Share

Bab 17 - Rumah Mertua

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 22:00:11
Jantungku yang tadinya mulai tenang, kembali berdetak tak karuan seakan-akan ingin bertukar peran dengan paru-paru. Dari dalam mobil, aku tak hentinya merutuki diri sendiri. “Dasar ceroboh!”

Aku makin kepalang bingung harus berbuat apa kala melihat Maya sepertinya menyadari dering ponselku. Terbukti, saat ia menatap curiga pada mobil Zavier dan perlahan melangkah mendekat.

“Aduh, Maya mendekat lagi. Gimana ini? Akan jadi masalah kalau dia sampai tau gue di mobilnya Zavier.” Aku menggigit bibir sambil terus memikirkan solusi untuk melindungi diriku sendiri.

Untungnya, kaca mobil Zavier tidak tembus pandang dari luar. Jadi, aku tidak langsung terlihat dari jarak jauh. Walaupun begitu, tetap saja akan terlihat ketika ada orang yang mengintip dari luar.

Begitu Maya makin dekat dan mulai menempelkan wajah di kaca mobil, mengintip keadaan di dalam, aku refleks membungkuk secepat mungkin, bahkan turun ke kolong depan kursi yang gelap agar ia tak melihatku.

Aku menutup mulut, beru
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aishwa Maira
lun kayaknya yg salah tuh cwe td deh yg ngaku mantanya siapa td mira
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 18 - Interogasi

    “Zavier, antar Aluna ke kamar kamu,” titah Ibu mertua menoleh pada Zavier lalu ganti menatapku sambil tersenyum hangat. “Kamu istirahat dulu, ya, Sayang. Besok baru kita ngobrol-ngobrol. Soalnya sudah malam.” Aku mengangguk pelan. Namun, seketika terkejut kala mengingat sesuatu. Bukankah Ibu mertua meminta Zavier mengantarku ke kamarnya? Jadi, apa maksudnya, malam ini aku tidur di sana? Berdua dengan pria itu? Astaga! Tidak, tidak! Tidak mungkin aku berbagi kasur dengannya. Bagaimana kalau dia macam-macam padaku? Aku tahu tabiatnya Zavier yang resek. Bukankah, dia juga tidak suka miliknya disentuh orang lain? Aku tak bisa membayangkan kalau tidur di kasurnya, terus dia kesal, besok aku tinggal nama. Hanya saja, mau menolak, tetapi tak ada daya. Apalagi masih baru di rumah mertua, bahkan untuk sekadar bernapas saja sungkan. “Ayo, gue temani,” ajak Zavier. “Loh, kok, ngomongnya lo gue, sih? Aku kamu, dong. Biar kedengarannya sopan,” protes Ibu mertua. “Hehe, belum

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 19 - Lo Punya Pacar?

    Aku menoleh pada Zavier di sebelahku dengan tatapan meminta tolong, tetapi rupanya dia juga dilanda bingung dengan pertanyaan Oma yang begitu tiba-tiba. Untungnya, di tengah ketegangan pagi ini, Papa mertuaku membuka suara. “Bu, sarapan dulu. Nanti baru bicara lagi dengan Aluna.” “Loh, Ibu hanya bertanya pada Aluna. Memangnya tidak boleh?” tanya wanita tua itu sedikit ketus. Sepertinya, tadi malam aku salah menduga kalau Ibu mertua pemegang tahta tertinggi di rumah ini, melainkan Oma. Buktinya, Ibu tinggal diam saja sekarang. “Boleh, kok, Oma,” kataku tersenyum semanis mungkin, ngalah-ngalahin manisnya janji mantan saat awal berjumpa. Eya! “Tuh, Aluna aja boleh. Masa kamu nggak boleh?” Papa Kusuma hanya menghela napas pasrah. “Sebenarnya ....” Aku meremas ujung bajuku di bawah sana, sambil memikirkan jawaban yang paling tepat untuk men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 20 - Hampir Ketahuan

    Kami masih bersembunyi di balik patung display di toko baju yang tak jauh dari toko buku ini, berdiri berhimpitan di antara deretan etalase dan pajangan yang cukup sempit. Untungnya, karena pengunjung toko tak terlalu ramai, jadi kami bisa bebas bersembunyi. Bodoh amat dengan CCTV yang mungkin akan menangkap kegiatan kami yang kayak sedang main petak umpet dari kenyataan. Sekarang, yang paling penting adalah Mira and the gang tidak melihatku dan Zavier sedang bersama. Begitu napasku mulai terasa sesak dalam persembunyian ini, aku hendak menoleh pada Zavier yang berdiri tepat di belakangku. Hanya saja, ketika menolah, entah ada angin dari mana yang membuat pelipisku bertabrakan dengan bibirnya. Aku syok! Hampir saja berteriak memakinya, seandainya dia tak sigap menutup mulutku dengan telapak tangannya lalu menggeleng mengisyaratkan agar aku tak boleh berbicara. “Astaga, hampir l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 21 - Pembagian Kelompok

    Aku berbaring di atas kasur dengan posisi telentang sesaat setelah pulang dari toko buku diantar Zavier.Sesekali memejamkan mata, masih tak percaya kalau sekarang aku sudah memiliki suami di usia yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Takdir semesta benar-benar tak bisa ditebak.Beberapa saat kemudian, aku berganti posisi menjadi tengkurap. Mulai menyalakan laptop dan membuka pesan dari Tama di sana. Dengan tangan sedikit bergetar, aku membuka pesan itu dan mendapati dua video yang baru saja diunduh. Napasku terasa berat saat mulai memutar video tersebut. Gambar demi gambar memenuhi layar, memperlihatkan Mira dan teman-temannya menganiaya Kak Alina di belakang sekolah. Mereka mendorong, bahkan sampai menampar Kak Alina seolah-olah kakakku tak lebih dari boneka yang bisa mereka permainkan. Aku bisa melihat ketakutan di gerak-geriknya—ketakutan yang kini membuat dadaku terasa sesak.Rasa marah menumpu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 22 - Di-prank Mira

    “Kenapa harus satu kelompok sama si Zavier and the gang, sih?” Maya menggerutu sambil melipat tangannya di depan dada. Wajahnya terlihat sangat kesal sesekali menghentakkan kaki ke tanah ketika kami tengah berjalan menuju kantin. “Ya, mending kalau Adnan dan Raka, masih bisa diajak kerja sama, tapi Zavier? Dia itu sombong banget, sok berkuasa pula. Dari kelas 1 siapa pun yang jadi teman kelompoknya pasti pada ngeluh karena dia gak ada kontribusinya sama sekali. Sok penting banget jadi orang,” imbuhnya lantas mendaratkan bokong di kursi kantin dengan sedikit kasar. Larissa yang kini duduk di sebelahnya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan. “May, nggak boleh begitu tau. Kita harus menerima siapa pun teman kelompok kita seperti arahan Pak Jeff tadi. Nanti Ibu Ketua kita coba deh obrolin dengan Zavier supaya mau ngerjain tugas kita bareng-bareng. Nggak cuma numpang nama doang.” “Masih mending malau mau dengerin. Orang dari dulu dia nggak pernah mau dibilangin,” ketus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 23 - Kehabisan Kesabaran

    “Kalau gue yang nyingkirin lo gimana?” tanyaku balik menantangnya. Tawa yang tadinya meremehkanku seketika hening. Dapat kulihat mereka saling bertatapan satu sama lain seolah-olah tak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan. Barangkali, mereka merasa herman karena aku berani melawan ketidakadilan. Kutatap mereka satu persatu sambil tersenyum sinis. Giliranku tertawa mengejek begitu melihat raut wajah mereka mulai kesal. “Berani lo nyingkirin gue? Punya nyali dari mana lo?” Mira memandangku sengit bak ingin menelanku hidup-hidup. Cengkeramannya pada kerah bajuku makin kuat, tetapi aku sama sekali tak merasa terintimidasi dengan perbuatannya. Aku hanya tertawa pelan sambil membalas tatapannya yang tajam itu. Dalam beberapa saat kami saling berbalas tatapan sengit seakan-akan ingin saling menerkam. “Berani,” jawabku pada akhirnya. Tanpa sedikit pun merasa takut ataupun gentar. Raut wajah Mira makin terlihat murka. Dengan percaya dirinya berkata, “Berani lo bilang? Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 24 - Belum Terima

    Tiba di rumah, aku melempar tas ke tempat tidur, lalu mengganti pakaian yang basah ini lebih dulu karena dinginnya masih terasa menyusup ke kulitku.Setelah itu, menghempaskan tubuh di tempat tidur. Pikiranku berkecamuk, memutar ulang perbuatan Mira dan teman-temannya yang membuat amarahku makin berkobar.Kurang ajar sekali mereka. Sepertinya, mereka belum tahu siapa Aluna sebenarnya?Aku menghela napas dalam-dalam, berusaha meredakan sedikit amarah yang terasa membakar di dada. “Oke, agaknya mereka memang perlu diberi sedikit pelajaran,” gumamku sambil menggigit bibir, menatap kosong ke langit-langit kamar. Dalam pikiranku, nama pertama yang muncul adalah Lila yang tampaknya paling lemah di antara mereka. Apalagi, kami satu kelas. Jadi, mudah saja untuk kugoyahkan.Dia juga tadi yang berani-beraninya membawa nama guru untuk menipuku. Lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan padanya?Ah, memikirkan cara halu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 25 - Kerja Kelompok

    Di rumah Zavier, kami memulai diskusi untuk tugas kelompok yang diberikan Pak Jeff. Di mana setiap kelompok diminta untuk menanam tanaman dari benih biji-bijian yang nantinya bakal diamati setiap hari dan diukur tingginya dari mulai kecambah. Ya, begitulah risiko masik jurusan exact yang katanya ilmu pasti, kadang mengukur tumbuhan, mengukur setetes air, hingga mengukur kecepatan jatuhnya buah. Sayangnya, tidak bisa mengukur berapa lama yang dibutuhkan seseorang untuk bisa melupakan mantannya. Eya! “Jadi, sore ini, kita nyiapin tanahnya saja untuk bibit. Besok harus dibawa ke sekolah sekaligus bibitnya juga akan ditanam saat pelajaran Biologi.” Sambil memegang catatan, aku mulai menjelaskan rencana dengan serius. Hanya saja, ada seseorang yang terus mengalihkan perhatianku. Tepat di sofa lain, kulihat Zavier menatapku dengan pandangan yang tidak kutahu apa artinya? Bibirnya sesekali tersenyum tipis tiap kali aku berbicara. Rasanya seperti ada api yang membakar wajahku kerap k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17

Bab terbaru

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 68

    Pulang dari rumah Lila, kami mampir di sebuah kafe yang konon jadi favoritnya Zavier. Tempatnya memang lumayan tenang. Aku mengaduk-aduk es kopi susu di depanku sesekali melihat keluar jendela. Rasanya bisa bernapas lega karena berhasil menolong Lila meskipun sebelumnya orang tuaku sempat ragu untuk memberi uang. Bukan terlalu sayang pada uangnya, tetapi takut Lila akan memanfaatkanku di kemudian hari. Namun, pada akhirnya mereka luluh setelah aku mencoba menyakinkannya.“Gue salut sama lo.” Zavier membuka suara, membuatku spontan menoleh padanya yang berada di sebelahku.“Salut kenapa?”“Karena lo suka menolong. Enggak nyangka aja, kalau lo sampai punya pikiran buat bantu Lila keluar dari masalahnya. Jujur, Lila beruntung ketemu orang kayak lo saat dia sedang kesulitan. Bayangin, kalo dia ketemu sama gue, mungkin cuma bakal nyuruh dia sabar.”Aku tertawa kecil. Tidak sepenuhnya menyalahkan pikiran Zavier. Sebelumnya, aku juga

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 67

    Dia didorong hingga tersungkur ke tanah. Ibunya menangis histeris, hendak menolong tetapi seorang pria bertubuh kekar dengan rokok terselip di bibirnya menahan dengan kasar.Aku tebak, dia ayahnya Lila.Helm kulepas begitu motor Zavier berhenti. Beberapa saat, semua orang melihat kedatangan kami penuh tanya. Namun, seolah tak peduli, mereka tetap melanjutkan kekacauan yang terjadi itu.Wanita yang tak lain ibunya Lila terlihat lelah berusaha melepaskan diri dari cengkeraman suaminya. “Bagaimana bisa kau mengorbankan anak kita sendiri demi utang-utangmu? Dia masih sekolah! Dia masih anak-anak! Dia tidak boleh menikah dengan siapa pun!”Perlindungan itu justru mendapat balasan berupa makian dari suaminya. “Diam! Dia hanya anak perempuan! Tidak penting sekolah tinggi-tinggi, ngabisin uang saja. Daripada aku dipenjara, biarkan dia mengerahkan dirinya untuk berbakti padaku sebagai ayahnya! Itu lebih bermanfaat daripada dia sekolah!”Kata-kata

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 66

    Aku menelan ludah. Memijat tengkuk sambil tertawa cengengesan sebelum akhirnya memberanikan diri berkata, “Kak, gue butuh bantuan. Uang, tepatnya.” Pria 28 tahun itu langsung menoleh padaku dengan alis terangkat, tatapannya jangan ditanya. Dia seperti hendak menelanku hidup-hidup. Tajam, bahkan bisa dibilang lebih tajam dari omongan tetangga. Ih, hus! “Uang? Buat apa? Bunda enggak ngasih lo jajan?” Kak Aidan bertanya seperti itu karena pasti dia tahu kalau Bunda selalu rutin memberiku jajan setiap bulan, tidak pernah telat. Jadi, agak aneh jika tiba-tiba meminta uang padanya. “Ada, kok. Ta—tapi, gue ada keperluan mendesak, Kak. Uang jajan gue enggak cukup buat itu.” Tatapan Kak Aidan makin curiga, terlebih melihatku yang tersenyum terpaksa dan refleks menggaruk pelipis yang sebenarnya tak gatal. “Keperluan apa?” “Ada, Kak. Penting banget pokoknya.” Semoga Kak Aidan tak terlalu banyak tanya setelah ini. So, aku ragu jika mengatakan yang sebenarnya, Kak Aidan tak akan membe

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 65

    “Gue rasa, dia dan gengnya dibiarin makin ngelunjak. Kayaknya emang perlu dikasi pelajaran!” tegas Zavier sambil mengepalkan tangan. Raut wajahnya, tampak sangat emosi.Aku menghela napas pelan, tanpa berpikir panjang, menyentuh tangan Zavier yang masih mengepal di atas meja. Maksudku untuk menenangkannya, dia sedang salah paham. “Hei, lo enggak usah marah-marah begitu juga. Gue ngajak ngobrol buat minta bantuan, bukan ngajakin tawuran,” ujarku tersenyum geli, “lagipula, Lila enggak gangguin gue.”Zavier menoleh padaku. Ekspresinya terlihat tenang, meskipun keningnya masih mengerut, seakan-akan menuntut penjelasan.“Lalu, ada apa?”Aku menarik napas panjang, sebelum akhirnya berkata jujur. “Lila sedang dalam masalah. Jadi ....”Mulai kuceritakan masalah Lila secara detail, tajam, terpercaya, tanpa digoreng sampai kriuk-kriuk. Semua ceritaku sesuai dengan fakta yang ada. Tentunya, yang kudengar dari Lila tadi malam.Tata

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 64

    Aku berdiri terpaku di ruang tamu, tangan terkepal erat di sisi tubuhku. Kata-kata dari dalam kamar itu terus terngiang di telingaku. “Mau sampai kapan, kamu nyembunyiin kebenaran soal kematian kakaknya Aluna, Zavier? Dia harus tau itu.”Napasku tiba-tiba terasa sesak. Jantungku berdegup kencang, seolah-olah hendak meledak. Tentang kematian Kak Alina? Jadi, benar dugaanku kalau mereka sebenarnya mengetahui semuanya, tetapi sengaja menyembunyikan. Dan, kebaikan yang diperlihatkan di depanku, semua hanya ... palsu, demi menutupi kebobrokan keluarga mereka.“Lihat saja, apa yang akan kulakukan nanti untuk membalas perbuatan kalian?” geramku dalam hati, penuh dengan emosi yang membara.Aku ingin langsung menerobos pintu kamar yang sedikit terbuka itu, menuntut penjelasan mereka sekarang juga. Akan tetapi, tubuhku hanya terpaku di tempat seolah-olah sulit untuk sekadar melangkah.Sisi lain diriku ingin mendengar lebih banyak, mencari kepastia

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 63

    “Oh, pantesan enggak mau gabung kita lagi karena udah punya teman lain. Penghianat lo!” murka Mira sambil menunjuk Lila.Suaranya yang melengking keras itu membuat beberapa orang di sekitar mulai melirik ke arah kami.Kulihat Lila tampak ingin menjelaskan, bibirnya terbuka seolah mencari kata-kata yang tepat untuk membela diri. “Enggak ... bukan gitu, Mir. Gue ....”“Apa?!” Mira memotong kasar. Tangannya terangkat, siap memukul Lila yang menunduk ketakutan.Hanya saja, aku yang melihatnya, refleks meraih pergelangan tangan Mira sebelum tangannya menyentuh Lila. “Lo mau ngapain?” tanyaku ketus.Tatapan tajam kami bertemu seakan-akan ingin saling menelan hidup-hidup. Mira mendengus, mencoba menarik tangannya, tetapi aku tidak melepaskannya begitu saja, justru makin mencengkeram dengan sekuat tenaga. Hitung-hitung untuk memberinya peringatan agar tak seenaknya jadi orang.“Emang ada aturan Lila enggak boleh berte

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 62

    “Lila?!”Aku dan Lila kompak menoleh ke sumber suara. Tampak Larissa dan Maya melangkah mendekat. Jangan ditanya ekspresinya bagaimana? Mereka tampak terkejut, mungkin karena melihatku bersama dengan Lila, padahal selama ini, Lila termasuk salah satu orang yang selalu menggangguku.“Ngapain lo di sini sama Aluna?” Maya langsung menyerang Lila dengan tatapan mengintimidasi.Kulihat Lila menunduk. Tangannya tanpa sadar memainkan ujung seragamnya seolah-olah itu bisa mengurangi kegugupannya. “Gue cuma ... cuma ....”“Cuma apa?” Larissa memotong dengan suara tajam. Sorot matanya seperti menuntut jawaban yang lebih jelas. “Mau gangguin Aluna lagi lo?” Maya menyeringai sinis, seakan-akan menyakini kalau Lila hanya akan membuat masalah di sini.Aku mendengus pelan, menarik Larissa dan Maya agar menjauh dari Lila yang tampak tertekan dengan tatapan kedua temanku itu. “Udah-udah, Lila enggak ganggu gue,” ujarku, membuat mereka

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 61

    Tak butuh waktu lama, suara dari seberang pun terdengar.  “Halo,” katanya dengan nada yang terdengar kesal.“Ada apa, sih, sampai missed call dan pesan lo banyak banget?” tanyaku to the point.“Lo dari mana aja?” Zavier langsung menyemprotku tanpa basa-basi. “Ditelpon enggak diangkat, di-chat enggak dibalas. Gue bahkan udah mau nyusul ke rumah lo, tapi untung lo nelepon duluan. Kebiasaan banget ngilang kayak punya jurus menghilang aja lo!”Aku memutar bola mata, mendesah pelan mendengar omelannya. “Gue cuma keluar sebentar cari udara segar. Ponsel enggak gue bawa. Kenapa emang? Ada yang penting?"“Iya, ada,” jawabnya, tiba-tiba nada suaranya lebih pelan dari sebelumnya, tetapi tetap terdengar tegas.Aku mengernyit, kemudian bertanya lagi. “Apa?”Dia terdiam cukup lama, membuatku sedikit heran. Kenapa dia?“Halo, Zav-Zav. Kenapa?” tanyaku sedikit mendesaknya. Akhirnya, setelah beberapa saat, dia pun bersuara, te

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 60

    Lila terdiam, menunduk sambil memainkan ujung jaketnya. Aku memperhatikan raut wajahnya yang mendadak muram, tak seperti biasa yang selalu menunjukkan wajah angkuhnya ketika di hadapanku. Kali ini, ia tampak seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. “Bokap gue mana peduli, Lun,” katanya, tersenyum masam. Membuatku terdiam, menunggunya mengatakan sesuatu yang mungkin bisa memperjelas kalimatnya itu.Dia menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Dia pulang ketika lapar, ngantuk, atau mau marah-marah doang.” Suara Lila hampir tak terdengar.Aku mengernyit, mencoba memahami kata-katanya lebih dalam. “Maksud lo gimana?” tanyaku hati-hati.Lila hanya menggeleng pelan. Buru-buru mengalihkan tatapan matanya yang mulai berkaca. “Maaf, enggak seharusnya gue ceritain masalah keluarga gue sama lo. Kita enggak begitu dekat, Lun.”“Setidaknya, gue bisa jadi pendengar yang baik. Lo butuh tempat cerita, mungkin,” kataku, berusaha menebak keingina

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status