Kembali ke zaman sekarang.“I-Itu adalah istri kamu?”Anggun bertanya tak yakin pada Sean setelah pria itu menceritakan sedikit tentang istrinya. Bagaimana menurut buku harian Tiara, kedua perempuan itu pertama kali bertemu di atap rumah sakit. Yang kemudian menjadi awal dan perantara dalam takdir kehidupan mereka masing-masing – Tiara meninggal karena penyakit tumor otak, sementara Anggun dapat melihat karena donor mata dari mendiang.“Kamu benar-benar tak ingat atau malah berpura-pura lupa? Bagaimana mungkin di momen sepenting itu – di mana seseorang memutuskan untuk mendonorkan bola mata padamu – kamu sama sekali tidak mengingatnya?” tanya Sean kembali dengan nada yang tajam dan penuh kritikan.“K-Karena tidak pernah ada pembicaraan sampai ke sana.” Anggun menyahut dengan lesu. Lagi-lagi dia masih kaget dengan semua ini, sehinggaa informasi itu diproses begitu lambat di otaknya. Sementara di hadapannya Sean terus menyudutkannya. “Baru sekarang kamu membahasnya, aku pun jadi baru in
Dear Diary ….Hari ini menjadi hari yang penuh dengan tragedi di hidupku. Saat bekerja, aku tiba-tiba merasa pusing lagi, sehingga kuputuskan untuk memeriksakan keadaanku kepada Dokter Aldi. Sudah bisa ditebak kalau beliau kembali mengatakan soal tumor di kepalaku yang semakin membesar dan menekan saraf-saraf di sekitar otakku, sehingga aku kembali disarankan untuk segera melakukan operasi pengangkatan.Tapi kamu tahu, bukan? Aku tetap tak mau melakukannya. Pada nyatanya aku ini juga pernah menjadi seorang Dokter, sehingga aku tahu betul dengan apa yang terjadi pada tubuhku. Kesempatanku untuk selamat dari operasi pengangkatan tumor itu hanya tinggal sekitar 15% saja, sisanya aku bisa mati atau bahkan berakhir menjalani hidup sebagai wanita cacat dan kehilangan kemampuan otakku untuk hal-hal sederhana seperti mengingat diriku atau orang lain di sekitarku.Aku tak mau. Terlebih, karena aku sekarang menyandang status sebagai seorang istri dari pria seperti Sean.Walaupun berjalan singka
Gara-gara membicarakan soal Tiara lagi, Sean ternyata jadi terus kepikiran. Pria itu jadi tak bisa tidur karena kembali dihantui oleh perasaan bersalah dan penyesalan yang selalu menyiksanya selama satu tahun belakangan ini.‘Argh, sial.’Pria sukses yang memiliki bisnis properti besar itu pun akhirnya menyerah. Dia bahkan bangun dari posisinya berbaring, lalu kembali terpengkur memandang potret wajah Tiara di foto pernikahan mereka.‘Kamu tak adil, Tiara. Kamu hanya terus menghakimiku dari sudut pandang kamu saja tanpa menanyakan pendapatku. Kamu juga hanya peduli pada perasaan orang lain saja tanpa benar-benar memikirkan suamimu ini.’Itu adalah omelan yang memang sering dilontarkannya pada Tiara saat berada di titik menyedihkan ini. Karena memang itulah reaksinya setahun yang lalu saat mendengar kematian Tiara begitu saja tanpa mengetahui penyakitnya sama sekali. Lantas saat membaca lembaran-lembaran buku hariannya, saat mengetahui sudut pandang Tiara akan dirinya, hal itu malah se
Saat terbangun di keesokan harinya, Anggun sudah tinggal sendirian di tempat tidur itu. Pria yang semalam bersamanya sudah tidak lagi di kamar itu. Seakan yang terjadi semalam itu hanya bagian dari mimpinya saja karena sekarang tak ada jejak Sean yang tertinggal sama sekali.‘Hari sudah lumayan tinggi. Dia mungkin sudah berangkat bekerja tadi pagi-pagi sekali.’Anggun bergumam di dalam hati setelah melirik jam dinding yang ada di salah satu sudut kamar. Di sana menunjukkan jam setengah sepuluh. Hal itu sesuai dengan keadaan yang terpampang di luar jendela karena sinar matahari tampak sudah cukup terik. Yang pelajarinya selama setahun ini kalau di saat-saat begini biasanya memang semua orang yang memiliki pekerjaan sudah meninggalkan rumah mereka masing-masing untuk menjalankan rutinitas harian mereka.Termasuk orang itu sepertinya. Sebab walaupun Anggun sendiri tak yakin apa pekerjaan yang ia tekuni namun dilihat dari kekayaannya yang melimpah ini tentu saja sudah bisa ditebak dia mer
‘Wanita yang pernah buta sejak lahir bertemu dengan seorang wanita tuli. Kalau dipikir-pikir ini cukup unik juga menyatukan mereka seperti itu. Gadis itu tampak sangat terkejut dan kebingungan.’Sean bergumam di dalam hati saat menyaksikan pertemuan tak biasa antara Anggun dengan Asisten Rumah Tangga barunya itu. Di mana dari ekspresi Anggun yang terlihat di layar, gadis itu memang tampak seperti culture shock saja dengan hal yang saat ini dihadapinya.Memang tadi pagi ketika Sean bersiap hendak berangkat bekerja, pintu rumahnya itu diketuk dari luar. Yang datang adalah Asisten Rumah Tangga yang dicarikan khusus oleh asisten pribadinya, di mana mulai dari hari ini wanita itu akan sangat membantu dalam hal mengurus pekerjaan rumah di penthouse miliknya yang luas itu. Termasuk juga memperhatikan kebutuhan Anggun yang mungkin masih akan tinggal di sana dengannya hingga waktu yang belum ditentukan.Memang dari awal setelah dirinya semakin mantap dengan rencana jahatnya untuk menculik Angg
Seusai sarapan, Anggun sempat dilanda dilema. Sebenarnya dia langsung ingin mengajak bicara Asisten Rumah Tangga yang baru itu lagi untuk lebih mengenalnya, serta mungkin terus berusaha untuk menemukan cara untuk mendapatkan bantuan agar dapat dibawa ke luar.Namun sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat. Masalahnya wanita paruh baya itu tampak masih sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan tempat ini. Terlihat dari bagaimana beliau masih sibuk membersihkan seisi rumah yang luas ini, lalu langsung merapikan kembali meja makan saat melihat Anggun telah selesai menyantap sarapan. Lagipula Anggun juga khawatir kalau beliau pun belum sarapan karena mengutamakan dirinya terlebih dahulu. Sehingga akhirnya dia pun menahan niatan itu.Lagipula Anggun sendiri masih dalam keadaan kusut ala baru bangun tidur karena tadi terburu-buru ke luar kamar akibat berpikir untuk mencari pertolongan. Sehingga dia masih perlu membersihkan dirinya dulu, setelah akhirnya menelan kekecewaa
Hening.Dalam sejenak itulah yang terjadi saat pintu lift itu terbuka, sehingga menampakkan seseorang yang sebelumnya telah berada di depan Sean. Seseorang yang tampak sangat mengejutkannya sehingga membuatnya seperti terpana begitu, seperti sampai tak bisa berkata-kata.“Sean?”Panggilan lembut dari wanita itulah yang terdengar, yang kemudian membuat Sean tersadar. Namun hal selanjutnya yang terjadi adalah ia yang membuang wajahnya dari wanita itu.Tring.Secara kebetulan lift satunya yang berada di sebelah kanan mereka terbuka. Sehingga alih-alih memasuki lift yang masih dihuni oleh perempuan tadi, Sean berbelok menuju lift yang satunya. Membuat Armand yang sejak tadi tak mengatakan apapun namun terlihat paham dengan keadaannya langsung melakukan hal yang sama. Ia dengan setia membuntuti sang atasan.“S-Sean, tunggu.”Namun wanita itu tampak tak menyerah secepat itu. Dia segera keluar dari lift yang ditempatinya tadi, lantas ikut-ikutan masuk ke dalam lift tadi sebelum pintunya kemb
Usai berpakaian, Anggun segera berjalan lagi ke luar dari kamarnya. Niatnya tentu saja masih untuk menemui Asisten Rumah Tangga yang baru itu. Anggun ingin mencari tahu lebih lanjut tentang dirinya, serta tentu saja kemungkinan untuk bisa meminta bantuan pada wanita itu untuk membantunya.Saat keluar dari kamar dilihatnya ruang tamu telah sepi. Sama sekali tidak ada lagi suara bising seperti suara mesin vacuum cleaner ataupun kesibukan lainnya lagi di rumah itu, seakan-akan hanya ada dirinya sendiri lagi di penjara kaca itu. Namun kemudian Anggun pun berjalan menuju bagian belakang dari rumah ini sebab dia yakin perempuan paruh baya tadi pastilah ada di sekitar sana.Namun, dapur dan ruang makan juga terlihat sepi. Adapun Anggun sempat dibuat kagum dengan keadaannya yang telah begitu bersih dan rapi. Tampaknya terlepas dari kekurangan beliau sepertinya ART baru itu memang seseorang yang pekerja keras dan pandai terhadap tugas yang dibebankan terhadap dirinya. Sehingga tak heran mengap
“Hahaha, memang sebenarnya orang-orang rendahan seperti mereka bukanlah tandinganku. Mereka nggak seharusnya menantang keluarga Agrawarsena seperti ini. Sehingga tentu saja, itu sama saja cari penyakit namanya.”Di tengah siaran berita yang menginformasikan tentang kecelakaan maut dan mematikan, sosok Hendro Agrawarsena malah tertawa senang merayakan. Bahkan walau hanya memegang sebotol air mineral karena kondisi kesehatannya yang tak terlalu baik, pria paruh baya itu berlagak seolah-olah sedang berpesta minuman keras.“Sekarang rasakan dampaknya. Lagipula… itu memang pantas kamu dapatkan setelah bagaimana mantan istrinya Sean mau berbaik hati menyerahkan bola matanya. Kini Cinderella dengan dongeng klasik murahannya telah berlalu, sehingga Sean dapat kembali ke kehidupannya yang normal yaitu fokus dengan bisnis-bisnisnya.”Miranda, Mamanya Sean sekaligus informan yang mengatakan soal permasalahan Anggun kepada sang mertua tampak hanya menunduk ngeri. Jauh di lubuk hatinya sebenarnya
Ekspresi wajah Armand tampak langsung berubah begitu dia memeriksa ponselnya. Dengan cepat dia melayangkan pandangan ke arah atasannya yang tengah sibuk memimpin rapat pada hari ini. Diam-diam diliriknya lagi layar ponselnya untuk meyakinkan.[Fikar: Bos, gawat Bos. Kami tengah mengikuti target yang pulang dari rumah sakit hari ini, namun hal yang tak terduga terjadi. Mobil yang ditumpangi target bersama kedua temannya ditabrak oleh sebuah bus dari arah yang nggak terduga. Salah satu penumpang perempuan dinyatakan meninggal di tempat, sementara yang dua lagi langsung dibawa ke rumah sakit.]Armand diam-diam mengirimkan pesan balasan.[Kamu yakin? Jangan bercanda? Lalu siapa yang meninggal? Target atau temannya?]Tak lama kemudian ponselnyaa bergetar lagi.[Fikar: Berikut foto-fotonya, Bos. Tidak mungkin kami bercanda. Mengenai identitas korban tak bisa kami cari tahu, sebab terlalu banyak kerumunan di sini dan mereka langsung dibawa ke rumah sakit. Jadi tidak dapat kami pastikan.]Arm
Hendro sangat berfokus dengan permasalahan cucunya itu belakangan ini, sampai dia sering ditegur oleh dokter pribadinya untuk terus menjaga kesehatan. Namun, anehnya setelah begitu lama pria itu merasa kuat dan gigih begini akan sesuatu setelah penyakitnya menjadi parah sekitar empat tahun yang lalu.Saat ini ia terus berfokus pada Anggun serta niatnya untuk mempidanakan Sean. Selain mencari bukti, dia terus berusaha memelajari strategi gadis itu. Termasuk seperti sekarang dia berusaha mencari tahu tentang orang-orang di sekitar Anggun yang mungkin bisa menjadi ancaman.“Dokter ini terlihat gigih sekali membantu Anggun. Awalnya kukira dia menyukai gadis itu, tapi ternyata tidak. Dia malah menyukai Tiara dan dulu bersahabat sangat baik untuknya. Sehingga itu sebabnya dia memiliki sejenis dendam pribadi pada cucuku.”Hendro bergumam begitu sambil membalik setiap lembar kertas hasil laporan anak buahnya.“Dan Dokter ini… memiliki teman yang merupakan seorang polisi. Belakangan bahkan mer
“Jadi dia bersikeras untuk menuntut? Benar dugaanku kalau dia akan menjadi masalah untuk kita ke depannya.”Hendro Agarawarsena mendesah setelah mendengar rekaman suara terkait pertemuan Sean dan Anggun tadi siang. Karena pria itu memang kembali menggunakan uang dan kekuasaannya untuk memenuhi keinginannya. Termasuk menyuruh orang untuk diam-diam meletakkan penyadap di ruang inap milik Anggun.“Lalu bagaimana? Apa kamu menemukan sesuatu tentang apa yang terjadi dengan mereka selama dua bulan ke belakang ini? Sesuatu yang katanya bisa memperkarakan Sean?” tanya pria paruh baya itu pada seorang pria yang kini berada di depannya.“Seperti dugaan kita, Tuan. Memang cukup sulit untuk menemukannya karena Tuan Sean dan anak buahnya sangat berhati-hati dalam pergerakannya. Tapi… untungnya memang ada sedikit petunjuk.”Pria itu menyerahkan sebuah kertas foto pada Hendro.“Kami mengetahui kalau wanita itu tidak membuka toko bunganya selama dua bulan lebih, Tuan. Memang tak ada laporan kehilanga
Saat Sean berkunjung ke rumah sakit, Anggun tengah tertidur akibat pengaruh obat. Pria itu pun diusir dengan dingin oleh Melya dan William seperti biasanya. Hal itu lantas baru mencapai telinga Anggun di malam harinya.“Besok biarkan saja dia masuk. Biarkan aku bertemu dengannya. Sebab ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya,” kata Anggun tak lama setelahnya.“Tapi, Nggun. Kamu masih lemah. Aku juga khawatir dia akan membahayakanmu—““Sudah kubilang kita harus cepat menangkapnya, Mel. Kita tak bisa membuang waktu. Lagipula kalau dia membahayakanku bukannya akan lebih mudah bagi kita untuk menangkapnya?”Anggun sedikit meninggikan suaranya, yang tentu saja mengejutkan Melya. Walaupun kemudian gadis itu tampak menatap sahabatnya itu dengan kurang enak.“M-Maaf, Mel. Aku nggak bermaksud membentak kamu. A-Aku hanya… aku hanya terlalu gugup saja. Maaf ya?” tanya Anggun menyesal.Melya tersenyum maklum sambil menggelengkan kepalanya. “Nggak apa-apa kok. Aku paham. Aku sebenarnya setuju
“A-Anggun terbangun? Sungguh?”Sean yang awalnya lesu kini tampak lebih terjaga saat mendapat kabar itu dari Armand pagi ini. Ditatapnya sang asisten pribadi dengan serius.“Ya, Tuan. Ini adalah informasi valid dari pihak dalam yang bekerja sama dengan kita.” Armand menyahut dengan yakin. Dia lalu mengeluarkan ponselnya. “Mereka bahkan mengirimkan foto untuk kita.”Sean dengan cepat merebut ponsel itu, lalu memeriksanya. Kedua matanya tampak sedikit membesar saat memandang foto sosok Anggun yang memang telah membuka matanya lalu dikelilingi oleh pihak medis dan keluarganya. Kedua matanya tampak telah terbuka.‘B-Benar. Anggun akhirnya tersadar? Anggun berhasil melewati masa komanya.’“Suruh sopir menyiapkan mobil, karena kita akan segera ke sana,” kata Sean sambil menyerahkan lagi ponsel itu ke tangan sang asisten pribadi. Di mana ekspresi Armand tampak ragu-ragu. Dia bahkan tak menyahuti cepat seperti biasanya.“Tapi Tuan, hari ini kan kita ada jadwal untuk bertemu dengan calon inves
Dan dampak dari permasalahan itu akhirnya mencapai Hendro Agrawarsena. Sama seperti Sean serta anggota keluarga lainnya yang mengetahui permasalahan ini lebih awal, pria itu jadi tak bisa memejamkan matanya. Perasaan cemas dan was-was menguasai hatinya.‘Ini gawat. Kalau dibiarkan begitu saja, dampaknya akan semakin melebar. Nama besar keluarga kami bisa tercemar lalu bahkan Sean bisa dijebloskan ke dalam penjara. Itu akan sangat beresiko untuk kami semua.’Itulah yang Hendro pikirkan walau sudah selarut ini. Ia tampak sudah berbaring di kasur mewah miliknya dan menatap langit-langit kamarnya itu.‘Jangankan harapan untuk memiliki cucu, kalau sampai ini benar-benar terungkap dan diusut polisi, kebanggaan kami selama ini benar-benar akan ternodai. Hal yang sampai kapanpun tak boleh terjadi.’Sebenarnya bahkan keluarga Sean tak tahu secara menyeluruh. Miranda hanya menjelaskan apa yang didengarnya dari mulut Anggun saat cekcok yang terjadi di depan griya tawang milik Sean. Dia bahkan ta
Anggun sadar lebih lama dari yang mereka duga. Selama dua minggu hingga hari ini, gadis itu belum juga membuka matanya.Sementara itu kehidupan terus berjalan. Terutama bagi keluarga Anggun yang kini sibuk memperkarakan kejadian ini. Di mana Clara telah dinyatakan sebagai tersangka satu-satunya dalam kejadian ini.Namun, tentu saja bukan hanya itu saja target mereka. Sebenarnya mereka juga ingin membuktikan soal tuduhan penyekapan terhadap Anggun yang dilakukan oleh Sean melalui kasus ini. Namun, tentu saja itu tak mudah karena Sean dibantu anak buahnya pasti sudah mengantisipasi itu semua. Sehingga untuk sekarang bahkan mereka masih belum bisa menghubungkan kasus pencobaan pembunuhan ini dengan kasus tersebut.“Mungkin pada akhirnya kita harus menunggu Anggun untuk bangun dan membuat keterangan sendiri. Apalagi kalau mungkin dia memiliki bukti yang memperkuat tuduhan itu,” kata William pada Melya saat mereka kembali berunding siang ini. Di mana gadis itu selalu diajak makan bersama k
Anggun segera dilarikan ke Unit Gawat Darurat di rumah sakit terdekat. Dokter sempat memeriksanya sesaat, namun ekspresinya tampak sangat serius di saat itu.“Kita harus segera melakukan tindakan operasi, Pak. Anda walinya, bukan? Tolong segera urus adminstasi serta perawatan yang lain.”Sean tampak masih kebingungan dan sebenarnya sangat syok dengan kejadian ini. Sehingga dia hanya bisa mengangguk saja.“Selamatkan bayinya ya, Dok.” Miranda yang ikut tiba-tiba menyela. “Kalau terjadi sesuatu dan diharuskan memilih. Selamatkan bayinya saja.”“Ma….” Sean sedikit terlambat protes terhadapnya.“Ini yang terbaik. Kamu dan kakek kamu baru saja berbaikan, tak akan Mama biarkan kamu kehilangan bayimu itu.” Miranda tampak bersikeras. Sebelum kemudian berbisik ke telinga sang putra. “Lagipula semuanya tak akan berjalan mulus setelah semua yang terjadi. Anggun tadi terlihat sangat marah, sehingga dia mungkin akan menuntut dan memejarakan kamu karena ulahnya. Jadi kalau memang tak memungkinkan,