‘Wanita yang pernah buta sejak lahir bertemu dengan seorang wanita tuli. Kalau dipikir-pikir ini cukup unik juga menyatukan mereka seperti itu. Gadis itu tampak sangat terkejut dan kebingungan.’Sean bergumam di dalam hati saat menyaksikan pertemuan tak biasa antara Anggun dengan Asisten Rumah Tangga barunya itu. Di mana dari ekspresi Anggun yang terlihat di layar, gadis itu memang tampak seperti culture shock saja dengan hal yang saat ini dihadapinya.Memang tadi pagi ketika Sean bersiap hendak berangkat bekerja, pintu rumahnya itu diketuk dari luar. Yang datang adalah Asisten Rumah Tangga yang dicarikan khusus oleh asisten pribadinya, di mana mulai dari hari ini wanita itu akan sangat membantu dalam hal mengurus pekerjaan rumah di penthouse miliknya yang luas itu. Termasuk juga memperhatikan kebutuhan Anggun yang mungkin masih akan tinggal di sana dengannya hingga waktu yang belum ditentukan.Memang dari awal setelah dirinya semakin mantap dengan rencana jahatnya untuk menculik Angg
Seusai sarapan, Anggun sempat dilanda dilema. Sebenarnya dia langsung ingin mengajak bicara Asisten Rumah Tangga yang baru itu lagi untuk lebih mengenalnya, serta mungkin terus berusaha untuk menemukan cara untuk mendapatkan bantuan agar dapat dibawa ke luar.Namun sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat. Masalahnya wanita paruh baya itu tampak masih sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan tempat ini. Terlihat dari bagaimana beliau masih sibuk membersihkan seisi rumah yang luas ini, lalu langsung merapikan kembali meja makan saat melihat Anggun telah selesai menyantap sarapan. Lagipula Anggun juga khawatir kalau beliau pun belum sarapan karena mengutamakan dirinya terlebih dahulu. Sehingga akhirnya dia pun menahan niatan itu.Lagipula Anggun sendiri masih dalam keadaan kusut ala baru bangun tidur karena tadi terburu-buru ke luar kamar akibat berpikir untuk mencari pertolongan. Sehingga dia masih perlu membersihkan dirinya dulu, setelah akhirnya menelan kekecewaa
Hening.Dalam sejenak itulah yang terjadi saat pintu lift itu terbuka, sehingga menampakkan seseorang yang sebelumnya telah berada di depan Sean. Seseorang yang tampak sangat mengejutkannya sehingga membuatnya seperti terpana begitu, seperti sampai tak bisa berkata-kata.“Sean?”Panggilan lembut dari wanita itulah yang terdengar, yang kemudian membuat Sean tersadar. Namun hal selanjutnya yang terjadi adalah ia yang membuang wajahnya dari wanita itu.Tring.Secara kebetulan lift satunya yang berada di sebelah kanan mereka terbuka. Sehingga alih-alih memasuki lift yang masih dihuni oleh perempuan tadi, Sean berbelok menuju lift yang satunya. Membuat Armand yang sejak tadi tak mengatakan apapun namun terlihat paham dengan keadaannya langsung melakukan hal yang sama. Ia dengan setia membuntuti sang atasan.“S-Sean, tunggu.”Namun wanita itu tampak tak menyerah secepat itu. Dia segera keluar dari lift yang ditempatinya tadi, lantas ikut-ikutan masuk ke dalam lift tadi sebelum pintunya kemb
Usai berpakaian, Anggun segera berjalan lagi ke luar dari kamarnya. Niatnya tentu saja masih untuk menemui Asisten Rumah Tangga yang baru itu. Anggun ingin mencari tahu lebih lanjut tentang dirinya, serta tentu saja kemungkinan untuk bisa meminta bantuan pada wanita itu untuk membantunya.Saat keluar dari kamar dilihatnya ruang tamu telah sepi. Sama sekali tidak ada lagi suara bising seperti suara mesin vacuum cleaner ataupun kesibukan lainnya lagi di rumah itu, seakan-akan hanya ada dirinya sendiri lagi di penjara kaca itu. Namun kemudian Anggun pun berjalan menuju bagian belakang dari rumah ini sebab dia yakin perempuan paruh baya tadi pastilah ada di sekitar sana.Namun, dapur dan ruang makan juga terlihat sepi. Adapun Anggun sempat dibuat kagum dengan keadaannya yang telah begitu bersih dan rapi. Tampaknya terlepas dari kekurangan beliau sepertinya ART baru itu memang seseorang yang pekerja keras dan pandai terhadap tugas yang dibebankan terhadap dirinya. Sehingga tak heran mengap
‘Dia tak juga kapok walau telah kuperingatkan seperti tadi. Bisa-bisanya dia terus mengucapkan omong kosong seperti ini.’Sean hanya menunjukkkan ekspresi yang datar saja saat membaca pesan yang dia dapatkan di ponselnya. Walau itu dikirimkan oleh nomor baru yang tidak dikenal, namun dia dapat segera mengidentifikasi pengirim. Sehingga tak heran dia tampak langsung menghapus pesan-pesan tersebut. Ia bahkan dengan tanpa pikir panjang juga memblokir nomor pengirimnya tadi.Omong-omong Sean tampak kembali berjalan ke luar dari gedung hotel bintang lima tadi. Ia baru saja menyelesaikan sebuah pertemuan penting selama sekitar tiga jam, lalu kini memutuskan untuk melanjutkan agenda kerjanya yang berikutnya.“Apa kita langsung saja kembali ke kantor, Tuan? Atau… apa ada tempat lain yang ingin Anda singgahi sebelum itu?” tanya Armand begitu mereka hampir tiba di mobil yang telah menunggu untuk mereka di halaman depan hotel.“Kita ke tempat di mana gedung apartemen baruku tengah dibangun. Kita
Walau Sean mencoba untuk mengabaikannya dengan sibuk bekerja, namun sebenarnya pria itu masih sangat terganggu dengan pertemuannya dengan Clara beberapa jam yang lalu. Melihat wajah perempuan itu saja sudah sangat memancing kemarahannya terkait masa lalu. Belum lagi kata-katanya yang masih saja seperti tak merasa salah apapun walau tindakannya dulu sangat merugikan Sean dan Tiara. Karena chat yang dia kirimkan pada mendiang.Namun walau begitu Sean tak mau terlibat lebih jauh dengannya.Bukan karena Clara adalan cinta pertama yang belum dia lupakan, namun karena ia merasa tak perlu lagi berturusan dengan perempuan itu setelah semua yang terjadi. Sean berpikir kalau memutus hubungan sepenuhnya dengan perempuan itu adalah jalan terbaik, sebab dirinya sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya untuk meladeni perempuan itu. Toh pada akhirnya perbuatannya itu tidak akan cukup untuk menghapus rasa bersalah dan penyesalanan yang ada di hatinya terkait semua ini.Lalu kalau begitu, kenapa ia mala
Setelah menyampaikan perintahnya pada Anggun, Sean pun segera memutus sambungan itu tanpa mendengar sahutan gadis itu. Karena tentu saja, pada akhirnya pendapat perempuan itu sama sekali tak penting. Dia hanyalah seorang ‘pengikut’ yang tanpa kuasa sama sekali di rumah ini. Meninggalkan seluruh beban pikiran yang didapatkannya hari ini, Sean pun segera berjalan ke kamar mandi. Tentu saja setelah melepas seluruh pakaian yang dikenakannya pada hari ini dan menyambar salah satu handuk yang telah disediakan di sebuah rak di kamar mandi. Sekitar lima belas menit kemudian, pria itu tampak kembali keluar dari dalam sana. Ia tampak hanya mengenakan handuk putih tadi yang dilingkarkan di pinggangnya. Sekilas tubuh kekarnya itu tampak lebih menggoda dengan tampilan yang masih cukup basah. Rambutnya yang biasa disisir rapi san klimis pun menyajikan penampilan baru saat dalam keadaan acak-acakan. Namun, alih-alih segera mengenakan pakaian, pria itu tampak mendekati ponselnya lagi yang tadi diti
Anggun lagi-lagi harus memaksakan dirinya untuk menelan makanan-makanan itu. Masakan Bi Nurul sangatlah enak dan bahkan lebih sesuai dengan seleranya dibanding hasil tangan dari koki panggilan yang dipanggil Sean kemarin, namun tetap saja itu bukan alasan yang cukup untuk membuatnya menikmati segala hidangan ini saat duduk berhadapan dengan monster itu.Sementara itu berbanding terbalik dengan dirinya, Sean tampak malah makan dengan sangat lahap. Bahkan tadi ia sempat menambah nasi, seraya mencicipi segala jenis hidangan yang ada di sana. Sehingga Anggun sendiri dapat langsung menilai kalau sang tuan rumah sangatlah menyukai dan menikmati masakan buatan Asisten Rumah Tangganya yang baru itu.Hingga setelah sekitar satu jam lamanya, barulah Sean menyelesaikan santapannya. Menyusul Anggun yang sudah lebih awal meletakkan sendok dan garfu di tangannya.“Masakannya buatannya cukup enak serta beliau juga tampak sangat becus merawat rumah.” Sean tiba-tiba berkata begitu sambil melirik Angg