Sean sempat mencoba untuk fokus bekerja pada awalnya. Dia telah mengeluarkan bahan-bahan yang sengaja dia bawa dari Jakarta, serta juga telah menghidupkan laptopnya. Namun, ternyata pikirannya masih belum juga bisa berfokus.Maka pria itu pun berhenti untuk memaksakan diri. Ia menyimpan semua itu kembali, lalu malah berjalan ke dapur untuk menemukan sebotol penuh vodka dan juga satu gelas wine. Lantas kembali dia duduk di tempat tadi.Omong-omong Anggun masih berada di bawah pengawasan di tengah semua itu. Gadis itu kini tampak masih berada di bagian belakang villa untuk menikmati pemandangan malam yang tersaji secara eksklusif di villa mewah itu. Serta tentu saja sambil melakukan tugas yang diberikan oleh Sean padanya – yaitu mengambil gambar dirinya sebanyak-banyaknya.Sempat Sean duduk tenang sambil menikmati minuman itu sejenak. Bayangan dan kenangan soal Tiara soal tempat ini kembali menari-nari di dalam ingatannya, namun kali ini Sean tidak menepisnya. Ia memutuskan untuk tengge
Setelah Anggun selesai mengisi perutnya, Sean tak membuang waktu lebih lama. Pria itu dengan segera menutup laptop serta dokumen yang tadi dikerjakannya. Lalu menyuruh Anggun untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke luar.Tentu saja Anggun jadi merasa antusias lagi saat mengetahui hal itu. Dia dengan bodohnya menepis hal-hal buruk yang dipikirkannya sejak tadi – termasuk rasa kesalnya kepada Sean, lantas dengan sangat antusias mengikuti pria itu.‘Tapi dia mau membawaku ke mana ya? Apa lagi yang ia rencanakan?’Ada perasaan was-was dan curiga. Namun, lagi-lagi semua itu dengan cepat hilang dari pikirannya. Saat ia menduduki tubuhnya di dalam mobil. Lantas mulai dapat menikmati keindahan dari pulau milik Indonesia yang sangat terkenal itu dari dalam mobil yang bergerak.Anggun tak bisa untuk tidak mengagumi semua yang dia lihat. Setelah 23 tahun lamanya hanya bisa penasaran saja dengan hal-hal yang selalu disebut indah dan enak dipandang mata itu, kini dia benar-benar menyaksikan
Rasanya Anggun ingin menangis saat menunggu panggilannya selanjutnya untuk tersambung. Yang mana setelah menyelesaikan telepon singkatnya dengan Bibinya tadi, kini dia akan menghubungi sahabat terbaiknya Melya.Melya mengangkat panggilan lebih lama dari perkiraannya. Sepertinya dia sedang sibuk bekerja, mengingat SPG seperti dirinya malah lebih sibuk di akhir pekan seperti ini. Hal itu membuat Anggun jadi begitu was-was kalau saja dia tak bisa berbicara dengan Melya di kesempatan yang begitu terbatas.Hingga ketika sambungan itu baru saja hendak terputus, tiba-tiba….‘Halo? A-Anggun? Ini kamu, kan?’Ada sedikit sesak di dadanya yang Anggun rasakan. Dia bahkan kesulitan untuk menahan tangisnya. Namun, tentu saja dia terus berusaha kuat mengingat waktu yang diberikan Sean padanya tidaklah banyak.“I-Iya, Mel. I-Ini aku.” Dia jeda untuk menahan emosinya sendiri. Agar dia tak menangis, atau yang lebih buruk berteriak tak tahan demi meminta bantuan. “K-Kamu apa kabar, Mel?”‘Kabarku baik.
Rasanya Anggun ingin menangis saat menunggu panggilannya selanjutnya untuk tersambung. Yang mana setelah menyelesaikan telepon singkatnya dengan Bibinya tadi, kini dia akan menghubungi sahabat terbaiknya Melya.Melya mengangkat panggilan lebih lama dari perkiraannya. Sepertinya dia sedang sibuk bekerja, mengingat SPG seperti dirinya malah lebih sibuk di akhir pekan seperti ini. Hal itu membuat Anggun jadi begitu was-was kalau saja dia tak bisa berbicara dengan Melya di kesempatan yang begitu terbatas.Hingga ketika sambungan itu baru saja hendak terputus, tiba-tiba….‘Halo? A-Anggun? Ini kamu, kan?’Ada sedikit sesak di dadanya yang Anggun rasakan. Dia bahkan kesulitan untuk menahan tangisnya. Namun, tentu saja dia terus berusaha kuat mengingat waktu yang diberikan Sean padanya tidaklah banyak.“I-Iya, Mel. I-Ini aku.” Dia jeda untuk menahan emosinya sendiri. Agar dia tak menangis, atau yang lebih buruk berteriak tak tahan demi meminta bantuan. “K-Kamu apa kabar, Mel?”‘Kabarku baik.
Sementara Sean saat ini kembali sampai di villa pribadinya. Pria itu lantas kembali dengan rutinitas utama di dalam hidupnya, yaitu melakukan pekerjaan yang bisa dia kerjakan walaupun di tengah wakatu luang seperti ini.Sekali lagi Sean berusaha untuk memfokuskan pikirannya. Namun, kembali pria itu tiba-tiba menghentikan pekerjaannya. Ia mendesah sambil melepas kacamatanya.“Kenapa aku tak bisa berkonsentrasi sih? Kenapa aku teringat akan Tiara melulu?”Pria itu melayangkan pandangannya ke sekitar tempat itu, di mana anehnya memang kenangan Tiara terasa sangat kental di sana. Mungkin karena memang segitu berartinya momen-momen bulan madu mereka dulu sebagai momentum saat hatinya dicuri oleh mendiang istrinya itu. Sehingga hal itu terasa sulit untuk dia abaikan sama sekali.Mana Anggun sekarang juga tak ada di sini.Semalam Sean yang tak tahan, akhirnya dapat melampiaskannya kepada Anggun seperti yang sering dia lakukan. Tak hanya menghabiskan malam dengan mengecup kelopak matanya, nam
Nyatanya waktu untuk Anggun dapat bicara dengan Sean terus saja tertunda. Setelah tadi dia masuk kamar meninggalkan pria itu berbicara dengan anak buahnya, nyatanya rasa lelah membuat Anggun memutuskan untuk tidur setelah membersihkan dirinya. Lalu saat terbangun keadaannya sudah gelap.“A-Astaga. Ini kan sudah lewat jam tujuh malam. Apa dia akan mengamuk padaku?”Dengan panik, Anggun segera bangun dari tempat tidurnya. Dia lantas segera berlari ke luar kamar. Saat berjalan menuju ruang makan, dilihatnya beraneka makanan terlihat sudah dihidangkan di sana. Semuanya dalam keadaan utuh tanpa disentuh sama sekali.‘Dia juga belum makan malam? Tapi kan ini sudah hampir jam delapan malam? Apa… dia akan marah padaku?’“Kamu akhirnya sudah bangun?”“Astaga!”Anggun berseru kaget saat tiba-tiba pria itu datang dan menyapanya dari belakang. Membuat jantungnya terasa ingin copot seketika.Tapi kau tahu? Bahkan walau Anggun sudah bereaksi seperti itupun, pria itu tampak masih tenang seakan tanpa
“Ya sudah. Aku mau lanjut bekerja. Sementara kamu… kamu bisa lakukan apapun yang kamu inginkan asalkan tidak ke luar dari tempat ini. Seperti biasanya, kamu jangan mengetesku kalau tidak mau rugi.”“T-Tunggu!”Sean yang hendak bangkit dari tempat duduk tampak menghentikan pergerakannya. Lalu kembali melirik Anggun lagi. Di mana sang gadis tampak masih ingin mengatakan sesuatu kepadanya.Anggun malah tergagap. Padahal banyak yang ingin dikatakannya pada pemuda itu sejak tadi, namun kini semuanya seperti menumpuk saja di otaknya. Dia tak tahu harus mengatakan apa dulu terhadap sang pemuda yang menunggu ucapan selanjutnya.“Kamu yakin baik-baik saja dan lanjut bekerja? Wajahmu terlihat pucat, tahu.”“Pucat?”Sean mengernyitkan dahinya tak percaya. Sempat ia mengalihkan pandangan menuju kaca jendela yang berada beberapa meter dari sana, lalu memandang pantulan dirinya. Sebelum kemudian ia kembali melirik gadis itu.“Aku tak merasa pucat. Aku baik-baik saja,” katanya tegas.‘Benar-benar pu
Walaupun telah mencoba untuk memfokuskan pikirannya, namun ternyata Sean masih juga belum bisa tenang. Nyatanya walau telah berkutat dengan pekerjaannya selama berjam-jam lamanya namun tidak satupun yang bisa dia selesaikan. Ia bahkan tak bisa menulis satu kalimat saja.Apalagi karena ucapan Anggun tadi mempengaruhinya. Walau sadar kalau sejak kemarin dia terus memikirkan soal Tiara dengan cukup berlarut-larut, ia pikir itu hanya semacam nostalgia biasa saja. Hal itu tidak akan mempengaruhi kesehatannya. Namun setelah tadi Anggun bilang wajahnya sedikit pucat, lalu menyadari bagaimana selain tak fokus memang kepalanya terasa lebih berat, ia pun akhirnya harus mengakuinya. Kalau memang ada yang tak beres dengan dirinya.Namun, ia masih mencoba untuk mengabaikannya. Ia masih tetap duduk di sana sambil kini hanya mengecek dan membaca-baca dokumen penting yang dihadapinya saja. Sesekali juga melirik Anggun yang hanya duduk-duduk saja di kursi berjemur di samping kolam berenang. Sean harus