Claire berbelanja ditemani supir. Masuk ke satu toko dan berbelanja ia lakukan sendiri. Sama seperti saat ia belum menikah.Selain lupa janji, Rainer bahkan pulang larut malam. Claire tidak tau jam berapa akhirnya ia terlelap. Ia hanya sadar bahwa semalam menunggu hingga jam satu lalu memutuskan tidur.Saat terbangun, Lengan Rainer melingkari pinggang. Telapak tangannya berada di perut Claire. Lelaki itu masih terlelap.Claire mengangkat lengan Rainer perlahan. Ia mengenakan mantel tidur dan pergi ke kamar mandi untuk membuang air seni. Lalu, tiba-tiba Rainer menyusulnya.“My Lady.” Rainer merentangkan tangan dan memeluk Claire. “Aku rindu padamu.”Wajah Claire tersenyum. “Pulang jam berapa semalam?”“Emm … jam tiga dini hari.”“Ya, sudah. Kamu tidur saja lagi.”Namun kepala Rainer menggeleng. “Tidak bisa. Aku harus ke kantor pagi-pagi sekali.”“Tapi ini baru jam setengah enam pagi, Rainer.”“Iya, jam enam aku harus sudah ada di kantor. Kita mandi bersama, ya.”Ingin protes, tapi seka
Cukup lama Claire menangisi diri sendiri di toilet. Ia segera sadar bahwa ada mahluk lain yang akan ikut bersedih jika ia menangis terus. Cepat, Claire menghapus air matanya.Wanita cantik itu membasuh wajahnya. Mengulang kembali rangkaian skincare dan make up tipis. Lalu melangkah keluar dari kamar.Sebenarnya ada keinginan untuk menelepon Lunar. Tetapi, ia ingat, Lunar memiliki suami dan pasti sedang menikmati waktu bersama.Lagipula, ia sadar saat ini ia tidak bisa mengandalkan siapa pun. Claire menyetir mobilnya sendiri keluar dari gedung apartemen mewah-nya. Saat akhir pekan, supir pun libur.“Kita mampir ke toko bunga itu, ya.” Claire kembali berbicara pada perutnya. “Mommy suka sekali bunga-bunga di sana.”Claire memarkir kendaraan. Ia lalu masuk ke dalam toko. Hawa dingin langsung menerpa kulitnya.Udara dingin di dalam ruang ini dikhususkan agar bunga-bunga hidup tetap segar. Para pegawai bahkan menggunakan jaket, walaupun ada juga yang tetap santai tanpa baju tebal. Mungkin
Claire mencoba menghubungi Rainer. Namun, setelah tiga kali, Rainer tidak juga menjawab teleponnya.Penuh pengertian, Claire memilih menulis pesan. Jari-jarinya dengan cekatan menceritakan bahwa ia baru saja merasakan tendangan pertama dari si kembar. Ia mengirim pesan tersebut berikut foto perutnya.Sepuluh menit berlalu, Rainer tidak juga membaca pesannya. Sambil menatap perutnya yang sudah tidak terasa kencang, Claire tersenyum.“Tidak apa-apa, ya. Papi pasti masih sibuk. Kita beli es krim saja, yuk.” Claire berbicara pada perutnya lalu mulai menjalankan mobil.Claire memutuskan pergi ke mall. Selain karena ingin berbelanja, ia juga ingin makan es krim pada sebuah restoran terkenal di mall tersebut. Ia melenggang santai sendirian.“Kak Claire!” panggil seseorang.Claire menoleh dan tersenyum pada dua orang yang melambai padanya. Ia datang menghampiri.“Hai, Lunar, Matt,” sapa Claire.“Kakak sendirian?”Kepala Claire mengangguk. Kemudian menjelaskan bahwa ia barusan pergi ke makam S
Selesai berbelanja, Claire pamit lebih dulu. Ia beralasan bahwa Rainer akan pulang dan ia ingin bertemu suaminya. Wanita itu menolak tawaran adik tirinya yang ingin mengantar.“Aku tidak apa-apa. Kalian ‘kan belum selesai. Lanjutkan saja.” Claire lalu melambai pada pasangan tersebut.Lunar dan Matt memperhatikan Claire menjauh. Hingga Claire tidak terlihat lagi, Lunar baru mengalihkan pandangan.“Kamu perhatikan nggak? Sepertinya ada yang berbeda dengan Kak Claire?” cetus Lunar pada suaminya.“Berbeda bagaimana? Tidak, aku tidak melihat kejanggalan.”“Tapi, tak biasanya Kak Claire sendirian. Kak Rainer selalu mendampinginya.”“Tadi ‘kan Kak Claire sudah mengatakan bahwa Kak Rainer sedang sibuk. Aku tau kok, perusahaan Conrad memang sedang naik daun. Transaksi mereka setiap harinya cukup besar.”Tidak ingin berprasangka buruk, Lunar mengangguk. Meskipun hati kecilnya sebagai wanita, ia merasa Claire sedang ada masalah. Tetapi, ia memilih tidak membahas lebih lanjut.Akhirnya Claire sam
“Jangan, Dad. Kasihan, Rainer.”Claire memohon pada sang Daddy. Ia mengatakan meskipun sangat sibuk, Rainer sebenarnya selalu berusaha memberikan perhatian. Hanya saja waktu mereka memang sangat terbatas.Kepala Brandon menggeleng. Ia tidak menyukai cerita putrinya bahwa sehari-hari, Claire hanya bertemu suaminya di ranjang. Rainer bahkan jarang sekali menghubungi Claire.“Aku percaya pada Rainer, Dad. Ia memang sedang sangat sibuk dengan perusahaannya.”“Daddy tau. Tapi, apa ia tidak bisa memprioritaskanmu juga?” Brandon mencebik kesal.“Daddy pasti pernah mengalami saat-saat seperti Rainer ‘kan? Aku yakin dulu Daddy juga sering meninggalkan Mommy.” Claire seolah menyindir Brandon.“Itu sebabnya Daddy tidak ingin kamu juga mengalaminya. Daddy ingin Rainer seperti dulu, selalu siaga mendampingimu.”Siapa yang tidak mau memiliki suami siaga? Tapi, Rainer bekerja keras agar ia mampu berkarir sukses seperti istri dan mertuanya. Lelaki itu pernah berkata tidak ingin orang-orang melihatnya
Rainer kembali ke penthouse menjelang makan malam. Brandon saat itu sedang beristirahat di kamar tamu.Setelah membilas diri, Rainer memeluk erat Claire. Lelaki itu menciumi wajah dan perut istrinya. Hingga akhirnya merebahkan kepalanya di pangkuan sang istri.Claire mengelus sayang kepala Rainer. Lelaki itu terpejam dengan napas teratur menikmati belaian sayang dari istrinya.“Lunar sudah melahirkan?” Rainer bertanya pada Claire.“Sudah. Baru sekitar satu jam yang lalu. Anaknya laki-laki.”“Hmm … sesuai perkiraan dokter, ya.”“Iya.”Meluncurlah cerita saat Andrea melakukan video call. Lunar sedang menggendong bayinya dan memperlihatkannya pada Claire dan Brandon. Bayi laki-laki itu mirip dengan ayah kandung Lunar.“Artinya mirip dengan Lunar versi lelaki.” Rainer memberikan kesimpulannya.“Bisa jadi.”Dengan penasaran, Rainer mendengar cerita tentang bertemunya Andrea dengan mantan suaminya lagi. Menurut Claire mereka terlihat akrab. Tetapi, Brandon mengaku tidak cemburu dan malah me
Malam itu, Rainer tidak dapat tidur nyenyak. Meskipun biasanya sehabis bercinta dengan sang istri, ia bisa langsung terlelap. Namun kali ini, perkataan Brandon seolah berputar-putar terus di kepalanya.Claire sudah tertidur lelap di dalam dekapannya. Tubuh polos wanita cantik itu menempel pada tubuhnya. Rainer mengelus kepala sang istri sambil terus berpikir.“Kamu tidak bisa tidur?” gumam Claire dengan suara parau.Rainer menunduk menatap Claire. Matanya masih terpejam. Ia tak sadar Claire terjaga.“Maaf. Apa aku membangunkanmu?”“Tak apa. Aku mendengarmu menghela napas panjang berkali-kali.” Claire kini mendongak menatap wajah tampan suaminya.“Aku memikirkan apa yang Daddy ucapkan barusan.”Wanita dalam pelukan Rainer tertarik. “Apa yang Daddy katakan padamu?”Senyum setengah bibir diberikan Rainer pada Claire. Tangannya mengelus wajah cantik istrinya. Brandon benar, ia tidak seharusnya mengabaikan mahluk yang sangat ia kasihi ini.“Maafkan aku, My Lady. Kesibukanku pasti membuatmu
Brandon semakin kagum pada perfoma Claire. Saat memimpin rapat, putrinya dapat memberikan keputusan yang tepat. Tidak ada yang menampik bahwa presiden direktur mereka memang benar-benar pemimpin yang handal.Selesai memimpin rapat, Claire kembali ke ruangannya. Demikian juga dengan Brandon. Mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.Di sela bekerja, Mila datang dengan baki di tangan. Claire mengerutkan kening. Sepertinya, ia tidak memesan apa pun.“Dari siapa, Mila?” Claire bertanya sambil memperhatikan makanan yang diletakkan Mila di mejanya.“Waktunya makan cemilan, Nyonya. Tuan Rainer memintaku membelikannya untuk Anda.”Mendengar makanan itu dari sang suami, Claire tersenyum senang. Ia menatap Mila yang masih berdiri di depannya.“Kenapa?”“Aku harus memastikan Anda makan dengan benar.” Mila menjawab tegas.“Hei! Kamu adalah pegawaiku. Bukan pegawai Rainer!” Claire berkata ketus seolah-olah ia marah pada Mila.Mila malah terkekeh. Ia tau Claire tidak akan kesal dengan perha