dulu, perasaan dari tadi bunyi terus. Tadi pas beli buah bunyi, sekarang bunyi lagi," kata Lidya yang pada saat Arman menghubunginya dia tengah memilih buah. "Eh, ke papa juga ada yang nelpon, Ma. Tapi nomo

  • Suami Titipan Mantan   bab 46

    Rumah itu terlihat sepi saat Arman sampai, menyesal juga tadi dia tidak ke toko lebih dulu. Otaknya tidak bisa berpikir jernih, hingga tak kepikiran mampir ke toko tempat Rudi menjalankan roda perekonomian keluarga. Menghempas pintu mobil dengan kasar, Arman bergegas menuju pintu gerbang. Namun dia kembali harus menelan kekecewaan saat tahu pintu pagar dalam keadaan terkunci. "Kemana mama? Apa ikut dengan papa ke toko?" Arman memukul angin, menendang pintu pagar yang bahkan tak punya salah apa pun padanya. Lidya tentu sering ikut dengan Rudi ke toko, tapi tak pernah pagar harus digembok seperti ini. Kecuali berniat pergi untuk jangka waktu yang lama. Arman merosot di depan pintu pagar, bersandar tanpa peduli dengan sekitar. Tenaganya terkuras, dari semalam dia belum beristirahat dengan baik, selain ketiduran di mobil. Bahkan sebutir nasi pun belum ada masuk ke lambungnya. "Mama kemana?" lirih Arman. Dia kembali berdiri saat teringat belum menelpon Lidya, dia pun kembali ke

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status