Share

03

Author: Gray kenzi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Gadis cantik bertubuh tinggi itu kini tengah memandang papanya dengan tatapan kesal, ia benar benar kesal sekarang, pasalnya sang papa benar benar akan menjodohkan mereka, terbukti dari sang papa yang kini meminta Nesa untuk meluangkan waktunya di hari Jum'at karena ia akan di pertemukan dengan pria yang sama sekali tidak Nesa kenal.

"Ngga! Nesa ngga mau!"

Amanda menatap sang anak dengan tatapan geli, ia tahu, di balik topeng sang anak yang kini sedang mencoba memberontak ada secuil rasa takut.

Rafli hanya diam menatap anaknya yang kini menatap dirinya jengkel, pria itu tak akan mempermasalahkan apapun, bagi dirinya pernikahan antara Nesa dan juga Naufal akan segera berlangsung.

Setelah menemui Naufal seminggu yang lalu, pria tampan itu memberitahu dirinya jika jawaban dari mimpinya adalah iya, namun Naufal tetap masih belum yakin, bagi pria itu ia akan melamar Nesa setelah gadis itu juga menyetujui perjodohan ini.

"Kamu mau memberontak?"

Pertanyaan Rafli langsung di jawab anggukan kepala, Nesa sangat mau memberontak sekarang, bagi gadis itu hidupnya tak boleh di atur oleh siapapun.

"Yaudah silahkan, memberontak terserah kamu, tapi kamu tahu kan Nes, kalo kamu memberontak apa yang akan papa lakukan?"

Selama beberapa detik mimik nesa berubah, namun gadis itu sadar, jika sejak awal pilihannya ada memberontak jadi ia kembali memasang mimik wajah sok kuat.

"Papa menyuruhku untuk hidup mandiri, aku tahu, jadi aku telah menyiapkan semuanya, papa ngga usah khawatir, anak gadis mu bisa hidup mandiri."

Setelah mengatakan itu, Nesa berjalan menuju kamarnya, gadis itu akan benar benar hidup mandiri sekarang.

Bagi Nesa, ia pernah tinggal di Australia selama kuliah, jadi tinggal mandiri baginya adalah hal mudah.

"Kamu yakin mas biarin Nesa hidup mandiri." Amanda bertanya khawatir, walaupun sejujurnya ia juga penasaran dengan apa yang akan gadis itu lewati, namun tetap saja, ibu mana yang tega membiarkan anaknya hidup mandiri di usia yang masih terbilang masih muda.

Rafli menutup laptopnya, lalu menatap sang istri dengan tatapan lembut. "Tenang sayang, semua akan baik baik saja."

Di balik pintu kamar berwarna putih, seorang gadis sedang meluapkan rasa kesalnya, kebanyakan orang selalu bilang kalau anak satu satunya akan di perlakukan istimewa, terlebih anak itu perempuan.

Nyatanya, kini kedua orangtuanya rela mengikuti ancaman yang sebenarnya tak nesa rancang seratus persen.

Gadis itu melirik pintu kamar dengan tatapan jengkel. "Harusnya papa larang aku dong! Aku anak papa loh!" Kaki Nesa tergerak kesal.

Ia memutuskan untuk mendekati lemari miliknya, mencoba melihat apa yang seharusnya ia bawa. Semua baju miliknya terlalu banyak, jika membawa semuanya ia pasti merasa kesusahan, maka dari itu Nesa memerlukan waktu sedikit lama untuk memutuskan apa saja yang ia bawa.

Selama hampir satu jam, gadis itu masih terus bimbang akan pilihannya, sesekali ia melirik ke arah pintu, berharap sang mama masuk dan menahannya, namun hasilnya zonk, mungkin ia terlalu berharap.

"Ini beneran ngga di anggap? Astaga, miris banget."

Nesa memasukan beberapa helai baju yang mungkin akan ia butuhkan nanti, tak lupa dengan skincare miliknya, setelah itu ia mengambil tas kecil miliknya.

Bruk!

Nesa menjatuhkan koper itu penuh kesal, ia masih sedikit berharap, namun nyatanya tak ada yang mengetuk pintunya bahkan asisten rumah tangga di rumah ini.

Mata Nesa melirik ke arah jam dinding, jam telah menunjukkan pukul delapan malam, sudah memasuki jam makan malam. Gadis itu masih enggan keluar, sejujurnya ia lapar, namun ia akan malu jika menemui orang tuanya.

Gadis itu kembali duduk ke kasur, berusaha mengabaikan rasa lapar di perutnya, ia sudah bertekad untuk mandiri mulai tadi sore, jadi untuk makan malam saat ini bukan lagi tanggung jawab orang tuanya.

Tak mampu menunggu lama, Nesa pun keluar dari kamarnya, langkah gadis itu menuju tangga, ia mengintip apa yang sedang terjadi di bawah sana, matanya pun melihat jika kedua orangtuanya sedang menyantap makan malam dengan penuh ketenangan, seolah tak merasakan sesuatu yang hilang.

Bibir nesa semakin mengerucut saat melihat menu makanan yang berada di atas meja, semua makanan di sana adalah makanan favoritnya, hal itu membuat perut Nesa kembali berbunyi.

"Ck." Nesa mendecih kesal, ia melihat perutnya.

Ia merasa kesal, mengapa ia memiliki perut yang amat sangat lemah, seharusnya ia bisa menahannya, tapi perutnya terus mengeluarkan suara.

Nesa tak mau kedua orangtuanya melihat kehadirannya di tengah tengah tangga, ia pun kembali masuk kedalam kamarnya.

Dengan kesal ia membuka lemari kecil yang berada di pojok ruangan, ia mengeluarkan satu cup mie instan dari sana, lalu ia memutuskan untuk menjadikan mie instan sebagai menu makan malamnya kali ini.

Dengan rasa kesal Nesa memakan mie tersebut, berusaha suara perutnya akan terhenti. Selesai dengan satu cup mie, suara perutnya tak kunjung berhenti, Nesa semakin panik di buatnya, jika ia terlalu banyak makan mie yang ada ia akan mengalami usus buntu, namun jika ia tak memakan mie perutnya terus bersuara.

Gadis itu kembali membuka kulkasnya, melihat apa yang bisa ia makan, namun kulkasnya hanya menyisakan beberapa bungkus biskuit, ia pun mendengus kesal, ia harus diet, dan ini sudah terlalu malam untuk memakan biskuit.

Kkrrrrkk..

Mata nesa terpejam. "Harus banget masih lapar? Ayolah, ini cacing kebanyakan di manjain sih."

Ia segera mengeluarkan sebungkus biskuit, mau tak mau ia harus memakannya. Berusaha menikmati walaupun otaknya terus terbayang ayam bakar favoritnya. Sial, seharusnya ia tak turun.

"Aaaaah!!" Nesa mengacak rambutnya kesal.

"Mandiri Nes, mandiri." Ia kembali memasukan biskuit kedalam mulutnya.

Tiba tiba saja otak nesa membayangkan jika ia kelaparan besok, bagaimana jika tak ada yang ia makan besok.

Kepala gadis itu menggeleng cepat, namun sedetik kemudian ia melihat kearah kulkas miliknya, ia pun memutuskan untuk membawa sisa cemilan miliknya dan berjalan ke arah koper.

Kreeek~~

Koper terbuka, ternyata koper itu telah di penuhi oleh baju dan juga beberapa skincare miliknya, gadis itu kembali menimang apa yang harus ia keluarkan.

Mengeluarkan skincare bukan pilihan yang bagus, ia benar benar menjadi gembel jika melupakan skincare nya.

Akhirnya ia memutuskan mengeluarkan beberapa baju yang ia kira tak perlu di pakai, gadis itu mengeluarkan gaun gaun dari kopernya, benar benar miris, apa yang akan ia pakai ke Club jika ia tak membawa gaun seksi miliknya, meminjam Misel? Oh tidak, Nesa sama sekali tak bisa membayangkan ia memakai baju milik sahabatnya.

Namun mau tak mau ia akan mencoba nanti, setelah mengeluarkan gaun gaun miliknya, ia pun memasukan mie instan dan juga beberapa cemilan kedalam kopernya, di rasa cukup ia pun menutup kembali kopernya.

Related chapters

  • Suami Pilihan Papa   04

    Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari, namun sampai detik ini Nesa masih enggan keluar dari kamarnya, niatnya ingin hidup mandiri semakin lama semakin luntur, hal itu membuat gadis itu ingin kembali menarik kata katanya.Namun membayangkan ia akan menikah dengan pria asing membuat kepala gadis itu menggeleng cepat. "Ngga, ngga boleh, kamu tuh engga tinggal di jaman situ nur baya!"Segera gadis itu mengeluarkan ponselnya dari tas kecil miliknya, dengan cepat gadis itu mencari kontak Misel, ia harus segera menghubungi temannya.Setelah dering ketiga panggilan itu kini telah di angkat, suara kesal dari Misel jelas terdengar di telinga Nesa, namun gadis itu tetap mengabaikan, ia tahu jika Misel saat ini berada di Club."Apaan sih anjir! Udah kabur lu?" Suara dentuman musik amat sangat jelas hal itu membuat gadis di sebrang sana harus sedikit berteriak."Belom njir, ini gimana cara gua mau kabur, kalo gua aja tadi ijin sama nyokap bokap."Suara gelak tawa menyapa telinga Nesa, ia sudah

  • Suami Pilihan Papa   05

    Pengusiran Rafli sangat begitu nyata bagi Nesa, kini gadis itu hanya memandangi pintu apartemennya dengan tatapan penuh kekesalan, beberapa kali juga nesa harus menghembuskan nafas kasar karena mencoba bersabar menghadapi hal konyol yang baru saja ia lewati. Kini ia benar benar tak ada tujuan, bahkan tabungan yang ia punya hanya cukup untuk makan dua hari, gadis itu benar benar merasa seperti gembel sekarang. Sejujurnya Nesa juga merasa penasaran dengan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya bagaimana bisa pria asing itu membawa dampak cukup besar bagi hidupnya. Seistimewa apa pria itu sampai membuat dirinya di tendang oleh sang papa karena menolak perjodohan.Setelah tadi ia mencoba merayu sang papa namun hasilnya nol besar, keputusan Rafli ternyata cukup kuat, dan keputusan Nesa untuk tak menikah dengan sembarang orang pun sudah bulat. "Aku pacaran sama Dicky, cowo yang jelas jelas aku kenal aja, ujungnya apa pa? Aku di selingkuhi, dan papa dengan santainya menyuruh ku menikah

  • Suami Pilihan Papa   06

    Nesa terus memandangi laptop milik Misel yang berhasil ia pinjam dengan cara merayu selama hampir satu jam. dengan tatapan menanti, setiap kali ia menggulir halaman website yang sedang ia buka, detak jantungnya berdetak tak karuan.Sudah hampir dua jam gadis itu terus memandangi layar laptop namun tak ada satu pesan pun yang masuk, gadis itu mengerang frustasi. Ia memutuskan untuk menutup website lowongan pekerjaan lalu dengan kesal ia membanting tubuhnya ke belakang, sehingga kini punggungnya dengan kasar menyentuh dinding."Gila ini gua, beneran gelandangan." Gadis itu benar benar di buat frustasi, semua usahanya terlihat sia sia, ia sudah mengirimkan CV kepada hampir dua puluh perusahaan, sepuluh cafe, dan juga beberapa bar.Namun nyatanya Nesa tak yang bisa menunggu lebih lama lagi, dengan kesal gadis itu kembali menegakkan punggungnya, lalu mencatat beberapa alamat yang akan ia kunjungi.Bermodal nekat dan juga uang hutang pada Misel sebagai modal untuk pergi keluar, Nesa kini s

  • Suami Pilihan Papa   07

    Senyum Nesa kian melebar, walaupun semalam gadis itu tak bisa tidur akibat rasa senang yang berlebihan, namun gadis itu tetap semangat untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari pertamanya, sudah pasti gadis itu merasa sangat antusias.Kemarin, setelah Rafli mengatakan bahwa ia akan menjadikan Nesa sebagai pegawai di kantor miliknya, sontak membuat gadis itu semakin kegirangan, ia pikir sang ayah akan benar benar menelantarkan dirinya, setelah Nesa mengatakan jika gadis itu tak mau di jodohkan. Namun, faktanya, sang ayah masih mau perduli kepada dirinya.Benar benar definisi anak yang di sayang!Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Nesa saat ia bercerita kepada Misel.Memastikan jika riasan di wajahnya tak terlalu cetar, kini gadis itu sudah siap berangkat kerja. Seperti biasa, nesa harus meminjam baju milik Misel, karena gadis itu tak membawa banyak baju, toh untuk kembali ke rumah yang ada hanya akan menjadi bahan ledekan sang papa, dan mungkin ini akan menjadi kebiasaan N

  • Suami Pilihan Papa   08

    Nesa sebisa mungkin hanya terfokus pada makanan yang ada di hadapannya. Ia sangat merasa menyesal karena telah berfikir baik tentang David, nyatanya, kini pria di hadapannya terus menatapnya dengan tatapan yang menurut gadis itu terlihat sangat menjijikan, sesekali Nesa melirik ke arah Misel, berharap temannya itu melihat tingkah menjijikan sang pacar, namun nyatanya Misel seolah sibuk dengan makanan di hadapannya.Rasa lapar Nesa meluap begitu saja, Nesa kesal sendiri, ia tak bisa terus berlama lama di sini, akhirnya ia memutuskan untuk segera melahap semua makanannya yang terlihat seperti orang rakus."Laper Bun?""Iya!" Jawab Nesa seenaknya, dalam hati gadis itu terus memaki David kesal karena pria itu kini dirinya seperti ini.Prang!! Dengan sedikit kesal, Nesa meletakkan sendok dan garpu miliknya, lalu segera menegak air mineral di hadapannya, mengabaikan tatapan aneh Misel dan juga tatapan David yang masih sama."Kesambet apa sih lu Nes?""Laper anjir!"Misel hanya terkekeh, la

  • Suami Pilihan Papa   09

    Sepulang kerja, Nesa segera menghampiri ruangan sang Papa, namun saat ia hendak membuka pintu, suara dari Ria membuat gadis itu berhenti."Mau cari pak Rafli?" Nesa mundur beberapa langkah sebelum ia mengangguk sebagai jawaban.Nafas gadis itu memburu, bukan karena emosi, namun karena pekerjaan yang ia kerjakan membuat seluruh tenaganya terkuras habis, bahkan saat ini Nesa merasa punggungnya sakit."Pak Rafli ngga datang ke kantor.""Bolos gitu? Papa bolos? Loh, papa kan rajin, masa iya bolos?" Ria hanya terkekeh, apa yang Nesa ucapkan benar, Rafli tergolong pria yang rajin bekerja, selama bekerja dengan Rafli, baru kali ini pria itu ijin bolos."Mending kamu pulang aja, terus kamu ngomong sama papa kamu."Pulang? Yang benar saja, ia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan kini ia tak memiliki sebuah bangunan yang membuatnya benar benar pulang.Namun Nesa tetap mengangguk sebagai jawaban, gadis itu segera berpamitan dengan Ria sebelum tubuhnya menghilang dari hadapan wanita

  • Suami Pilihan Papa   10

    Setelah mendengar permintaan sang mama, Nesa pun memutuskan untuk tinggal di sini sampai selesai acara makan malam, sejujurnya ia juga tak akan menolak, mengingat ia telah lama tidak mengonsumsi makanan enak dan juga bergizi, setiap harinya ia hanya memakan mie instan sampai sampai rasanya enek."Rumah sepi tau Nes, ngga ada kamu." Nesa yang kini tengah menata kursi pun menoleh, ia menatap Amanda dengan tatapan tak enak hati. Gadis itu merasa bersalah, karena dirinya yang terlalu keras kepala mamanya harus mempunyai kesabaran ekstra."Dia lebih milih hidup tanpa kita, sayang. Soalnya dia ngga mau di atur, padahal mah kalo di atur pasti udah kembali kejalan yang benar."Rafli yang baru saja tiba segera menarik kursi di samping istrinya, pria itu menatap istrinya dengan lembut, Nesa yang melihat itu hanya menghembuskan nafas lelah, jiwa jomblonya meronta."Kejalan yang benar, emang aku ikut aliran sesat apa." Selain iri karena papa nya yang selalu menunjukkan sisi romantis, ia juga kes

  • Suami Pilihan Papa   01

    "Sampai jumpa! Sana pulang, awas nabrak lu keknya masih mabok, hati hati sayang!"Gadis cantik yang berada kini duduk dalam mobil terkekeh kecil sebelum menjawab salam perpisahan dari sang teman. Gadis di depan gerbang itu terus melambaikan tangannya ke udara seraya memajukan bibirnya. "Sampai ketemu besok Nesaaa!""Besok di tempat biasa ya, dadah Misel." Gadis itu menutup kaca mobil sebelum menyuruh sang supir segera melajukan mobilnya.Gadis cantik berambut ikal itu kini merasakan kepalanya berat, akibat terlalu banyak minum alkohol tadi membuat kesadarannya hampir hilang."Mbak Nesa mau muntah?"Nesa Fitria Gunawan, gadis dua puluh tahun yang selalu hidup dengan gemirlapnya kehidupan malam itu hanya menggeleng, bagi Nesa, ia bisa menahan ini sampai nanti di rumah.Ia mencium bajunya, dahinya mengernyit, aroma alkohol benar benar mendominasi, lalu ia meraih tasnya mengeluarkan sebotol parfum dan di semprotkan ke beberapa area, berharap bau alkohol miliknya tak terlalu menyengat sep

Latest chapter

  • Suami Pilihan Papa   10

    Setelah mendengar permintaan sang mama, Nesa pun memutuskan untuk tinggal di sini sampai selesai acara makan malam, sejujurnya ia juga tak akan menolak, mengingat ia telah lama tidak mengonsumsi makanan enak dan juga bergizi, setiap harinya ia hanya memakan mie instan sampai sampai rasanya enek."Rumah sepi tau Nes, ngga ada kamu." Nesa yang kini tengah menata kursi pun menoleh, ia menatap Amanda dengan tatapan tak enak hati. Gadis itu merasa bersalah, karena dirinya yang terlalu keras kepala mamanya harus mempunyai kesabaran ekstra."Dia lebih milih hidup tanpa kita, sayang. Soalnya dia ngga mau di atur, padahal mah kalo di atur pasti udah kembali kejalan yang benar."Rafli yang baru saja tiba segera menarik kursi di samping istrinya, pria itu menatap istrinya dengan lembut, Nesa yang melihat itu hanya menghembuskan nafas lelah, jiwa jomblonya meronta."Kejalan yang benar, emang aku ikut aliran sesat apa." Selain iri karena papa nya yang selalu menunjukkan sisi romantis, ia juga kes

  • Suami Pilihan Papa   09

    Sepulang kerja, Nesa segera menghampiri ruangan sang Papa, namun saat ia hendak membuka pintu, suara dari Ria membuat gadis itu berhenti."Mau cari pak Rafli?" Nesa mundur beberapa langkah sebelum ia mengangguk sebagai jawaban.Nafas gadis itu memburu, bukan karena emosi, namun karena pekerjaan yang ia kerjakan membuat seluruh tenaganya terkuras habis, bahkan saat ini Nesa merasa punggungnya sakit."Pak Rafli ngga datang ke kantor.""Bolos gitu? Papa bolos? Loh, papa kan rajin, masa iya bolos?" Ria hanya terkekeh, apa yang Nesa ucapkan benar, Rafli tergolong pria yang rajin bekerja, selama bekerja dengan Rafli, baru kali ini pria itu ijin bolos."Mending kamu pulang aja, terus kamu ngomong sama papa kamu."Pulang? Yang benar saja, ia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan kini ia tak memiliki sebuah bangunan yang membuatnya benar benar pulang.Namun Nesa tetap mengangguk sebagai jawaban, gadis itu segera berpamitan dengan Ria sebelum tubuhnya menghilang dari hadapan wanita

  • Suami Pilihan Papa   08

    Nesa sebisa mungkin hanya terfokus pada makanan yang ada di hadapannya. Ia sangat merasa menyesal karena telah berfikir baik tentang David, nyatanya, kini pria di hadapannya terus menatapnya dengan tatapan yang menurut gadis itu terlihat sangat menjijikan, sesekali Nesa melirik ke arah Misel, berharap temannya itu melihat tingkah menjijikan sang pacar, namun nyatanya Misel seolah sibuk dengan makanan di hadapannya.Rasa lapar Nesa meluap begitu saja, Nesa kesal sendiri, ia tak bisa terus berlama lama di sini, akhirnya ia memutuskan untuk segera melahap semua makanannya yang terlihat seperti orang rakus."Laper Bun?""Iya!" Jawab Nesa seenaknya, dalam hati gadis itu terus memaki David kesal karena pria itu kini dirinya seperti ini.Prang!! Dengan sedikit kesal, Nesa meletakkan sendok dan garpu miliknya, lalu segera menegak air mineral di hadapannya, mengabaikan tatapan aneh Misel dan juga tatapan David yang masih sama."Kesambet apa sih lu Nes?""Laper anjir!"Misel hanya terkekeh, la

  • Suami Pilihan Papa   07

    Senyum Nesa kian melebar, walaupun semalam gadis itu tak bisa tidur akibat rasa senang yang berlebihan, namun gadis itu tetap semangat untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari pertamanya, sudah pasti gadis itu merasa sangat antusias.Kemarin, setelah Rafli mengatakan bahwa ia akan menjadikan Nesa sebagai pegawai di kantor miliknya, sontak membuat gadis itu semakin kegirangan, ia pikir sang ayah akan benar benar menelantarkan dirinya, setelah Nesa mengatakan jika gadis itu tak mau di jodohkan. Namun, faktanya, sang ayah masih mau perduli kepada dirinya.Benar benar definisi anak yang di sayang!Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Nesa saat ia bercerita kepada Misel.Memastikan jika riasan di wajahnya tak terlalu cetar, kini gadis itu sudah siap berangkat kerja. Seperti biasa, nesa harus meminjam baju milik Misel, karena gadis itu tak membawa banyak baju, toh untuk kembali ke rumah yang ada hanya akan menjadi bahan ledekan sang papa, dan mungkin ini akan menjadi kebiasaan N

  • Suami Pilihan Papa   06

    Nesa terus memandangi laptop milik Misel yang berhasil ia pinjam dengan cara merayu selama hampir satu jam. dengan tatapan menanti, setiap kali ia menggulir halaman website yang sedang ia buka, detak jantungnya berdetak tak karuan.Sudah hampir dua jam gadis itu terus memandangi layar laptop namun tak ada satu pesan pun yang masuk, gadis itu mengerang frustasi. Ia memutuskan untuk menutup website lowongan pekerjaan lalu dengan kesal ia membanting tubuhnya ke belakang, sehingga kini punggungnya dengan kasar menyentuh dinding."Gila ini gua, beneran gelandangan." Gadis itu benar benar di buat frustasi, semua usahanya terlihat sia sia, ia sudah mengirimkan CV kepada hampir dua puluh perusahaan, sepuluh cafe, dan juga beberapa bar.Namun nyatanya Nesa tak yang bisa menunggu lebih lama lagi, dengan kesal gadis itu kembali menegakkan punggungnya, lalu mencatat beberapa alamat yang akan ia kunjungi.Bermodal nekat dan juga uang hutang pada Misel sebagai modal untuk pergi keluar, Nesa kini s

  • Suami Pilihan Papa   05

    Pengusiran Rafli sangat begitu nyata bagi Nesa, kini gadis itu hanya memandangi pintu apartemennya dengan tatapan penuh kekesalan, beberapa kali juga nesa harus menghembuskan nafas kasar karena mencoba bersabar menghadapi hal konyol yang baru saja ia lewati. Kini ia benar benar tak ada tujuan, bahkan tabungan yang ia punya hanya cukup untuk makan dua hari, gadis itu benar benar merasa seperti gembel sekarang. Sejujurnya Nesa juga merasa penasaran dengan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya bagaimana bisa pria asing itu membawa dampak cukup besar bagi hidupnya. Seistimewa apa pria itu sampai membuat dirinya di tendang oleh sang papa karena menolak perjodohan.Setelah tadi ia mencoba merayu sang papa namun hasilnya nol besar, keputusan Rafli ternyata cukup kuat, dan keputusan Nesa untuk tak menikah dengan sembarang orang pun sudah bulat. "Aku pacaran sama Dicky, cowo yang jelas jelas aku kenal aja, ujungnya apa pa? Aku di selingkuhi, dan papa dengan santainya menyuruh ku menikah

  • Suami Pilihan Papa   04

    Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari, namun sampai detik ini Nesa masih enggan keluar dari kamarnya, niatnya ingin hidup mandiri semakin lama semakin luntur, hal itu membuat gadis itu ingin kembali menarik kata katanya.Namun membayangkan ia akan menikah dengan pria asing membuat kepala gadis itu menggeleng cepat. "Ngga, ngga boleh, kamu tuh engga tinggal di jaman situ nur baya!"Segera gadis itu mengeluarkan ponselnya dari tas kecil miliknya, dengan cepat gadis itu mencari kontak Misel, ia harus segera menghubungi temannya.Setelah dering ketiga panggilan itu kini telah di angkat, suara kesal dari Misel jelas terdengar di telinga Nesa, namun gadis itu tetap mengabaikan, ia tahu jika Misel saat ini berada di Club."Apaan sih anjir! Udah kabur lu?" Suara dentuman musik amat sangat jelas hal itu membuat gadis di sebrang sana harus sedikit berteriak."Belom njir, ini gimana cara gua mau kabur, kalo gua aja tadi ijin sama nyokap bokap."Suara gelak tawa menyapa telinga Nesa, ia sudah

  • Suami Pilihan Papa   03

    Gadis cantik bertubuh tinggi itu kini tengah memandang papanya dengan tatapan kesal, ia benar benar kesal sekarang, pasalnya sang papa benar benar akan menjodohkan mereka, terbukti dari sang papa yang kini meminta Nesa untuk meluangkan waktunya di hari Jum'at karena ia akan di pertemukan dengan pria yang sama sekali tidak Nesa kenal."Ngga! Nesa ngga mau!" Amanda menatap sang anak dengan tatapan geli, ia tahu, di balik topeng sang anak yang kini sedang mencoba memberontak ada secuil rasa takut.Rafli hanya diam menatap anaknya yang kini menatap dirinya jengkel, pria itu tak akan mempermasalahkan apapun, bagi dirinya pernikahan antara Nesa dan juga Naufal akan segera berlangsung.Setelah menemui Naufal seminggu yang lalu, pria tampan itu memberitahu dirinya jika jawaban dari mimpinya adalah iya, namun Naufal tetap masih belum yakin, bagi pria itu ia akan melamar Nesa setelah gadis itu juga menyetujui perjodohan ini."Kamu mau memberontak?"Pertanyaan Rafli langsung di jawab anggukan k

  • Suami Pilihan Papa   02

    "Kalau tidak maka papa akan menjodohkan kamu." Misel terbahak setelah menirukan kalimat yang menurut gadis itu terlalu konyol. Sedangkan Nesa hanya duduk dengan mengaduk aduk es kopi miliknya tanpa ada niatan untuk meminumnya, gadis itu merasa sangat malas sekarang, pikirannya menerawang jauh, ia benar benar ketakutan jika sang papa menjodohkan dirinya dengan pria yang ia tak tahu asal usulnya."Ngga lu tolak beb?"Nesa menjatuhkan kepalanya di atas meja, gadis itu bergumam pelan namun masih bisa Misel dengarkan. "Udah, bahkan kayanya bokap beneran mau jodohin gua deh, apes banget nasib cecan."Ingatan Nesa terputar obrolan dengan sang papa tadi pagi, di mana sang papa terlihat sangat serius membahasnya, hal itu membuat Nesa ketakutan bukan main, harus dengan cara bagaimana dia menolak papanya, walaupun ia menolak Rafli juga tak bisa di bantah, namun Nesa tetaplah nesa, ia akan mencoba memberontak semoga hasil menguntungkan yang ia dapat.Terlebih baginya, usia matang adalah dua pulu

DMCA.com Protection Status