Beranda / CEO / Suami Sang Pendonor / “Apakah Dia Tengah Membunuhku?”

Share

“Apakah Dia Tengah Membunuhku?”

Penulis: kupukupuku
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-16 16:42:31

Anggun tak melupakan perintah dari Sean tadi. Dia sangat mengingatnya, walaupun dia mencoba untuk tidak peduli. Apalagi ketika mendengar suara dentingan dari jam berbentuk menara yang berada di ruang tengah.

Namun dia tak mau menurutinya.

Setelah semua yang terjadi seharian ini, setelah merasa begitu dipermainkan dan dikontrol oleh orang asing ini, Anggun merasa harus kembali berpegangan pada komitmen dan keberanian di dalam dirinya. Di mana walaupun semua itu sulit dengan keadaannya sekarang, dia harus memastikan untuk tidak semudah itu tunduk terhadap perintahnya.

Itu sebabnya dia tak melakukan apa-apa.

Sedangkan untuk berjalan menemui pria itu di meja makan, dia bahkan enggan untuk mengikuti perintahnya untuk mandi. Walaupun sebenarnya tubuhnya merasa gerah dan bahkan masih gatal karena sentuhan pria itu tadi, namun dia memilih untuk menahannya. Anggun percaya ini adalah cara untuk membangkang. Untuk menunjukkan pada orang itu kalau dia tak menakuti Anggun, sehingga dia tak bisa me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Sang Pendonor   Hal Aneh Yang Terjadi Tadi

    Sean memandang datar sosok Anggun yang kini tengah terbaring di depannya. Di mana tubuh perempuan itu masih sedikit basah, dengan adanya sisa-sisa air mandi yang tadi mengguyurnya.Perempuan itu pingsan di tengah kegiatan mereka tadi. Hal itu tidak mengejutkan sebenarnya, mengingat dia adalah seorang perawan yang tak pernah mengalaminya sebelumnya. Belum lagi karena dia juga berbeda dengan perempuan seumur dirinya yang seharusnya sudah cukup ‘melek’ dengan hal-hal seperti ini, namun nyatanya dia mengalami 23 tahun hidupnya sebagai perempuan buta. Sehingga tidak mengherankan kalau dia sama sekali tidak tahu.Apalagi Sean mengakui kalau tadi ia lakukan dengan begitu kasar dan bahkan tak manusiawi sama sekali Tanpa peringatan dan persiapan, pria itu memaksakan dirinya kepada wanita itu. ‘Miliknya’ menembus sebuah liang yang sebelumnya tak pernah tersentuh, di kala Anggun tengah panik dan ketakutan karena perlakuannya. Sehingga itu sebabnya serangan itu terkesan terlalu besar dan dahsyat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Suami Sang Pendonor   Direnggut Tanpa Peringatan

    Walaupun bertentangan dengan hatinya, Anggun terpaksa harus mengikuti kata-kata Sean. Dia segera memilih beberapa pakaian yang disediakan di sana dan dengan cepat mengenakannya. Bahkan sebelum jam dinding menyentuh pukul setengah delapan, dia dengan cepat berjalan ke luar. Tak mau sampai terlambat dan kembali memancing kemarahan Sean.Sesampainya di ruang makan, lagi-lagi aneka makanan yang menggugah selera menyambutnya. Namun nyatanya Anggun tak merasa bersemangat sama sekali. Karena dia tak lapar, karena makan bukan hal yang dia inginkan sama sekali saat ini.Tubuh Anggun sedikit menegang saat mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Suara langkah yang mendekat pun terdengar, yang entah kenapa terkesan seperti sura horor baginya. Membuat Anggun secara tanpa sadar mengeratkan cardigan di tubuhnya seperti dia sempat terus menarik-narik selimut tadi.“Bagus kamu akhirnya mendengarnya. Seharusnya sejak tadi kamu begini, sehingga hal tadi tak perlu terjadi.” Sean berkomentar datar sambi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Suami Sang Pendonor   Tanpa Rasa Bersalah

    Sambil mengepalkan tangannya erat-erat dan suara yang bergetar, Anggun memandang tajam pria asing di depannya itu. Karena lagi-lagi dia mendapat keterkejutan dari pernyataan yang keluar dari mulut pria itu.Karena bagaimana mungkin dia tak kaget? Pria yang bahkan masih belum dia ketahui namanya itu sendirilah yang bilang kalau tadi mereka telah berhubungan badan. Hal yang menurut orang tuanya tak boleh sembarangan dilakukan kalau bukan dengan orang yang Anggun cintai. Hal yang kata orang-orang seharusnya hanya dapat dilakukan saat telah menikah nanti. Namun pria ini bilang kalau tadi dia telah melakukan ‘hal itu’ terhadap Anggun? Parahnya… tanpa kemauan ataupun persetujuan darinya sama sekali.“Itu… nggak benar, bukan?” tanyanya tak lama. Masih berusaha untuk menyangkal hal itu walau firasatnya kian terasa memburuk.Namun lagi-lagi pria itu menunjukkan reaksi yang tak menyenangkan. Ia mendesah berat bercampur muak, tanpa ada penyesalan sama sekali. Bahkan setelah ia terbukti melakukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Suami Sang Pendonor   Q & A

    Anggun sebenarnya masih curiga pada pil itu. Dia takut kalau benda itu diberikan padanya dengan maksud lain yang kurang baik dari Sean, serta dia khawatir kalau itu akan menimbulkan bahaya terhadap tubuhnya.Namun beberapa jam sejak berada di rumah ini dan mengenal tabiat pria asing itu membuatnya sadar kalau mengikuti ucapannya adalah hal yang paling tepat untuk Anggun lakukan. Selain itu karena dia telah dijanjikan bahwa semua pertanyaannya akan diberikan jawaban olehnya, sehingga Anggun berpikir untuk tidak merusak suasana hati pria itu agar janji tersebut dapat terpenuhi.‘Walaupun aku tak bisa sepenuhnya percaya dengan ucapannya. Tapi yang jelas, aku harus sesegera mungkin mendapatkan jawaban kenapa dia melakukan semua ini padaku. Aku juga ingin tahu dari mana dia tahu nama serta sejarah tentang diriku.’Setelah menghabiskan sebatang rokok tadi tadi, Sean tampak bangkit dari tempat duduknya. Hal itu membuat Anggun ikut bergegas berdiri, lalu dengan cepat mengikuti langkah kakinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Suami Sang Pendonor   Path Crossed

    Setahun yang lalu….“Kami telah berusaha semaksimal mungkin. Tapi mohon maaf … kami tak bisa menyelamatkan nyawa kedua orang tua Anda.”Jantung Anggun seperti copot dan terbelah menjadi dua saat mendengar ucapan dari pria yang mengaku sebagai dokter yang memberi tindakan terhadap kedua orang tuanya. Orang yang tadi juga langsung menerima kedatangan mereka sejak turun dari ambulans.Padahal seharusnya ini menjadi hari yang wajar.Tidak ada yang aneh atau janggal sejak pagi, ketika dia kembali menemani Bapak dan Ibunya menjaga toko bunga mereka. Namun di sore hari, tatkala kedua orang itu pamit padanya untuk mengantarkan karangan bunga untuk pelanggan, tak sampai lima menit setelahnya terdengar suara benturan yang keras dan teriakan panik di mana-mana. Semua orang bilang padanya kalau mobil pick-up yang ditumpangi oleh Bapak dan Ibunya ditabrak oleh sebuah mini bus yang mengebut saat menyerobot lampu merah.Tapi ini apa? Bagaimana mungkin dia malah mendengar kabar ini?Bagaimana bisa o

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Suami Sang Pendonor   Polisi Bukan Tandinganku

    Kembali ke zaman sekarang.“I-Itu adalah istri kamu?”Anggun bertanya tak yakin pada Sean setelah pria itu menceritakan sedikit tentang istrinya. Bagaimana menurut buku harian Tiara, kedua perempuan itu pertama kali bertemu di atap rumah sakit. Yang kemudian menjadi awal dan perantara dalam takdir kehidupan mereka masing-masing – Tiara meninggal karena penyakit tumor otak, sementara Anggun dapat melihat karena donor mata dari mendiang.“Kamu benar-benar tak ingat atau malah berpura-pura lupa? Bagaimana mungkin di momen sepenting itu – di mana seseorang memutuskan untuk mendonorkan bola mata padamu – kamu sama sekali tidak mengingatnya?” tanya Sean kembali dengan nada yang tajam dan penuh kritikan.“K-Karena tidak pernah ada pembicaraan sampai ke sana.” Anggun menyahut dengan lesu. Lagi-lagi dia masih kaget dengan semua ini, sehinggaa informasi itu diproses begitu lambat di otaknya. Sementara di hadapannya Sean terus menyudutkannya. “Baru sekarang kamu membahasnya, aku pun jadi baru in

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Suami Sang Pendonor   Cuplikan Diary Tiara

    Dear Diary ….Hari ini menjadi hari yang penuh dengan tragedi di hidupku. Saat bekerja, aku tiba-tiba merasa pusing lagi, sehingga kuputuskan untuk memeriksakan keadaanku kepada Dokter Aldi. Sudah bisa ditebak kalau beliau kembali mengatakan soal tumor di kepalaku yang semakin membesar dan menekan saraf-saraf di sekitar otakku, sehingga aku kembali disarankan untuk segera melakukan operasi pengangkatan.Tapi kamu tahu, bukan? Aku tetap tak mau melakukannya. Pada nyatanya aku ini juga pernah menjadi seorang Dokter, sehingga aku tahu betul dengan apa yang terjadi pada tubuhku. Kesempatanku untuk selamat dari operasi pengangkatan tumor itu hanya tinggal sekitar 15% saja, sisanya aku bisa mati atau bahkan berakhir menjalani hidup sebagai wanita cacat dan kehilangan kemampuan otakku untuk hal-hal sederhana seperti mengingat diriku atau orang lain di sekitarku.Aku tak mau. Terlebih, karena aku sekarang menyandang status sebagai seorang istri dari pria seperti Sean.Walaupun berjalan singka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Suami Sang Pendonor   Andai Aku Bisa Memutar Waktu

    Gara-gara membicarakan soal Tiara lagi, Sean ternyata jadi terus kepikiran. Pria itu jadi tak bisa tidur karena kembali dihantui oleh perasaan bersalah dan penyesalan yang selalu menyiksanya selama satu tahun belakangan ini.‘Argh, sial.’Pria sukses yang memiliki bisnis properti besar itu pun akhirnya menyerah. Dia bahkan bangun dari posisinya berbaring, lalu kembali terpengkur memandang potret wajah Tiara di foto pernikahan mereka.‘Kamu tak adil, Tiara. Kamu hanya terus menghakimiku dari sudut pandang kamu saja tanpa menanyakan pendapatku. Kamu juga hanya peduli pada perasaan orang lain saja tanpa benar-benar memikirkan suamimu ini.’Itu adalah omelan yang memang sering dilontarkannya pada Tiara saat berada di titik menyedihkan ini. Karena memang itulah reaksinya setahun yang lalu saat mendengar kematian Tiara begitu saja tanpa mengetahui penyakitnya sama sekali. Lantas saat membaca lembaran-lembaran buku hariannya, saat mengetahui sudut pandang Tiara akan dirinya, hal itu malah se

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20

Bab terbaru

  • Suami Sang Pendonor   Para Pelaku

    “Hahaha, memang sebenarnya orang-orang rendahan seperti mereka bukanlah tandinganku. Mereka nggak seharusnya menantang keluarga Agrawarsena seperti ini. Sehingga tentu saja, itu sama saja cari penyakit namanya.”Di tengah siaran berita yang menginformasikan tentang kecelakaan maut dan mematikan, sosok Hendro Agrawarsena malah tertawa senang merayakan. Bahkan walau hanya memegang sebotol air mineral karena kondisi kesehatannya yang tak terlalu baik, pria paruh baya itu berlagak seolah-olah sedang berpesta minuman keras.“Sekarang rasakan dampaknya. Lagipula… itu memang pantas kamu dapatkan setelah bagaimana mantan istrinya Sean mau berbaik hati menyerahkan bola matanya. Kini Cinderella dengan dongeng klasik murahannya telah berlalu, sehingga Sean dapat kembali ke kehidupannya yang normal yaitu fokus dengan bisnis-bisnisnya.”Miranda, Mamanya Sean sekaligus informan yang mengatakan soal permasalahan Anggun kepada sang mertua tampak hanya menunduk ngeri. Jauh di lubuk hatinya sebenarnya

  • Suami Sang Pendonor   Kabar Yang Menggegerkan

    Ekspresi wajah Armand tampak langsung berubah begitu dia memeriksa ponselnya. Dengan cepat dia melayangkan pandangan ke arah atasannya yang tengah sibuk memimpin rapat pada hari ini. Diam-diam diliriknya lagi layar ponselnya untuk meyakinkan.[Fikar: Bos, gawat Bos. Kami tengah mengikuti target yang pulang dari rumah sakit hari ini, namun hal yang tak terduga terjadi. Mobil yang ditumpangi target bersama kedua temannya ditabrak oleh sebuah bus dari arah yang nggak terduga. Salah satu penumpang perempuan dinyatakan meninggal di tempat, sementara yang dua lagi langsung dibawa ke rumah sakit.]Armand diam-diam mengirimkan pesan balasan.[Kamu yakin? Jangan bercanda? Lalu siapa yang meninggal? Target atau temannya?]Tak lama kemudian ponselnyaa bergetar lagi.[Fikar: Berikut foto-fotonya, Bos. Tidak mungkin kami bercanda. Mengenai identitas korban tak bisa kami cari tahu, sebab terlalu banyak kerumunan di sini dan mereka langsung dibawa ke rumah sakit. Jadi tidak dapat kami pastikan.]Arm

  • Suami Sang Pendonor   Seperti Bom Waktu

    Hendro sangat berfokus dengan permasalahan cucunya itu belakangan ini, sampai dia sering ditegur oleh dokter pribadinya untuk terus menjaga kesehatan. Namun, anehnya setelah begitu lama pria itu merasa kuat dan gigih begini akan sesuatu setelah penyakitnya menjadi parah sekitar empat tahun yang lalu.Saat ini ia terus berfokus pada Anggun serta niatnya untuk mempidanakan Sean. Selain mencari bukti, dia terus berusaha memelajari strategi gadis itu. Termasuk seperti sekarang dia berusaha mencari tahu tentang orang-orang di sekitar Anggun yang mungkin bisa menjadi ancaman.“Dokter ini terlihat gigih sekali membantu Anggun. Awalnya kukira dia menyukai gadis itu, tapi ternyata tidak. Dia malah menyukai Tiara dan dulu bersahabat sangat baik untuknya. Sehingga itu sebabnya dia memiliki sejenis dendam pribadi pada cucuku.”Hendro bergumam begitu sambil membalik setiap lembar kertas hasil laporan anak buahnya.“Dan Dokter ini… memiliki teman yang merupakan seorang polisi. Belakangan bahkan mer

  • Suami Sang Pendonor   Walau Sesulit Apapun Itu

    “Jadi dia bersikeras untuk menuntut? Benar dugaanku kalau dia akan menjadi masalah untuk kita ke depannya.”Hendro Agarawarsena mendesah setelah mendengar rekaman suara terkait pertemuan Sean dan Anggun tadi siang. Karena pria itu memang kembali menggunakan uang dan kekuasaannya untuk memenuhi keinginannya. Termasuk menyuruh orang untuk diam-diam meletakkan penyadap di ruang inap milik Anggun.“Lalu bagaimana? Apa kamu menemukan sesuatu tentang apa yang terjadi dengan mereka selama dua bulan ke belakang ini? Sesuatu yang katanya bisa memperkarakan Sean?” tanya pria paruh baya itu pada seorang pria yang kini berada di depannya.“Seperti dugaan kita, Tuan. Memang cukup sulit untuk menemukannya karena Tuan Sean dan anak buahnya sangat berhati-hati dalam pergerakannya. Tapi… untungnya memang ada sedikit petunjuk.”Pria itu menyerahkan sebuah kertas foto pada Hendro.“Kami mengetahui kalau wanita itu tidak membuka toko bunganya selama dua bulan lebih, Tuan. Memang tak ada laporan kehilanga

  • Suami Sang Pendonor   Keputusan Anggun

    Saat Sean berkunjung ke rumah sakit, Anggun tengah tertidur akibat pengaruh obat. Pria itu pun diusir dengan dingin oleh Melya dan William seperti biasanya. Hal itu lantas baru mencapai telinga Anggun di malam harinya.“Besok biarkan saja dia masuk. Biarkan aku bertemu dengannya. Sebab ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya,” kata Anggun tak lama setelahnya.“Tapi, Nggun. Kamu masih lemah. Aku juga khawatir dia akan membahayakanmu—““Sudah kubilang kita harus cepat menangkapnya, Mel. Kita tak bisa membuang waktu. Lagipula kalau dia membahayakanku bukannya akan lebih mudah bagi kita untuk menangkapnya?”Anggun sedikit meninggikan suaranya, yang tentu saja mengejutkan Melya. Walaupun kemudian gadis itu tampak menatap sahabatnya itu dengan kurang enak.“M-Maaf, Mel. Aku nggak bermaksud membentak kamu. A-Aku hanya… aku hanya terlalu gugup saja. Maaf ya?” tanya Anggun menyesal.Melya tersenyum maklum sambil menggelengkan kepalanya. “Nggak apa-apa kok. Aku paham. Aku sebenarnya setuju

  • Suami Sang Pendonor   Kabar Dari Anggun

    “A-Anggun terbangun? Sungguh?”Sean yang awalnya lesu kini tampak lebih terjaga saat mendapat kabar itu dari Armand pagi ini. Ditatapnya sang asisten pribadi dengan serius.“Ya, Tuan. Ini adalah informasi valid dari pihak dalam yang bekerja sama dengan kita.” Armand menyahut dengan yakin. Dia lalu mengeluarkan ponselnya. “Mereka bahkan mengirimkan foto untuk kita.”Sean dengan cepat merebut ponsel itu, lalu memeriksanya. Kedua matanya tampak sedikit membesar saat memandang foto sosok Anggun yang memang telah membuka matanya lalu dikelilingi oleh pihak medis dan keluarganya. Kedua matanya tampak telah terbuka.‘B-Benar. Anggun akhirnya tersadar? Anggun berhasil melewati masa komanya.’“Suruh sopir menyiapkan mobil, karena kita akan segera ke sana,” kata Sean sambil menyerahkan lagi ponsel itu ke tangan sang asisten pribadi. Di mana ekspresi Armand tampak ragu-ragu. Dia bahkan tak menyahuti cepat seperti biasanya.“Tapi Tuan, hari ini kan kita ada jadwal untuk bertemu dengan calon inves

  • Suami Sang Pendonor   Waktu Yang Ditunggu

    Dan dampak dari permasalahan itu akhirnya mencapai Hendro Agrawarsena. Sama seperti Sean serta anggota keluarga lainnya yang mengetahui permasalahan ini lebih awal, pria itu jadi tak bisa memejamkan matanya. Perasaan cemas dan was-was menguasai hatinya.‘Ini gawat. Kalau dibiarkan begitu saja, dampaknya akan semakin melebar. Nama besar keluarga kami bisa tercemar lalu bahkan Sean bisa dijebloskan ke dalam penjara. Itu akan sangat beresiko untuk kami semua.’Itulah yang Hendro pikirkan walau sudah selarut ini. Ia tampak sudah berbaring di kasur mewah miliknya dan menatap langit-langit kamarnya itu.‘Jangankan harapan untuk memiliki cucu, kalau sampai ini benar-benar terungkap dan diusut polisi, kebanggaan kami selama ini benar-benar akan ternodai. Hal yang sampai kapanpun tak boleh terjadi.’Sebenarnya bahkan keluarga Sean tak tahu secara menyeluruh. Miranda hanya menjelaskan apa yang didengarnya dari mulut Anggun saat cekcok yang terjadi di depan griya tawang milik Sean. Dia bahkan ta

  • Suami Sang Pendonor   Dampak dan Timbal Balik

    Anggun sadar lebih lama dari yang mereka duga. Selama dua minggu hingga hari ini, gadis itu belum juga membuka matanya.Sementara itu kehidupan terus berjalan. Terutama bagi keluarga Anggun yang kini sibuk memperkarakan kejadian ini. Di mana Clara telah dinyatakan sebagai tersangka satu-satunya dalam kejadian ini.Namun, tentu saja bukan hanya itu saja target mereka. Sebenarnya mereka juga ingin membuktikan soal tuduhan penyekapan terhadap Anggun yang dilakukan oleh Sean melalui kasus ini. Namun, tentu saja itu tak mudah karena Sean dibantu anak buahnya pasti sudah mengantisipasi itu semua. Sehingga untuk sekarang bahkan mereka masih belum bisa menghubungkan kasus pencobaan pembunuhan ini dengan kasus tersebut.“Mungkin pada akhirnya kita harus menunggu Anggun untuk bangun dan membuat keterangan sendiri. Apalagi kalau mungkin dia memiliki bukti yang memperkuat tuduhan itu,” kata William pada Melya saat mereka kembali berunding siang ini. Di mana gadis itu selalu diajak makan bersama k

  • Suami Sang Pendonor   Apa Kabar Anggun?

    Anggun segera dilarikan ke Unit Gawat Darurat di rumah sakit terdekat. Dokter sempat memeriksanya sesaat, namun ekspresinya tampak sangat serius di saat itu.“Kita harus segera melakukan tindakan operasi, Pak. Anda walinya, bukan? Tolong segera urus adminstasi serta perawatan yang lain.”Sean tampak masih kebingungan dan sebenarnya sangat syok dengan kejadian ini. Sehingga dia hanya bisa mengangguk saja.“Selamatkan bayinya ya, Dok.” Miranda yang ikut tiba-tiba menyela. “Kalau terjadi sesuatu dan diharuskan memilih. Selamatkan bayinya saja.”“Ma….” Sean sedikit terlambat protes terhadapnya.“Ini yang terbaik. Kamu dan kakek kamu baru saja berbaikan, tak akan Mama biarkan kamu kehilangan bayimu itu.” Miranda tampak bersikeras. Sebelum kemudian berbisik ke telinga sang putra. “Lagipula semuanya tak akan berjalan mulus setelah semua yang terjadi. Anggun tadi terlihat sangat marah, sehingga dia mungkin akan menuntut dan memejarakan kamu karena ulahnya. Jadi kalau memang tak memungkinkan,

DMCA.com Protection Status