Ada revisi buat bab 46 yang berjudul 'Belajar Berenang' ya. Tolong dicek ulang biar tetap mengikuti cerita. Terima kasih.
Klek!Clara terkejut begitu mendengar pintu baja di depannya tiba-tiba terbuka. Sebab hal itu sama sekali tak dia duga. Dia pikir Sean tidak akan pernah menerima kedatangannya, sehingga itu sebabnya bahkan dia tak memberanikan diri untuk menekan bel pintu tersebut.Tapi telinganya tak mungkin salah, bukan? Nyatanya pintu yang awalnya tertutup rapat itu kini juga tampak meregang. Seakan hendak mengucapkan kata ‘selamat datang’ kepada dirinya.‘Sudah kuduga. Sean pasti tak pernah benar-benar serius untuk membenciku. Tentu saja karena sebenarnya dia masih sangat tergila-gila akan cinta pertamanya ini.’Clara langsung tersenyum lebar. Hatinya seperti telah berada di atas awan. lebar seakan dia telah berada di atas awan.‘Tapi kenapa ya? Apa maksudnya melakukan ini? Jangan bilang kalau dia mengundangku masuk sehinggakami dapat berduaan di dalam sana, melewati akhir pekan yang mesra di griya tawang mewah miliknya ini.’Clara kini tampak mulai mengulurkan tangannya. Secara perlahan mulai men
Saat mendengar suara yang berasal dari arah pintu masuk, Anggun pun menghentikan ucapannya pada Bi NMuruil. Suara yang sama, yaitu suara enam digit pada kunci pintu yang ditekan dengan berurutan. Yang tak lama kemudian disambut dengan nada deringan pertanda pintu pun berhasil terbuka.Tentu saja Bi Nurul awalnya tidak menyadari hal tersebut sama sekali karena keterbatasan fungsi pendengaran yang beliau miliki. Namun, tak lama kemudian wanita paruh baya itupun bangkit guna menyambut empat orang yang kini memasuki tempat itu.Ini adalah hal yang selalu terjadi di setiap hari senin. Empat orang bawahan Sean itu datang untuk membawakan bahan pokok makanan serta kebutuhan rumahan yang lainnya. Orang-orang itu selalu datang dipimpin oleh seorang pria yang Anggun perkirakan berusia di sekitar umur Sean. Lalu sisanya adalah tiga orang yang menjinjing beraneka kantong belanjaan.“Aau… aaa… uu.”Bi Nurul tampak langsung bersemangat berdiri, lalu mengikuti mereka semua ke arah dapur untuk mulai
Ting!Suara dentingan lift yang terbuka itu menimbulkan kegugupan baru bagi Clara. Namun, perempuan itu masih dengan mantap melangkahkan kakinya ke luar dari dalam sana. Tak lupa masih dengan membawa parsel buah serta sebuket bunga mawar putih di tangannya.Gadis itu pun berjalan menyusuri deretan kamar-kamar VIP dan VVIP yang ada di lantai itu. Menguasai koridor kosong itu seorang diri, mengigat tempat ini selalu terlihat sepi dan sangat tenang. Sangat berbeda dengan lantai-lantai atas bagian lainnya di rumah sakit paling besar di ibu kota ini.Hingga, setelah beberapa saat akhirnya langkah Clara pun terhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan tulisan VVIP no. 3. Clara tak lantas masuk. Sekali lagi gadis itu menghirup napas panjang, sebelum kemudian sedikit mendogakkan kepalanya melalui jendela kaca di bagian atas daun pintu. Dia ingin memastikan dulu siapa saja subjek-subjek yang berada di dalamnya, serta melihat apa yang tengah mereka lakukan.’Ternyata memang masih dirawat di si
Setelah melewati rutinitas harian yang monoton selama beberapa kali, kini akhirnya adalah hari yang sedikit berbeda. Ini adalah hari di mana mereka akan berangkat ke Bali.Sean menyuruhnya bersiap-siap di hari jum’at dini hari. Pria itu menyuruhnya mengenakan pakaian yang serba tertutup, lalu menunggu perintahnya selanjutnya di sofa. Sementra Sean tampak sibuk berbicara dengan ponselnya sejak tadi. Entah apa yang sedang dia urus, namun sepertinya berhubungan dengan rencana kepergian mereka ini.‘Apa ya yang direncanakannya dengan perjalanan ini sebenarnya. Aku masih tak mengerti, kenapa tanpa angin dan tanpa hujan dia mau mengmbil resiko yang mengajakku ke luar di dalam keadaan ini? Apa dia tak takut ulahnya akan ketahuan serta aku melarikan diri?’Anggun masih bertanya begitu sambil mengeratkan topi, syal, dan kacamata hitam yang melengkapi penampilannya. Di mana dia disuruh mengenakan jubah yang panjang membalut blus dan kulot yang menjadi pilihan pakaiannya pada hari ini. Sementara
Dengan ancaman dan peringatan, Sean benar-benar berhasil membuat Anggun tunduk lagi atas perintahnya. Itulah mengapa perempuan itu tampak begitu tenang di sampingnya. Tanpa mengatakan apapun sambil mengamati kesibukan para manusia di sekitarnya dari balik kacamata hitam yang terpasang di wajahnya.‘Hatiku terasa aneh melihat segala kesibukan ini. Setahun yang lalu, saat aku baru-baru dapat melihat… aku juga takjub melihat apa-apa saja yang biasa mereka kerjakan. Namun, sekarang berbeda lagi perasaannya. Mungkin ini dampak karena sudah disekap selama sebulan lamanya di rumahnya itu, serta ditambah ini kali pertama bagiku berada di sebuah bandara.’Sementara Sean sejak tadi kembali sibuk berkoordinasi dengan anak buahnya, seraya tentu saja terus mengecek gadis di sampingnya. Hingga setelah beberapa saat pria itu tampak berhenti dan mengantongi ponselnya. Namun, sebagai gantinya dia malah mengaluarkan ponsel yang lainnya.“Ini—““Astaga, ini kan ponselku!”Belum selesai Sean bersuara, An
Selama sebulan menjadi korban penyekapan seorang Sean Agrawarsena, Anggun menanam sebuah komitmen di dalam dirinya. Dia bertekad walau apapun yang terjadi serta sebesarpun tekanan yang diberikan pria itu kepadanya, dia tak boleh menunjukkan kebergantungan terhadap pria itu.Walaupun di dalam proses pengalamannya Anggun harus sering memohon dan bahkan mencium kaki pria itu sekalipun, namun yang jelas Anggun tidak akan menunjukkan kesan kalau dia membutuhkan kehadiran ataupun kekayaan Sean di dalam hidupnya. Ini perlu untuk terus menekankan pada Sean kalau setiap proses ini hanyalah sebuah keterpaksaan yang harus dia lakukan untuk bertahan hidup, serta ingin melindungi orang-orang terdekatnya. Anggun harus menunjukkan kalau dia tak akan terpedaya atas harta hingga ketampanan pria itu.Namun, Anggun tak menyangka akan datang hari di mana dia harus melanggar komitmen tersebut. Siapa menyangka akan datang hari di mana bukannya dipaksa atau diancam, malah dia sendiri yang akhirnya mendekati
“Beneran nggak ada CCTV?”William memiringkan kepalanya tak yakin saat mendengar pria di depannya itu bicara. Pria itu bernama Jefry. Ia adalah temannya yang berprofesi sebagai polisi.“Karena memang keadaan di sekitar sana lumayan jarang CCTV. Adapun toko bangunan di depannya, jaraknya cukup jauh untuk ditangkap oleh CCTV yang berada tepat di depan toko. Sisanya… memang tidak ada sama sekali.”William tampak masih terdiam. Ia semakin tak tenang saja dengan fakta salah satu pasiennya hilang begitu saja tanpa kabar. Apalagi karena pasien ini cukup di istimewakan dengan yang lain, mengingat hubungannya dengan mendiang teman baiknya.“Mungkin benar kali dia memang pergi berlibur atau bersenang-senang seperti pesan yang dikirimkannya pada teman dan kerabatnya,” kata Jefry tak lama kemudian menyikapi rona serius di wajah William.“Tapi tetap saja, kenapa dia pergi tiba-tiba dan tanpa mengabari siapapun? Bukankah kukatakan kalau dia ini adalah seseorang yang tumbuh tanpa bisa melihat sampai
Sekitar dua tahun yang lalu….Tak banyak perubahan di hidup Sean setelah pernikahannya dengan Tiara. Walaupun status lajangnya kini telah berganti menjadi suami orang, namun karena ia menikah tanpa niat tulus dari hatinya yang terdalam, tak terlalu banyak dedikasi yang perlu dia tuangkan untuk pernikahan ini. Apalagi karena dia masih saja berlaku cuek dengan sang istri termasuk meminta untuk memiliki kamar terpisah.Namun, Tiara ternyata punya targetnya sendiri. Bekas tetangganya yang setahunya adalah gadis yang pemalu itu, ternyata sedikit berbeda kalau dilihat dari dekat. Tiara yang memang telah mengakui perasaannya pada Sean sejak awal tampak tak membuang waktu untuk terus dapat mendekatinya. Untuk mencairkan es membeku di hati suaminya yang setahunya juga masih mengharapkan perempuan lain itu.Tiara menggunakan berbagai cara untuk mendekatinya, mulai dari hal sederhana seperti perlakuan yang lebih manis hingga menggodanya dengan hal yang berbau sensualitas. Sean tak keberatan mene