Nyatanya waktu untuk Anggun dapat bicara dengan Sean terus saja tertunda. Setelah tadi dia masuk kamar meninggalkan pria itu berbicara dengan anak buahnya, nyatanya rasa lelah membuat Anggun memutuskan untuk tidur setelah membersihkan dirinya. Lalu saat terbangun keadaannya sudah gelap.“A-Astaga. Ini kan sudah lewat jam tujuh malam. Apa dia akan mengamuk padaku?”Dengan panik, Anggun segera bangun dari tempat tidurnya. Dia lantas segera berlari ke luar kamar. Saat berjalan menuju ruang makan, dilihatnya beraneka makanan terlihat sudah dihidangkan di sana. Semuanya dalam keadaan utuh tanpa disentuh sama sekali.‘Dia juga belum makan malam? Tapi kan ini sudah hampir jam delapan malam? Apa… dia akan marah padaku?’“Kamu akhirnya sudah bangun?”“Astaga!”Anggun berseru kaget saat tiba-tiba pria itu datang dan menyapanya dari belakang. Membuat jantungnya terasa ingin copot seketika.Tapi kau tahu? Bahkan walau Anggun sudah bereaksi seperti itupun, pria itu tampak masih tenang seakan tanpa
“Ya sudah. Aku mau lanjut bekerja. Sementara kamu… kamu bisa lakukan apapun yang kamu inginkan asalkan tidak ke luar dari tempat ini. Seperti biasanya, kamu jangan mengetesku kalau tidak mau rugi.”“T-Tunggu!”Sean yang hendak bangkit dari tempat duduk tampak menghentikan pergerakannya. Lalu kembali melirik Anggun lagi. Di mana sang gadis tampak masih ingin mengatakan sesuatu kepadanya.Anggun malah tergagap. Padahal banyak yang ingin dikatakannya pada pemuda itu sejak tadi, namun kini semuanya seperti menumpuk saja di otaknya. Dia tak tahu harus mengatakan apa dulu terhadap sang pemuda yang menunggu ucapan selanjutnya.“Kamu yakin baik-baik saja dan lanjut bekerja? Wajahmu terlihat pucat, tahu.”“Pucat?”Sean mengernyitkan dahinya tak percaya. Sempat ia mengalihkan pandangan menuju kaca jendela yang berada beberapa meter dari sana, lalu memandang pantulan dirinya. Sebelum kemudian ia kembali melirik gadis itu.“Aku tak merasa pucat. Aku baik-baik saja,” katanya tegas.‘Benar-benar pu
Walaupun telah mencoba untuk memfokuskan pikirannya, namun ternyata Sean masih juga belum bisa tenang. Nyatanya walau telah berkutat dengan pekerjaannya selama berjam-jam lamanya namun tidak satupun yang bisa dia selesaikan. Ia bahkan tak bisa menulis satu kalimat saja.Apalagi karena ucapan Anggun tadi mempengaruhinya. Walau sadar kalau sejak kemarin dia terus memikirkan soal Tiara dengan cukup berlarut-larut, ia pikir itu hanya semacam nostalgia biasa saja. Hal itu tidak akan mempengaruhi kesehatannya. Namun setelah tadi Anggun bilang wajahnya sedikit pucat, lalu menyadari bagaimana selain tak fokus memang kepalanya terasa lebih berat, ia pun akhirnya harus mengakuinya. Kalau memang ada yang tak beres dengan dirinya.Namun, ia masih mencoba untuk mengabaikannya. Ia masih tetap duduk di sana sambil kini hanya mengecek dan membaca-baca dokumen penting yang dihadapinya saja. Sesekali juga melirik Anggun yang hanya duduk-duduk saja di kursi berjemur di samping kolam berenang. Sean harus
“Tiara… Tiara… jangan tinggalkan aku.”Masih dengan memegang salah satu pergelangan tangan Anggun dengan erat-erat, Sean terus bersura seperti itu. Walaupun kedua matanya terpejam dengan erat karena ia masih terlihat belum sadarkan diri, namun pegangan ini terasa sangatlah erat. Seakan-akan hidup pria itu bergantung kepada dirinya.Anggun sendiri juga tak berniat untuk melepaskannya. Ia masih berdiri di sana, seraya memandang pria itu di dalam keheningan. Berusaha untuk memahami apa yang tengah terjadi, apa yang tengah dipikirkan oleh pria itu, serta apa yang seharusnya ia lakukan.Padahal sebelumnya Anggun baru saja kepikiran untuk melarikan dirinya. Setelah selalu diawasi oleh pria itu dan tak punya peluang untuk kabur sama sekali, malam inilah akhirnya hal itu terlihat ada harapan. Namun, kemudian ini semua malah yang terjadi. Langkahnya tak hanya terhenti oleh pegangan erat Sean yang terasa panas di kulit pergelangan tangannya, namun juga oleh kata-kata serta bahasa tubuh pria saa
Keesokan harinya saat dirinya terbangun, Anggun menemukan dirinya berada di dalam dekapan Sean. Hal yang sempat membuatnya keheranan karena itu adalah hal yang tak pernah terjadi sebelumnya, sebab pria itu selalu bangun lebih dulu dan meninggalkannya begitu saja sendian di tempat tidur. Dia juga tak yakin karena masih menemukan piyamanya semalam masih melekat di tubuhnya.Di saat itulah ia mulai teringat akan hal terakhir yang terjadi.Bagaimana semalam setelah mengganti pakaian pria itu dan berusaha mengompresnya, Sean tiba-tiba memegang tangannya dan melantur mengatakan hal-hal yang tak berhubungan dengan dirinya. Lalu kemudian Sean menciumnya dan mendekap tubuhnya untuk berbaring bersama. Di mana sempat mereka bercumbu selama beberapa menit, sebelum Sean tertidur lagi sambil tak pernah melepaskannya.‘Aku juga sepertinya terus terbawa suasana. Padahal awalnya aku mau kabur, tapi tak jadi setelah itu. Aku malah ketiduran setelahnya.’Lalu sekarang bagaimana?Dibukanya kedua matanya,
Bahkan setelah selesai mandi pun, Sean lihat Anggun masih tertidur nyenyak di atas tempat tidurnya. Sehingga pria itu kembali hanya membiarkannya begitu saja. Ia memilih berjalan meninggalkan kamar dengan sangat tenang agar Anggun tak terbangun.Seperti dugaannya, ternyata para pegawai memang telah menunggu di depan pintu villa. Mereka pun dengan cepat masuk setelah Sean membukakan pintu, lalu mengerjakan tugas mereka masing-masing. Terutama para Asisten Rumah Tangga yang langsung membagi tugas untuk masak dan membersihkan rumah.Sementara itu Sean duduk di sebuah meja berpondokkan payung besar di kolam berenang. Ada sebuah perubahan yang terpikirkan olehnya saat mandi tadi. Sehingga ia merasa harus menghubungi Armand untuk membicarakan hal tersebut.‘A-Anda sakit, Tuan. Sekarang apa sudah dibawa ke dokter?’ tanya sang asisten pribadi begitu mendengar informasi itu dari dirinya.“Tak usah. Aku sudah tak apa-apa. Suhu tubuhku sudah mulai normal.” Sean berkata begitu sambil sedikit terb
Ada apa ya ini?Padahal walaupun cukup sering Anggun menyindirnya soal perbuatan kejinya, sebelumnya Sean tak pernah terpengaruh sama sekali. Dia tak pernah merasa bersalah walaupun sedikit. Apalagi karena dia memang masih terus menyalahkan Anggun atas keputusan yang Tiara buat.Namun, kenapa sekarang untuk pertama kalinya pria itu terdiam sampai kehabisan kata-kata begini? Kenapa dia tak membantah sama sekali? Fakta serangan itu berhasil membuatnya mati kutu beberapa detik, sebelum kemudian tersadar kembali.“Ya, mungkin kamu memang tipe yang begitu. Orang yang hobi membantu sesama… walaupun berakhir merugikan diri sendiri.” Sean akhirnya bisa menyahut lagi tak lama kemudian dengan nada bicara yang datar. “Sama seperti semalam, kan? Kamu sampai jatuh ke kolam seperti itu karena menyelamatkan seekor burung yang jatuh? Segitu bodohnya, sampai tak bisa menjaga keseimbangan sendiri.”Diucapkan begitu Anggun baru tersadar akan hal yang jadi terlupakan olehnya. Dengan cepat dia melayangkan
Sayangnya tak banyak yang bisa Sean lihat. Berbeda dengan griya tawang miliknya yang dipenuhi CCTV hingga ke kamar tidur dan kamar mandi, CCTV di sini hanya diletakkan di ruangan-ruangan umum saja. Sehingga dia tak bisa melihat kegiatan apa yang dilakukan oleh gadis itu setelah membawa tubuhnya ke dalam sana.Sean pun akhirnya menutup laptop itu lagi. Dia lantas melayangkan pandangannya pada Anggun. Di mana gadis itu kini tampak lelah mengambil gambar selfie. Sehingga kini hanya termangu lagi memandang hamparan laut di depan sana.“Tapi selanjutnya apa yang terjadi ya? Apa yang membuat kami malah terbangun dalam kondisi berpelukan di sana? Aku tak yakin dia akan dengan sengaja melakukan hal itu terhadapku, sehingga kemungkinannya hanyalah satu saja. Kalau akulah yang memang menariknya hingga tertidur di dalam dekapanku.”Karena Sean dengar ia bisa mengingau parah di saat demam. Bahkan dulu Tiara juga pernah merawatnya saat sangat kecapekan seperti ini. Sehingga dia berfirasat kalau se