Share

Bab 15 - Tanding Futsal

Author: Kharamiza
last update Last Updated: 2024-11-05 21:00:24
Aku terkejut sesaat setelah menutup gerbang karena tiba-tiba terdengar bunyi klakson motor yang sontak membuatku berbalik melihat pada sebuah motor sport yang berhenti di luar gerbang.

Alisku terangkat begitu melihatnya membuka helm. Ternyata Zavier. Ah, pria resek itu, mau apa dia ke sini?

Tidak capek apa hidupnya membuatku kena sial mulu bertemu dia? Terakhir, kemarin sialnya paling parah karena sampai nikah. Entah kesialan apa lagi setelah ini?

Kembali kubuka gerbang dan menghampirinya dengan tatapan kesal. “Ada apa lo ke rumah gue? Ingat, ya, kalau nggak ada hal yang terlalu mendesak, jadwal kita ketemu itu hanya akhir pekan.”

Zavier menyangga wajah dengan kedua tangan sambil senyum-senyum menatapku. Agaknya sengaja mengimut-imutkan wajahnya.

Bukannya imut, malah menjijikan.

“Gue ke sini karena ada yang penting tau,” katanya pada akhirnya.

“Apa?”

Dia tersenyum tipis, belagak tak punya beban saja. “Gue mau ngundang lo nonton gue tanding futsal hari Sabtu nanti.”

A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ani
double up dong........ka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 16 - Pulang Bareng

    “Zavier! Semangat, Zavier!” teriak beberapa cewek yang berada tak jauh dariku itu ketika Zavier kembali bangkit.Keningku mengernyit melihat antusiasnya mendukung Zavier. Dilihat-lihat, sepertinya sebagian besar dari cewek-cewek di sini, datang bukan untuk mengamati permainan futsal, tetapi hanya untuk melihat aksi Zavier. Zavier, tok!Teriakan menggelegar dari para penonton ketika skor berubah menjadi satu kosong untuk tim sekolah kami. Anak-anak di tribun sampai berdiri, berteriak, dan memanggil namanya. Semua girang menyebut nama Zavier yang mencetak gol.Aku? Diam. Tidak ikut heboh seperti mereka meskipun jujur, aksi gol dari Zavier barusan itu cukup keren. Akan tetapi, aku sama sekali tidak terpesona dengannya. Begitu peluit berbunyi tanda istirahat, kedua tim berjalan keluar lapangan untuk mengambil napas dan minum. Aku menarik pandanganku darinya sebentar, tetapi begitu mata kembali fokus, terlihat cewek yang kemarin me

    Last Updated : 2024-11-05
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 17 - Rumah Mertua

    Jantungku yang tadinya mulai tenang, kembali berdetak tak karuan seakan-akan ingin bertukar peran dengan paru-paru. Dari dalam mobil, aku tak hentinya merutuki diri sendiri. “Dasar ceroboh!” Aku makin kepalang bingung harus berbuat apa kala melihat Maya sepertinya menyadari dering ponselku. Terbukti, saat ia menatap curiga pada mobil Zavier dan perlahan melangkah mendekat. “Aduh, Maya mendekat lagi. Gimana ini? Akan jadi masalah kalau dia sampai tau gue di mobilnya Zavier.” Aku menggigit bibir sambil terus memikirkan solusi untuk melindungi diriku sendiri. Untungnya, kaca mobil Zavier tidak tembus pandang dari luar. Jadi, aku tidak langsung terlihat dari jarak jauh. Walaupun begitu, tetap saja akan terlihat ketika ada orang yang mengintip dari luar. Begitu Maya makin dekat dan mulai menempelkan wajah di kaca mobil, mengintip keadaan di dalam, aku refleks membungkuk secepat mungkin, bahkan turun ke kolong depan kursi yang gelap agar ia tak melihatku. Aku menutup mulut, beru

    Last Updated : 2024-11-06
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 18 - Interogasi

    “Zavier, antar Aluna ke kamar kamu,” titah Ibu mertua menoleh pada Zavier lalu ganti menatapku sambil tersenyum hangat. “Kamu istirahat dulu, ya, Sayang. Besok baru kita ngobrol-ngobrol. Soalnya sudah malam.” Aku mengangguk pelan. Namun, seketika terkejut kala mengingat sesuatu. Bukankah Ibu mertua meminta Zavier mengantarku ke kamarnya? Jadi, apa maksudnya, malam ini aku tidur di sana? Berdua dengan pria itu? Astaga! Tidak, tidak! Tidak mungkin aku berbagi kasur dengannya. Bagaimana kalau dia macam-macam padaku? Aku tahu tabiatnya Zavier yang resek. Bukankah, dia juga tidak suka miliknya disentuh orang lain? Aku tak bisa membayangkan kalau tidur di kasurnya, terus dia kesal, besok aku tinggal nama. Hanya saja, mau menolak, tetapi tak ada daya. Apalagi masih baru di rumah mertua, bahkan untuk sekadar bernapas saja sungkan. “Ayo, gue temani,” ajak Zavier. “Loh, kok, ngomongnya lo gue, sih? Aku kamu, dong. Biar kedengarannya sopan,” protes Ibu mertua. “Hehe, belum

    Last Updated : 2024-11-07
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 19 - Lo Punya Pacar?

    Aku menoleh pada Zavier di sebelahku dengan tatapan meminta tolong, tetapi rupanya dia juga dilanda bingung dengan pertanyaan Oma yang begitu tiba-tiba. Untungnya, di tengah ketegangan pagi ini, Papa mertuaku membuka suara. “Bu, sarapan dulu. Nanti baru bicara lagi dengan Aluna.” “Loh, Ibu hanya bertanya pada Aluna. Memangnya tidak boleh?” tanya wanita tua itu sedikit ketus. Sepertinya, tadi malam aku salah menduga kalau Ibu mertua pemegang tahta tertinggi di rumah ini, melainkan Oma. Buktinya, Ibu tinggal diam saja sekarang. “Boleh, kok, Oma,” kataku tersenyum semanis mungkin, ngalah-ngalahin manisnya janji mantan saat awal berjumpa. Eya! “Tuh, Aluna aja boleh. Masa kamu nggak boleh?” Papa Kusuma hanya menghela napas pasrah. “Sebenarnya ....” Aku meremas ujung bajuku di bawah sana, sambil memikirkan jawaban yang paling tepat untuk men

    Last Updated : 2024-11-08
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 20 - Hampir Ketahuan

    Kami masih bersembunyi di balik patung display di toko baju yang tak jauh dari toko buku ini, berdiri berhimpitan di antara deretan etalase dan pajangan yang cukup sempit. Untungnya, karena pengunjung toko tak terlalu ramai, jadi kami bisa bebas bersembunyi. Bodoh amat dengan CCTV yang mungkin akan menangkap kegiatan kami yang kayak sedang main petak umpet dari kenyataan. Sekarang, yang paling penting adalah Mira and the gang tidak melihatku dan Zavier sedang bersama. Begitu napasku mulai terasa sesak dalam persembunyian ini, aku hendak menoleh pada Zavier yang berdiri tepat di belakangku. Hanya saja, ketika menolah, entah ada angin dari mana yang membuat pelipisku bertabrakan dengan bibirnya. Aku syok! Hampir saja berteriak memakinya, seandainya dia tak sigap menutup mulutku dengan telapak tangannya lalu menggeleng mengisyaratkan agar aku tak boleh berbicara. “Astaga, hampir l

    Last Updated : 2024-11-09
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 21 - Pembagian Kelompok

    Aku berbaring di atas kasur dengan posisi telentang sesaat setelah pulang dari toko buku diantar Zavier.Sesekali memejamkan mata, masih tak percaya kalau sekarang aku sudah memiliki suami di usia yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Takdir semesta benar-benar tak bisa ditebak.Beberapa saat kemudian, aku berganti posisi menjadi tengkurap. Mulai menyalakan laptop dan membuka pesan dari Tama di sana. Dengan tangan sedikit bergetar, aku membuka pesan itu dan mendapati dua video yang baru saja diunduh. Napasku terasa berat saat mulai memutar video tersebut. Gambar demi gambar memenuhi layar, memperlihatkan Mira dan teman-temannya menganiaya Kak Alina di belakang sekolah. Mereka mendorong, bahkan sampai menampar Kak Alina seolah-olah kakakku tak lebih dari boneka yang bisa mereka permainkan. Aku bisa melihat ketakutan di gerak-geriknya—ketakutan yang kini membuat dadaku terasa sesak.Rasa marah menumpu

    Last Updated : 2024-11-09
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 22 - Di-prank Mira

    “Kenapa harus satu kelompok sama si Zavier and the gang, sih?” Maya menggerutu sambil melipat tangannya di depan dada. Wajahnya terlihat sangat kesal sesekali menghentakkan kaki ke tanah ketika kami tengah berjalan menuju kantin. “Ya, mending kalau Adnan dan Raka, masih bisa diajak kerja sama, tapi Zavier? Dia itu sombong banget, sok berkuasa pula. Dari kelas 1 siapa pun yang jadi teman kelompoknya pasti pada ngeluh karena dia gak ada kontribusinya sama sekali. Sok penting banget jadi orang,” imbuhnya lantas mendaratkan bokong di kursi kantin dengan sedikit kasar. Larissa yang kini duduk di sebelahnya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan. “May, nggak boleh begitu tau. Kita harus menerima siapa pun teman kelompok kita seperti arahan Pak Jeff tadi. Nanti Ibu Ketua kita coba deh obrolin dengan Zavier supaya mau ngerjain tugas kita bareng-bareng. Nggak cuma numpang nama doang.” “Masih mending malau mau dengerin. Orang dari dulu dia nggak pernah mau dibilangin,” ketus

    Last Updated : 2024-11-10
  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 23 - Kehabisan Kesabaran

    “Kalau gue yang nyingkirin lo gimana?” tanyaku balik menantangnya. Tawa yang tadinya meremehkanku seketika hening. Dapat kulihat mereka saling bertatapan satu sama lain seolah-olah tak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan. Barangkali, mereka merasa herman karena aku berani melawan ketidakadilan. Kutatap mereka satu persatu sambil tersenyum sinis. Giliranku tertawa mengejek begitu melihat raut wajah mereka mulai kesal. “Berani lo nyingkirin gue? Punya nyali dari mana lo?” Mira memandangku sengit bak ingin menelanku hidup-hidup. Cengkeramannya pada kerah bajuku makin kuat, tetapi aku sama sekali tak merasa terintimidasi dengan perbuatannya. Aku hanya tertawa pelan sambil membalas tatapannya yang tajam itu. Dalam beberapa saat kami saling berbalas tatapan sengit seakan-akan ingin saling menerkam. “Berani,” jawabku pada akhirnya. Tanpa sedikit pun merasa takut ataupun gentar. Raut wajah Mira makin terlihat murka. Dengan percaya dirinya berkata, “Berani lo bilang? Be

    Last Updated : 2024-11-11

Latest chapter

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 50

    Aku masih duduk di tangga bawah pohon besar ketika tiba-tiba Maya dan Larissa datang.Larissa langsung mengambil tempat di antara aku dan Zavier.“Dilarang berdua-duaan karena orang ketiganya setan,” katanya membuat pria bergelar suamiku itu terpaksa bergeser sambil mencebikkan bibirnya. Sementara itu, Maya menangkup wajahku seakan-akan memastikan organ-organnya tak ada yang hilang. “Lun, Lo kenapa, sih, tadi datang-datang langsung dihukum. Terus juga, tumbenan lo telat datang?” Dia berdiri dengan tangan bertolak pinggang, menunggu jawabanku.Belum sempat aku menjawab, Zavier yang mungkin merasa tersisih lantas bangkit. Menatapku, lalu berkata, “Gue pamit dulu, Lun. Mau main futsal.”Aku hanya mengangguk kecil, menatap punggungnya yang perlahan menjauh.Larissa menatapku dengan mata menyipit seakan-akan mencari tahu. “Nah, sekarang jelasin. Kenapa lo bisa dihukum lagi? Kangen dihukum Bu Mila apa gimana? Terus, lo enggak biasanya

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 49

    Aku berdiri di tengah lapangan dengan kepala tertunduk begitu Bu Mila mengoceh panjang lebar, tentu saja memarahiku habis-habisan. Katanya, aku siswi yang tidak ada jeranya dihukum.Di sisi lain, para siswa yang belum masuk kelas pada menatapku, sesekali tampak berbisik-bisik satu sama lain seolah-olah sedang melihat pelaku kriminal baru saja ditangkap.Sempat kulihat juga, Mira dan teman-temannya tampak puas dari kejauhan. Senyum licik mereka yang sambil mengacungkan jari tengah ke arahku, jujur membuatku sangat kesal. Awas saja, setelah ini aku akan membalas kalian satu per satu! Tanpa sadar, tanganku mengepal kuat, mencoba menahan amarah.Sepertinya, aku memang tidak bisa tinggal diam saja melihat mereka yang makin ke sini, makin ngelunjak. Beberapa saat berdiri, teriknya matahari pagi juga sudah mulai terasa menyengat, menerpa wajahku yang seketika memanas. Hanya saja, tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba mendekat. Dia berjalan ce

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 48

    Aku terus meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman dua pria yang entah ada maksud apa sehingga menyeretku ke belakang gudang?Hingga tak lama kemudian, Mira dan teman-temannya muncul dari balik dinding gudang. Tangannya terlipat, ekspresi mereka sama angkuhnya, tampak puas melihatku seperti ini. Sekarang, aku bisa menyimpulkan kalau yang terjadi padaku pagi ini karena ulahnya.Dia menghampiriku dengan mata menyipit tajam seakan-akan penuh dengan kebencian. “Ketemu juga lo!”Kubalas tatapannya tak kalah sengit, lalu bertanya, “Oh, jadi ini kerjaan lo?”“Emang iya. Kenapa?”Aku tertawa miris. “Ngapain lo repot-repot, sih, nyuruh antek-antek lo buat culik gue ke sini? Kan, lo bisa hubungin gue buat nyuruh datang ke sini.”Mendengar perkataanku, mata Mira seketika melotot marah. “Lo jangan banyak bacot!” Bentakannya sama sekali tak membuatku takut.Tangannya yang ramping meraih rambutku dan menariknya dengan kasar. Aku meringis, berusaha menepis tangannya, tetapi cengkeraman pria

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 47

    “Astaga, lo di sini ternyata,” kata Kak Aidan. Dia sambil melangkah santai ke arahku, diikuti dengan Tama. Astaga, mereka bersama lagi? Benar-benar bestie yang sulit untuk dipisahkan. Sebelum Kak Aidan benar-benar tiba di hadapanku, aku melirik ke belakang sofa, memastikan Zavier sudah aman dalam persembunyiannya.Hanya saja, bayangan puncak rambutnya yang sedikit terlihat membuatku langsung panik sehingga harus pura-pura merapikan bantal sofa untuk menutupinya. Diam-diam, aku menarik rambutnya dengan maksud memberikan kode agar ia lebih membungkuk lagi. Entah bagaimana ekspresi Zavier sekarang, mungkin kesal dengan perbuatanku. Biarin aja, masa bodoh dengan ekspresi. “Kakak dari tadi manggil-manggil lo, tapi lo enggak nyahut. Sejak kapan lo jadi budeg begitu?” tanya Kak Aidan dengan nada suaranya yang ketus sambil meletakkan beberapa kantong belanja di meja. Aku tebak itu oleh-oleh. Soalnya aku suka nagih sampai ngambek eng

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 46

    Aku menggeliat pelan, mencoba mengusir rasa kantuk yang masih menggelayuti. Ternyata, aku tertidur di sofa saat menunggu Zavier menyelesaikan tugas dariku. “Kelamaan dia, gue sampai ketiduran!” gumamku dalam hati. Sambil mengumpulkan kesadaran, mataku yang setengah terbuka menangkap bayangan samar seseorang di depanku. Wajah itu tampak menatapku dengan senyum lebar yang mendadak bikin jantungku nyaris melompat dari tempatnya. Astaga, dia ngapain?Panik, aku langsung menyambar buku pelajaran tebal yang tergeletak di atas dadaku, lalu melemparkannya tanpa pikir panjang.BRAK!Buku itu mendarat telak di dahi Zavier, disertai erangan kesakitan yang langsung keluar dari mulutnya. “Argh! Aluna!”Aku buru-buru duduk tegak, mataku membulat panik.“Lo ngapain, sih?!” Aku terperangah, menatapnya yang kini memegangi dahi dengan ekspresi yang tampak menahan sakit.“Lo yang ngapain pake lempar gue segala? Hampir aja g

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 45

    “Bukan buat kuliah gue, tapi biar bisa nafkahin lo. Lo kan enggak mau nerima kalau gue kasih uang yang bukan hasil jerih payah gue.”Deg!Kata-katanya sukses membuat wajahku memanas seketika. Aku langsung menunduk, sibuk pura-pura membolak-balik halaman buku. Entah semerah apa wajahku sekarang karena pernyataan Zavier yang benar-benar di luar dugaanku?Ternyata, dia masih menyimpan kata-kataku di kepalanya. Ya ampun, dasar pria, susah ditebak.“Pikirkan lagi,” gumamku pelan, mencoba mengalihkan perhatian, “itu bukan solusi yang bagus buat lo.”Zavier hanya tersenyum tipis, tetapi aku bisa merasakan pandangannya masih tertuju padaku. “Gue udah pikirkan dan memang ini solusi terbaik. Kita udah nikah, jadi enggak mungkin enggak mikirin tentang ke depan,” katanya lagi. Suasana jadi canggung, tetapi aku tidak berani mengangkat wajah ataupun merespons ucapannya. Kenapa dia selalu berhasil membuatku salah tingkah seperti ini? Astaga! Jangan sampai berlarut.“Udah, nanti dibahas lebih lanju

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 44

    Aku berjalan ke dapur dengan langkah malas, mata masih berat, dan otak belum sepenuhnya bekerja. Tanganku langsung meraih gelas, mengisi air dari dispenser, dan menenggaknya tanpa pikir panjang. Namun, ketenanganku pagi ini langsung buyar oleh suara Bunda yang memekakkan telinga.“Astaga, anak gadis baru bangun jam segini? Malu sama Nak Zavier. Dia udah bangun dari tadi!”Aku hampir tersedak mendengar itu. Gelas di tanganku hampir jatuh, tetapi aku buru-buru memasang ekspresi datar. “Hm,” gumamku pendek sambil mendengus sebal, memilih untuk tidak merespons lebih jauh. Percuma, kalau melawan, ujung-ujungnya nanti Bunda akan mengomel tiada henti.Aku melangkah ke ruang makan dengan gelas di tangan. Tentu saja, pemandangan yang kulihat membuat mood-ku makin buruk.Zavier duduk di kursi makan, terlihat santai, bahkan mengobrol ringan dengan Papa. Entah kenapa mereka terlihat sangat akrab, sudah persis ayah dan anak.“Setengah 8 baru

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 43

    Aku tertawa kecil melihat raut wajah Zavier yang tampak jelas sedang cemas. Alisnya berkerut, sesekali melirik pintu rumahku seperti berjaga-jaga kalau musuhnya akan keluar dari sana. “Takut, ya?”Dia mendengus kecil, langsung memalingkan wajah ke arah lain. Untuk pertama kalinya, aku tidak melihat raut percaya dirinya itu. “Siapa juga yang takut? Gue cuma enggak mau mati dihantam aja,” gerutunya pelan.Aku terkekeh, lalu melipat tangan di dada. “Santai aja, Kak Aidan lagi enggak di rumah. Dia ke luar kota tadi pagi.”Mendengar jawabanku, Zavier mendadak seperti balon yang kehilangan udara. Wajah tegangnya langsung mencair dan dia menarik napas lega. “Oh, syukurlah. Kalau dia ada, mungkin gue lebih baik pulang ke rumah orang tua gue demi keselamatan,” katanya sambil mengusap tengkuk.Aku memutar bola mata sambil menyeringai sinis. “Dasar pengecut!”Jujur saja, kalau Kak Aidan ada di rumah, aku juga mana beran

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 42

    Zavier malah tertawa kecil, menatapku seolah-olah aku sedang melontarkan lelucon paling lucu di dunia. “Loh?”“Ya, kalau lo niat, pasti bawa dua helm. Bukannya cuma satu.”“Kirain tadi lo bakal bawa motor sendiri ke sini.” Dia masih dengan ekspresi santainya, menyodorkan helm itu ke arahku. “Gini, deh. Lo aja yang pake. Gue enggak usah.”Aku menatapnya, setengah tak percaya dengan ucapannya. “Biar apa yang dibonceng pake helm? Aneh banget tau.”“Biar lo aman,” jawabnya ringan, seolah-olah jawabannya itu sangat masuk akal.“Terus lo rela enggak aman cuma biar gue aman?”Dia tersenyum, kali ini ekspresi wajahnya terlihat lebih serius. “Kalau itu buat lo, gue rela ngelakuin apa aja. Udah, enggak usah debat. Nih, gue pasangin.”Tubuhku langsung membeku ketika dia meraih helm itu dan mulai memasangkannya di kepalaku, nyaris tanpa memberiku kesempatan untuk protes. Sentuhan tangannya terasa lembut, tetapi tegas, memb

DMCA.com Protection Status