Usai berpakaian, Anggun segera berjalan lagi ke luar dari kamarnya. Niatnya tentu saja masih untuk menemui Asisten Rumah Tangga yang baru itu. Anggun ingin mencari tahu lebih lanjut tentang dirinya, serta tentu saja kemungkinan untuk bisa meminta bantuan pada wanita itu untuk membantunya.Saat keluar dari kamar dilihatnya ruang tamu telah sepi. Sama sekali tidak ada lagi suara bising seperti suara mesin vacuum cleaner ataupun kesibukan lainnya lagi di rumah itu, seakan-akan hanya ada dirinya sendiri lagi di penjara kaca itu. Namun kemudian Anggun pun berjalan menuju bagian belakang dari rumah ini sebab dia yakin perempuan paruh baya tadi pastilah ada di sekitar sana.Namun, dapur dan ruang makan juga terlihat sepi. Adapun Anggun sempat dibuat kagum dengan keadaannya yang telah begitu bersih dan rapi. Tampaknya terlepas dari kekurangan beliau sepertinya ART baru itu memang seseorang yang pekerja keras dan pandai terhadap tugas yang dibebankan terhadap dirinya. Sehingga tak heran mengap
‘Dia tak juga kapok walau telah kuperingatkan seperti tadi. Bisa-bisanya dia terus mengucapkan omong kosong seperti ini.’Sean hanya menunjukkkan ekspresi yang datar saja saat membaca pesan yang dia dapatkan di ponselnya. Walau itu dikirimkan oleh nomor baru yang tidak dikenal, namun dia dapat segera mengidentifikasi pengirim. Sehingga tak heran dia tampak langsung menghapus pesan-pesan tersebut. Ia bahkan dengan tanpa pikir panjang juga memblokir nomor pengirimnya tadi.Omong-omong Sean tampak kembali berjalan ke luar dari gedung hotel bintang lima tadi. Ia baru saja menyelesaikan sebuah pertemuan penting selama sekitar tiga jam, lalu kini memutuskan untuk melanjutkan agenda kerjanya yang berikutnya.“Apa kita langsung saja kembali ke kantor, Tuan? Atau… apa ada tempat lain yang ingin Anda singgahi sebelum itu?” tanya Armand begitu mereka hampir tiba di mobil yang telah menunggu untuk mereka di halaman depan hotel.“Kita ke tempat di mana gedung apartemen baruku tengah dibangun. Kita
Walau Sean mencoba untuk mengabaikannya dengan sibuk bekerja, namun sebenarnya pria itu masih sangat terganggu dengan pertemuannya dengan Clara beberapa jam yang lalu. Melihat wajah perempuan itu saja sudah sangat memancing kemarahannya terkait masa lalu. Belum lagi kata-katanya yang masih saja seperti tak merasa salah apapun walau tindakannya dulu sangat merugikan Sean dan Tiara. Karena chat yang dia kirimkan pada mendiang.Namun walau begitu Sean tak mau terlibat lebih jauh dengannya.Bukan karena Clara adalan cinta pertama yang belum dia lupakan, namun karena ia merasa tak perlu lagi berturusan dengan perempuan itu setelah semua yang terjadi. Sean berpikir kalau memutus hubungan sepenuhnya dengan perempuan itu adalah jalan terbaik, sebab dirinya sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya untuk meladeni perempuan itu. Toh pada akhirnya perbuatannya itu tidak akan cukup untuk menghapus rasa bersalah dan penyesalanan yang ada di hatinya terkait semua ini.Lalu kalau begitu, kenapa ia mala
Setelah menyampaikan perintahnya pada Anggun, Sean pun segera memutus sambungan itu tanpa mendengar sahutan gadis itu. Karena tentu saja, pada akhirnya pendapat perempuan itu sama sekali tak penting. Dia hanyalah seorang ‘pengikut’ yang tanpa kuasa sama sekali di rumah ini. Meninggalkan seluruh beban pikiran yang didapatkannya hari ini, Sean pun segera berjalan ke kamar mandi. Tentu saja setelah melepas seluruh pakaian yang dikenakannya pada hari ini dan menyambar salah satu handuk yang telah disediakan di sebuah rak di kamar mandi. Sekitar lima belas menit kemudian, pria itu tampak kembali keluar dari dalam sana. Ia tampak hanya mengenakan handuk putih tadi yang dilingkarkan di pinggangnya. Sekilas tubuh kekarnya itu tampak lebih menggoda dengan tampilan yang masih cukup basah. Rambutnya yang biasa disisir rapi san klimis pun menyajikan penampilan baru saat dalam keadaan acak-acakan. Namun, alih-alih segera mengenakan pakaian, pria itu tampak mendekati ponselnya lagi yang tadi diti
Anggun lagi-lagi harus memaksakan dirinya untuk menelan makanan-makanan itu. Masakan Bi Nurul sangatlah enak dan bahkan lebih sesuai dengan seleranya dibanding hasil tangan dari koki panggilan yang dipanggil Sean kemarin, namun tetap saja itu bukan alasan yang cukup untuk membuatnya menikmati segala hidangan ini saat duduk berhadapan dengan monster itu.Sementara itu berbanding terbalik dengan dirinya, Sean tampak malah makan dengan sangat lahap. Bahkan tadi ia sempat menambah nasi, seraya mencicipi segala jenis hidangan yang ada di sana. Sehingga Anggun sendiri dapat langsung menilai kalau sang tuan rumah sangatlah menyukai dan menikmati masakan buatan Asisten Rumah Tangganya yang baru itu.Hingga setelah sekitar satu jam lamanya, barulah Sean menyelesaikan santapannya. Menyusul Anggun yang sudah lebih awal meletakkan sendok dan garfu di tangannya.“Masakannya buatannya cukup enak serta beliau juga tampak sangat becus merawat rumah.” Sean tiba-tiba berkata begitu sambil melirik Angg
“Dari mana kamu mengetahui hal itu?”Walau masih memasang wajah datar minim ekspresi, namun Sean langsung merasa puas saat melihat reaksi dari Anggun itu. Saat dia menanyakan kembali hal yang Sean makudkan, sambil berusaha melindungi dirinya dengan menyilangkan tangan di dada. Seolah-olah Sean memiliki mata dengan kemampuan dapat melihat benda tembus pandang.Sebab alasan ia menanyakan hal ini adalah untuk mengetes Anggun guna mengetahui apakah sang gadis sadar kalau semua gerak-geriknya di rumah ini selalu dipantau. Apakah dia tahu kalau ada begitu banyak kamera yang terpasang di berbagai titik di rumah ini – termasuk kamar tidur dan bahkan toilet?Dan melihat reaksinya Anggun sepertinya memang tidak sadar sama sekali.Tentu saja Sean juga sudah berfirasat mengingat gadis ini baru setahun ini saja melek dengan dunia luar. Dia mungkin belum terlalu tahu apa itu CCTV dan kegunaannya, walaupun sebenarnya sejak beberapa bulan ke belakang dia mulai aktif berbaur bahkan membuka kembali to
Anggun tak mau melakukan perintah Sean itu sebebarnya. Dia takut kalau lagi-lagi itu adalah jebakan yang berbahaya. Di mana mungkin Sean akan semakin mudah untuk menjajahnya, sehingga dia semakin kesulitan untuk melepaskan diri.Tapi memangnya dia bisa memilih?Pertanyaan itulah yang akhirnya selalu menghentikannya untuk mengikuti kata hatinya. Anggun sadar kalau dia tak bisa membangkang, sebab ganjarannya yang akan lebih berbahaya mungkin akan langsung menantinya.Itu sebabnya Anggun akhirnya memutuskan untuk mengambil parsel itu, lalu dia bawa ke dalam kamar. Walaupun setibanya di dalam dia kembali bingung tentang apa yang akan dia lakukan, sehingga hanya memandangi benda itu saja selama beberapa belas menit. Seakan berharap agar benda itu bicara padanya lalu menyelamatkannya dari kebingungan ini.‘Aku tak akan pernah tahu kalau tidak memeriksanya. Lagipula pria menakutkan itu benar, kalau sebenarnya aku penasaran dengan botol-botol minuman ini. Sebaaiknya aku memeriksanya saja untu
“Sial, aku tetap tak bisa berkonsentrasi.”Sean mengerang untuk yang kesekian kalinya. Sejenak mengabaikan laptop di depannya yang tengat memuat sebuah proposal pengajuan yang harus dia pelajari sebelum tandatangani.Namun, malam ini ternyata dia tak bisa dengan mudah berkonsentrasi seperti biasanya. Sebab dia masih saja terganggu dengan hal-hal yang berhubungan dengan Clara; mulai dari pertemuan tak sengaja mereka tadi, parsel, hingga fakta kalau perempuan itu telah menyewa salah satu unit di gedung ini untuk lebih dekat dengannya. Untuk kembali mengusik ketenangan hidup Sean.Karena kehadiran Clara selalu memicu kenangan buruk lagi atas kepergian Tiara. Clara membuatnya mengingat lagi kebodohan terbesar di hidupnya, serta penyesalan yang tak akan pernah ada ujungnya.‘Kenapa bisa dengan bodohnya aku melakukan hal itu?’Sean tak akan pernah berhenti mempertanyakan hal itu kepada dirinya sendiri setiap melihat Clara. Bersama dengan kenangan antara mereka sekitar setahun yang lalu.Sea