Ting!Suara dentingan lift yang terbuka itu menimbulkan kegugupan baru bagi Clara. Namun, perempuan itu masih dengan mantap melangkahkan kakinya ke luar dari dalam sana. Tak lupa masih dengan membawa parsel buah serta sebuket bunga mawar putih di tangannya.Gadis itu pun berjalan menyusuri deretan kamar-kamar VIP dan VVIP yang ada di lantai itu. Menguasai koridor kosong itu seorang diri, mengigat tempat ini selalu terlihat sepi dan sangat tenang. Sangat berbeda dengan lantai-lantai atas bagian lainnya di rumah sakit paling besar di ibu kota ini.Hingga, setelah beberapa saat akhirnya langkah Clara pun terhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan tulisan VVIP no. 3. Clara tak lantas masuk. Sekali lagi gadis itu menghirup napas panjang, sebelum kemudian sedikit mendogakkan kepalanya melalui jendela kaca di bagian atas daun pintu. Dia ingin memastikan dulu siapa saja subjek-subjek yang berada di dalamnya, serta melihat apa yang tengah mereka lakukan.’Ternyata memang masih dirawat di si
Setelah melewati rutinitas harian yang monoton selama beberapa kali, kini akhirnya adalah hari yang sedikit berbeda. Ini adalah hari di mana mereka akan berangkat ke Bali.Sean menyuruhnya bersiap-siap di hari jum’at dini hari. Pria itu menyuruhnya mengenakan pakaian yang serba tertutup, lalu menunggu perintahnya selanjutnya di sofa. Sementra Sean tampak sibuk berbicara dengan ponselnya sejak tadi. Entah apa yang sedang dia urus, namun sepertinya berhubungan dengan rencana kepergian mereka ini.‘Apa ya yang direncanakannya dengan perjalanan ini sebenarnya. Aku masih tak mengerti, kenapa tanpa angin dan tanpa hujan dia mau mengmbil resiko yang mengajakku ke luar di dalam keadaan ini? Apa dia tak takut ulahnya akan ketahuan serta aku melarikan diri?’Anggun masih bertanya begitu sambil mengeratkan topi, syal, dan kacamata hitam yang melengkapi penampilannya. Di mana dia disuruh mengenakan jubah yang panjang membalut blus dan kulot yang menjadi pilihan pakaiannya pada hari ini. Sementara
Dengan ancaman dan peringatan, Sean benar-benar berhasil membuat Anggun tunduk lagi atas perintahnya. Itulah mengapa perempuan itu tampak begitu tenang di sampingnya. Tanpa mengatakan apapun sambil mengamati kesibukan para manusia di sekitarnya dari balik kacamata hitam yang terpasang di wajahnya.‘Hatiku terasa aneh melihat segala kesibukan ini. Setahun yang lalu, saat aku baru-baru dapat melihat… aku juga takjub melihat apa-apa saja yang biasa mereka kerjakan. Namun, sekarang berbeda lagi perasaannya. Mungkin ini dampak karena sudah disekap selama sebulan lamanya di rumahnya itu, serta ditambah ini kali pertama bagiku berada di sebuah bandara.’Sementara Sean sejak tadi kembali sibuk berkoordinasi dengan anak buahnya, seraya tentu saja terus mengecek gadis di sampingnya. Hingga setelah beberapa saat pria itu tampak berhenti dan mengantongi ponselnya. Namun, sebagai gantinya dia malah mengaluarkan ponsel yang lainnya.“Ini—““Astaga, ini kan ponselku!”Belum selesai Sean bersuara, An
Selama sebulan menjadi korban penyekapan seorang Sean Agrawarsena, Anggun menanam sebuah komitmen di dalam dirinya. Dia bertekad walau apapun yang terjadi serta sebesarpun tekanan yang diberikan pria itu kepadanya, dia tak boleh menunjukkan kebergantungan terhadap pria itu.Walaupun di dalam proses pengalamannya Anggun harus sering memohon dan bahkan mencium kaki pria itu sekalipun, namun yang jelas Anggun tidak akan menunjukkan kesan kalau dia membutuhkan kehadiran ataupun kekayaan Sean di dalam hidupnya. Ini perlu untuk terus menekankan pada Sean kalau setiap proses ini hanyalah sebuah keterpaksaan yang harus dia lakukan untuk bertahan hidup, serta ingin melindungi orang-orang terdekatnya. Anggun harus menunjukkan kalau dia tak akan terpedaya atas harta hingga ketampanan pria itu.Namun, Anggun tak menyangka akan datang hari di mana dia harus melanggar komitmen tersebut. Siapa menyangka akan datang hari di mana bukannya dipaksa atau diancam, malah dia sendiri yang akhirnya mendekati
“Beneran nggak ada CCTV?”William memiringkan kepalanya tak yakin saat mendengar pria di depannya itu bicara. Pria itu bernama Jefry. Ia adalah temannya yang berprofesi sebagai polisi.“Karena memang keadaan di sekitar sana lumayan jarang CCTV. Adapun toko bangunan di depannya, jaraknya cukup jauh untuk ditangkap oleh CCTV yang berada tepat di depan toko. Sisanya… memang tidak ada sama sekali.”William tampak masih terdiam. Ia semakin tak tenang saja dengan fakta salah satu pasiennya hilang begitu saja tanpa kabar. Apalagi karena pasien ini cukup di istimewakan dengan yang lain, mengingat hubungannya dengan mendiang teman baiknya.“Mungkin benar kali dia memang pergi berlibur atau bersenang-senang seperti pesan yang dikirimkannya pada teman dan kerabatnya,” kata Jefry tak lama kemudian menyikapi rona serius di wajah William.“Tapi tetap saja, kenapa dia pergi tiba-tiba dan tanpa mengabari siapapun? Bukankah kukatakan kalau dia ini adalah seseorang yang tumbuh tanpa bisa melihat sampai
Sekitar dua tahun yang lalu….Tak banyak perubahan di hidup Sean setelah pernikahannya dengan Tiara. Walaupun status lajangnya kini telah berganti menjadi suami orang, namun karena ia menikah tanpa niat tulus dari hatinya yang terdalam, tak terlalu banyak dedikasi yang perlu dia tuangkan untuk pernikahan ini. Apalagi karena dia masih saja berlaku cuek dengan sang istri termasuk meminta untuk memiliki kamar terpisah.Namun, Tiara ternyata punya targetnya sendiri. Bekas tetangganya yang setahunya adalah gadis yang pemalu itu, ternyata sedikit berbeda kalau dilihat dari dekat. Tiara yang memang telah mengakui perasaannya pada Sean sejak awal tampak tak membuang waktu untuk terus dapat mendekatinya. Untuk mencairkan es membeku di hati suaminya yang setahunya juga masih mengharapkan perempuan lain itu.Tiara menggunakan berbagai cara untuk mendekatinya, mulai dari hal sederhana seperti perlakuan yang lebih manis hingga menggodanya dengan hal yang berbau sensualitas. Sean tak keberatan mene
Kembali ke masa sekarang.‘Kenapa aku masih aja terganggu dengan kenangan itu sih? Padahal aku mulai bisa terbiasa saat di rumah. Tapi sepertinya keadaannya jadi berbeda di sini. Karena kenangan-kenangan di sini lebih dalam untuk sejarah hubungan kami.’Sean menepis pemikirannya tadi. Lantas dia mengangkat wajahnya, lalu melirik Anggun yang tampak salah tingkah dan mati gaya karena disuruh berpose namun malah seperti diabaikan oleh pria itu.“K-Kenapa? Apa sudah selesai?” tanya Anggun lagi.Sean dengan cepat menepis pemikiran itu. Ponsel itupun dia simpan di dalam saku celananya.“Ya. Cukup segitu saja dulu. Sekarang kamu boleh lakukan apapun yang kamu inginkan, tapi nanti jam tujuh malam jangan lupa seperti biasanya. Keluarlah dan temui aku di meja makan. Mengerti?”“Y-Ya.”Sekarang tanpa menunggu sahutannya, Sean pun segera keluar dari kamar itu. Menyisakan Anggun yang tampak memandangnya dengan keheranan.“Dia terlihat aneh? Ada apa ya dengannya?” Namun, Anggun dengan cepat menepis
Sean sempat mencoba untuk fokus bekerja pada awalnya. Dia telah mengeluarkan bahan-bahan yang sengaja dia bawa dari Jakarta, serta juga telah menghidupkan laptopnya. Namun, ternyata pikirannya masih belum juga bisa berfokus.Maka pria itu pun berhenti untuk memaksakan diri. Ia menyimpan semua itu kembali, lalu malah berjalan ke dapur untuk menemukan sebotol penuh vodka dan juga satu gelas wine. Lantas kembali dia duduk di tempat tadi.Omong-omong Anggun masih berada di bawah pengawasan di tengah semua itu. Gadis itu kini tampak masih berada di bagian belakang villa untuk menikmati pemandangan malam yang tersaji secara eksklusif di villa mewah itu. Serta tentu saja sambil melakukan tugas yang diberikan oleh Sean padanya – yaitu mengambil gambar dirinya sebanyak-banyaknya.Sempat Sean duduk tenang sambil menikmati minuman itu sejenak. Bayangan dan kenangan soal Tiara soal tempat ini kembali menari-nari di dalam ingatannya, namun kali ini Sean tidak menepisnya. Ia memutuskan untuk tengge
“Hahaha, memang sebenarnya orang-orang rendahan seperti mereka bukanlah tandinganku. Mereka nggak seharusnya menantang keluarga Agrawarsena seperti ini. Sehingga tentu saja, itu sama saja cari penyakit namanya.”Di tengah siaran berita yang menginformasikan tentang kecelakaan maut dan mematikan, sosok Hendro Agrawarsena malah tertawa senang merayakan. Bahkan walau hanya memegang sebotol air mineral karena kondisi kesehatannya yang tak terlalu baik, pria paruh baya itu berlagak seolah-olah sedang berpesta minuman keras.“Sekarang rasakan dampaknya. Lagipula… itu memang pantas kamu dapatkan setelah bagaimana mantan istrinya Sean mau berbaik hati menyerahkan bola matanya. Kini Cinderella dengan dongeng klasik murahannya telah berlalu, sehingga Sean dapat kembali ke kehidupannya yang normal yaitu fokus dengan bisnis-bisnisnya.”Miranda, Mamanya Sean sekaligus informan yang mengatakan soal permasalahan Anggun kepada sang mertua tampak hanya menunduk ngeri. Jauh di lubuk hatinya sebenarnya
Ekspresi wajah Armand tampak langsung berubah begitu dia memeriksa ponselnya. Dengan cepat dia melayangkan pandangan ke arah atasannya yang tengah sibuk memimpin rapat pada hari ini. Diam-diam diliriknya lagi layar ponselnya untuk meyakinkan.[Fikar: Bos, gawat Bos. Kami tengah mengikuti target yang pulang dari rumah sakit hari ini, namun hal yang tak terduga terjadi. Mobil yang ditumpangi target bersama kedua temannya ditabrak oleh sebuah bus dari arah yang nggak terduga. Salah satu penumpang perempuan dinyatakan meninggal di tempat, sementara yang dua lagi langsung dibawa ke rumah sakit.]Armand diam-diam mengirimkan pesan balasan.[Kamu yakin? Jangan bercanda? Lalu siapa yang meninggal? Target atau temannya?]Tak lama kemudian ponselnyaa bergetar lagi.[Fikar: Berikut foto-fotonya, Bos. Tidak mungkin kami bercanda. Mengenai identitas korban tak bisa kami cari tahu, sebab terlalu banyak kerumunan di sini dan mereka langsung dibawa ke rumah sakit. Jadi tidak dapat kami pastikan.]Arm
Hendro sangat berfokus dengan permasalahan cucunya itu belakangan ini, sampai dia sering ditegur oleh dokter pribadinya untuk terus menjaga kesehatan. Namun, anehnya setelah begitu lama pria itu merasa kuat dan gigih begini akan sesuatu setelah penyakitnya menjadi parah sekitar empat tahun yang lalu.Saat ini ia terus berfokus pada Anggun serta niatnya untuk mempidanakan Sean. Selain mencari bukti, dia terus berusaha memelajari strategi gadis itu. Termasuk seperti sekarang dia berusaha mencari tahu tentang orang-orang di sekitar Anggun yang mungkin bisa menjadi ancaman.“Dokter ini terlihat gigih sekali membantu Anggun. Awalnya kukira dia menyukai gadis itu, tapi ternyata tidak. Dia malah menyukai Tiara dan dulu bersahabat sangat baik untuknya. Sehingga itu sebabnya dia memiliki sejenis dendam pribadi pada cucuku.”Hendro bergumam begitu sambil membalik setiap lembar kertas hasil laporan anak buahnya.“Dan Dokter ini… memiliki teman yang merupakan seorang polisi. Belakangan bahkan mer
“Jadi dia bersikeras untuk menuntut? Benar dugaanku kalau dia akan menjadi masalah untuk kita ke depannya.”Hendro Agarawarsena mendesah setelah mendengar rekaman suara terkait pertemuan Sean dan Anggun tadi siang. Karena pria itu memang kembali menggunakan uang dan kekuasaannya untuk memenuhi keinginannya. Termasuk menyuruh orang untuk diam-diam meletakkan penyadap di ruang inap milik Anggun.“Lalu bagaimana? Apa kamu menemukan sesuatu tentang apa yang terjadi dengan mereka selama dua bulan ke belakang ini? Sesuatu yang katanya bisa memperkarakan Sean?” tanya pria paruh baya itu pada seorang pria yang kini berada di depannya.“Seperti dugaan kita, Tuan. Memang cukup sulit untuk menemukannya karena Tuan Sean dan anak buahnya sangat berhati-hati dalam pergerakannya. Tapi… untungnya memang ada sedikit petunjuk.”Pria itu menyerahkan sebuah kertas foto pada Hendro.“Kami mengetahui kalau wanita itu tidak membuka toko bunganya selama dua bulan lebih, Tuan. Memang tak ada laporan kehilanga
Saat Sean berkunjung ke rumah sakit, Anggun tengah tertidur akibat pengaruh obat. Pria itu pun diusir dengan dingin oleh Melya dan William seperti biasanya. Hal itu lantas baru mencapai telinga Anggun di malam harinya.“Besok biarkan saja dia masuk. Biarkan aku bertemu dengannya. Sebab ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya,” kata Anggun tak lama setelahnya.“Tapi, Nggun. Kamu masih lemah. Aku juga khawatir dia akan membahayakanmu—““Sudah kubilang kita harus cepat menangkapnya, Mel. Kita tak bisa membuang waktu. Lagipula kalau dia membahayakanku bukannya akan lebih mudah bagi kita untuk menangkapnya?”Anggun sedikit meninggikan suaranya, yang tentu saja mengejutkan Melya. Walaupun kemudian gadis itu tampak menatap sahabatnya itu dengan kurang enak.“M-Maaf, Mel. Aku nggak bermaksud membentak kamu. A-Aku hanya… aku hanya terlalu gugup saja. Maaf ya?” tanya Anggun menyesal.Melya tersenyum maklum sambil menggelengkan kepalanya. “Nggak apa-apa kok. Aku paham. Aku sebenarnya setuju
“A-Anggun terbangun? Sungguh?”Sean yang awalnya lesu kini tampak lebih terjaga saat mendapat kabar itu dari Armand pagi ini. Ditatapnya sang asisten pribadi dengan serius.“Ya, Tuan. Ini adalah informasi valid dari pihak dalam yang bekerja sama dengan kita.” Armand menyahut dengan yakin. Dia lalu mengeluarkan ponselnya. “Mereka bahkan mengirimkan foto untuk kita.”Sean dengan cepat merebut ponsel itu, lalu memeriksanya. Kedua matanya tampak sedikit membesar saat memandang foto sosok Anggun yang memang telah membuka matanya lalu dikelilingi oleh pihak medis dan keluarganya. Kedua matanya tampak telah terbuka.‘B-Benar. Anggun akhirnya tersadar? Anggun berhasil melewati masa komanya.’“Suruh sopir menyiapkan mobil, karena kita akan segera ke sana,” kata Sean sambil menyerahkan lagi ponsel itu ke tangan sang asisten pribadi. Di mana ekspresi Armand tampak ragu-ragu. Dia bahkan tak menyahuti cepat seperti biasanya.“Tapi Tuan, hari ini kan kita ada jadwal untuk bertemu dengan calon inves
Dan dampak dari permasalahan itu akhirnya mencapai Hendro Agrawarsena. Sama seperti Sean serta anggota keluarga lainnya yang mengetahui permasalahan ini lebih awal, pria itu jadi tak bisa memejamkan matanya. Perasaan cemas dan was-was menguasai hatinya.‘Ini gawat. Kalau dibiarkan begitu saja, dampaknya akan semakin melebar. Nama besar keluarga kami bisa tercemar lalu bahkan Sean bisa dijebloskan ke dalam penjara. Itu akan sangat beresiko untuk kami semua.’Itulah yang Hendro pikirkan walau sudah selarut ini. Ia tampak sudah berbaring di kasur mewah miliknya dan menatap langit-langit kamarnya itu.‘Jangankan harapan untuk memiliki cucu, kalau sampai ini benar-benar terungkap dan diusut polisi, kebanggaan kami selama ini benar-benar akan ternodai. Hal yang sampai kapanpun tak boleh terjadi.’Sebenarnya bahkan keluarga Sean tak tahu secara menyeluruh. Miranda hanya menjelaskan apa yang didengarnya dari mulut Anggun saat cekcok yang terjadi di depan griya tawang milik Sean. Dia bahkan ta
Anggun sadar lebih lama dari yang mereka duga. Selama dua minggu hingga hari ini, gadis itu belum juga membuka matanya.Sementara itu kehidupan terus berjalan. Terutama bagi keluarga Anggun yang kini sibuk memperkarakan kejadian ini. Di mana Clara telah dinyatakan sebagai tersangka satu-satunya dalam kejadian ini.Namun, tentu saja bukan hanya itu saja target mereka. Sebenarnya mereka juga ingin membuktikan soal tuduhan penyekapan terhadap Anggun yang dilakukan oleh Sean melalui kasus ini. Namun, tentu saja itu tak mudah karena Sean dibantu anak buahnya pasti sudah mengantisipasi itu semua. Sehingga untuk sekarang bahkan mereka masih belum bisa menghubungkan kasus pencobaan pembunuhan ini dengan kasus tersebut.“Mungkin pada akhirnya kita harus menunggu Anggun untuk bangun dan membuat keterangan sendiri. Apalagi kalau mungkin dia memiliki bukti yang memperkuat tuduhan itu,” kata William pada Melya saat mereka kembali berunding siang ini. Di mana gadis itu selalu diajak makan bersama k
Anggun segera dilarikan ke Unit Gawat Darurat di rumah sakit terdekat. Dokter sempat memeriksanya sesaat, namun ekspresinya tampak sangat serius di saat itu.“Kita harus segera melakukan tindakan operasi, Pak. Anda walinya, bukan? Tolong segera urus adminstasi serta perawatan yang lain.”Sean tampak masih kebingungan dan sebenarnya sangat syok dengan kejadian ini. Sehingga dia hanya bisa mengangguk saja.“Selamatkan bayinya ya, Dok.” Miranda yang ikut tiba-tiba menyela. “Kalau terjadi sesuatu dan diharuskan memilih. Selamatkan bayinya saja.”“Ma….” Sean sedikit terlambat protes terhadapnya.“Ini yang terbaik. Kamu dan kakek kamu baru saja berbaikan, tak akan Mama biarkan kamu kehilangan bayimu itu.” Miranda tampak bersikeras. Sebelum kemudian berbisik ke telinga sang putra. “Lagipula semuanya tak akan berjalan mulus setelah semua yang terjadi. Anggun tadi terlihat sangat marah, sehingga dia mungkin akan menuntut dan memejarakan kamu karena ulahnya. Jadi kalau memang tak memungkinkan,