Share

02

Author: Gray kenzi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kalau tidak maka papa akan menjodohkan kamu." Misel terbahak setelah menirukan kalimat yang menurut gadis itu terlalu konyol.

Sedangkan Nesa hanya duduk dengan mengaduk aduk es kopi miliknya tanpa ada niatan untuk meminumnya, gadis itu merasa sangat malas sekarang, pikirannya menerawang jauh, ia benar benar ketakutan jika sang papa menjodohkan dirinya dengan pria yang ia tak tahu asal usulnya.

"Ngga lu tolak beb?"

Nesa menjatuhkan kepalanya di atas meja, gadis itu bergumam pelan namun masih bisa Misel dengarkan. "Udah, bahkan kayanya bokap beneran mau jodohin gua deh, apes banget nasib cecan."

Ingatan Nesa terputar obrolan dengan sang papa tadi pagi, di mana sang papa terlihat sangat serius membahasnya, hal itu membuat Nesa ketakutan bukan main, harus dengan cara bagaimana dia menolak papanya, walaupun ia menolak Rafli juga tak bisa di bantah, namun Nesa tetaplah nesa, ia akan mencoba memberontak semoga hasil menguntungkan yang ia dapat.

Terlebih baginya, usia matang adalah dua puluh lima ke atas, sedangkan dia baru saja menginjak dua puluh, dan yang lebih parah, dia baru saja lulus dari kuliahnya, masih banyak keindahan dan kebebasan yang harus ia lewati.

"Di lihat dulu coba Nes, kali aja kan dia ngga seburuk itu."

Nesa mengangkat kepalanya, gadis itu menggeleng kuat. "Firasat gua ya, dia cuman mau harta bokap deh, makanya sampe ngemis, terus bokap kasian, dan yaudah di jodohin sama gua." Nesa berkata dengan nada penuh drama.

Nesa benar benar malang dengan dirinya sendiri, ia sudah tinggal di jaman modern, dan papa nya masih percaya dengan yang namanya perjodohan.

Terlebih, pria mana yang tak tergoda dengan kekayaan Rafli Gunawan, Nesa yakin jika pria ini hanya memanfaatkan sang papa untuk mengambil sebagian hartanya.

----

Di lain sisi, kini Rafli tengah berkunjung di salah satu panti asuhan, pria paruh baya itu menghampiri seorang lelaki, orang orang biasa memanggilnya dengan sebutan kak', atau bang.

"Selamat siang, Bang Naufal, apa kabar?"

"Selamat siang, pak Rafli kabar baik, pak Rafli gimana?"

Naufal putra Muhsin, pria berusia dua puluh dua tahun, lulusan universitas ternama dan sekarang tengah berkunjung ke panti asuhan dimana ia dan Rafli bertemu.

Dari awal pertemuan, Naufal sudah memikat hati Rafli, terlebih di mana pria itu enggan berbicara atau berjabat tangan dengan lawan jenis, bagi Rafli, pria muda seperti Naufal sudah jarang di temui.

Naufal juga memiliki banyak keahlian, dan tak sekali dua kali Rafli menawarkan pekerjaan dengan gaji cukup menggiurkan untuk Naufal, namun pria itu tetap menolak.

Bagi Naufal, mengajar di panti ini sudah amat cukup, dan lebih menyenangkan jika bisa berbagi ilmu.

Banyak sisi Naufal yang membuat Rafli jatuh hati, dan sekarang pria itu benar benar akan menyampaikan keinginannya untuk meminta Naufal menjadi menantunya.

"Begini bang Naufal, kedatangan saya ke sini mungkin menganggu pekerjaan bang Naufal. Saya ke sini mau menyampaikan jika saya berniat menjodohkan bang Naufal dengan anak saya. Tapi maaf sebelumnya, bang Naufal sudah memiliki seseorang yang di suka?"

Naufal sedikit terkejut, perkataan Rafli benar benar tak terduga, ia pikir Rafli akan mengajaknya bergabung dengan perusahaannya namun nyatanya permintaan Rafli lebih dari pada itu.

"Menantu? Maaf pak, saya tidak ada sesuatu yang bisa di banggakan, toh gaji saya ga seberapa dengan apa yang gadis bapak punya. Untuk menyukai seseorang saya belum, karena saya masih harus banyak menyiapkan segala sesuatunya."

Tolakan dari Naufal bisa Rafli maklumi, siapa yang tak menolak jika di jodohkan dengan anaknya, terlebih jika Naufal tahu bagaimana sifat anak gadisnya. Mungkin bagi sebagian orang menilai Nesa positif karena keluarganya namun ia tak mengetahui nesa dengan sangat baik.

Rafli menegakkan punggungnya, berusaha membawa obrolan ini ketitik serius. "Begini bang Naufal, bagi saya, apa yang ada dalam diri bang Naufal sudah cukup bisa di banggakan, terlebih kerendahan hati yang bang Naufal punya." Rafli terlihat begitu tak nyaman, ia merasa tak seharusnya ia menceritakan aib anaknya namun demi perjodohan ini, ia berharap sangat jika Naufal mau membimbing anak gadisnya.

"Nesa, anak saya bernama nesa, dia berusia dua puluh tahun, tadinya tak ada yang aneh dalam anak saya, hingga pacarnya berselingkuh dan kini dia menjadi anak yang sedikit liar. Orang tua mana yang tak sedih melihat perubahan anaknya yang seperti itu, maka dari itu, saya meminta bang Naufal untuk membimbing anak saya."

Mimik Naufal terlihat begitu serius, ia sebenarnya juga merasa kasian dengan Rafli, tatapan mata pria paruh baya itu terlihat begitu putus asa, namun Naufal juga belum bisa menjawab apa apa, bagi dirinya pernikahan adalah keputusan dan keridhoan dari kedua belah pihak.

"Anak pak Rafli sudah tau masalah ini?"

Rafli mengangguk lalu menjawab. "Sudah, tapi dia menolak, saya akan terus yakinkan dia, jika dia membutuhkan seseorang yang bisa membimbingnya."

Naufal tersenyum, sepertinya ia tahu jawaban apa yang harus ia berikan atas permintaan Rafli. "pak Rafli yakinkan dulu anak bapak, saya akan memikirkannya terlebih dulu, kali saja kita berjodoh maka tuhan telah tentukan jalannya, dan jika tidak, tuhan juga telah siapkan yang terbaik."

Mata Rafli berkaca kaca, pria seperti ini yang Rafli idamkan sebagai menantu, pria yang memiliki tutur kata yang lembut seperti pria di hadapan inilah yang harus menikah dengan anaknya.

"Tolong ya bang, sebisa mungkin jawabnya iya." Rafli terkekeh, ia tahu ucapannya sedikit memaksa.

Naufal hanya tersenyum, karena ia tak bisa menebak apa yang terjadi kedepannya, jika ia berjodoh dengan nesa maka semuanya akan dipermudah oleh yang maha kuasa.

Sejujurnya, perbincangan seperti ini membuat hati Naufal ketakutan, karena ia belum benar benar matang menyiapkannya, mungkin bagi Rafli dia terlihat sempurna, namun bagi Naufal, ia sangat tahu kekurangannya.

Menikah bukan hanya sekedar menyatukan dua insan manusia, namun juga menyatukan kehidupan dua orang, dua keluarga dan juga dua pandangan.

Niat baik Rafli sangat amat bisa Naufal mengerti, namun ia juga tak bisa memberi jawaban secepat itu, ia harus membicarakan masalah ini dengan Tuhannya.

"Tolong bantu saya bang Naufal, saya ngga tau harus meminta ke siapa, saya takut anak saya semakin jatuh kedalam sana, hanya karena masalah sepele bisa membuat anak saya berubah drastis, saya harap meminta bantuan kepada bang Naufal termasuk ikhtiar yang baik."

Naufal hanya diam, jujur saja ia merasa bimbang, anak yatim piatu, dengan kehidupan yang bisa di bilang jejeran rakyat jelata punya apa untuk meminang keluarga sekelas Rafli Gunawan, gajinya dia sebagai guru pengganti di sini hanya cukup menafkahi dirinya sendiri, dan untuk menikahi Naufal masih harus berfikir ratusan kali.

Related chapters

  • Suami Pilihan Papa   03

    Gadis cantik bertubuh tinggi itu kini tengah memandang papanya dengan tatapan kesal, ia benar benar kesal sekarang, pasalnya sang papa benar benar akan menjodohkan mereka, terbukti dari sang papa yang kini meminta Nesa untuk meluangkan waktunya di hari Jum'at karena ia akan di pertemukan dengan pria yang sama sekali tidak Nesa kenal."Ngga! Nesa ngga mau!" Amanda menatap sang anak dengan tatapan geli, ia tahu, di balik topeng sang anak yang kini sedang mencoba memberontak ada secuil rasa takut.Rafli hanya diam menatap anaknya yang kini menatap dirinya jengkel, pria itu tak akan mempermasalahkan apapun, bagi dirinya pernikahan antara Nesa dan juga Naufal akan segera berlangsung.Setelah menemui Naufal seminggu yang lalu, pria tampan itu memberitahu dirinya jika jawaban dari mimpinya adalah iya, namun Naufal tetap masih belum yakin, bagi pria itu ia akan melamar Nesa setelah gadis itu juga menyetujui perjodohan ini."Kamu mau memberontak?"Pertanyaan Rafli langsung di jawab anggukan k

  • Suami Pilihan Papa   04

    Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari, namun sampai detik ini Nesa masih enggan keluar dari kamarnya, niatnya ingin hidup mandiri semakin lama semakin luntur, hal itu membuat gadis itu ingin kembali menarik kata katanya.Namun membayangkan ia akan menikah dengan pria asing membuat kepala gadis itu menggeleng cepat. "Ngga, ngga boleh, kamu tuh engga tinggal di jaman situ nur baya!"Segera gadis itu mengeluarkan ponselnya dari tas kecil miliknya, dengan cepat gadis itu mencari kontak Misel, ia harus segera menghubungi temannya.Setelah dering ketiga panggilan itu kini telah di angkat, suara kesal dari Misel jelas terdengar di telinga Nesa, namun gadis itu tetap mengabaikan, ia tahu jika Misel saat ini berada di Club."Apaan sih anjir! Udah kabur lu?" Suara dentuman musik amat sangat jelas hal itu membuat gadis di sebrang sana harus sedikit berteriak."Belom njir, ini gimana cara gua mau kabur, kalo gua aja tadi ijin sama nyokap bokap."Suara gelak tawa menyapa telinga Nesa, ia sudah

  • Suami Pilihan Papa   05

    Pengusiran Rafli sangat begitu nyata bagi Nesa, kini gadis itu hanya memandangi pintu apartemennya dengan tatapan penuh kekesalan, beberapa kali juga nesa harus menghembuskan nafas kasar karena mencoba bersabar menghadapi hal konyol yang baru saja ia lewati. Kini ia benar benar tak ada tujuan, bahkan tabungan yang ia punya hanya cukup untuk makan dua hari, gadis itu benar benar merasa seperti gembel sekarang. Sejujurnya Nesa juga merasa penasaran dengan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya bagaimana bisa pria asing itu membawa dampak cukup besar bagi hidupnya. Seistimewa apa pria itu sampai membuat dirinya di tendang oleh sang papa karena menolak perjodohan.Setelah tadi ia mencoba merayu sang papa namun hasilnya nol besar, keputusan Rafli ternyata cukup kuat, dan keputusan Nesa untuk tak menikah dengan sembarang orang pun sudah bulat. "Aku pacaran sama Dicky, cowo yang jelas jelas aku kenal aja, ujungnya apa pa? Aku di selingkuhi, dan papa dengan santainya menyuruh ku menikah

  • Suami Pilihan Papa   06

    Nesa terus memandangi laptop milik Misel yang berhasil ia pinjam dengan cara merayu selama hampir satu jam. dengan tatapan menanti, setiap kali ia menggulir halaman website yang sedang ia buka, detak jantungnya berdetak tak karuan.Sudah hampir dua jam gadis itu terus memandangi layar laptop namun tak ada satu pesan pun yang masuk, gadis itu mengerang frustasi. Ia memutuskan untuk menutup website lowongan pekerjaan lalu dengan kesal ia membanting tubuhnya ke belakang, sehingga kini punggungnya dengan kasar menyentuh dinding."Gila ini gua, beneran gelandangan." Gadis itu benar benar di buat frustasi, semua usahanya terlihat sia sia, ia sudah mengirimkan CV kepada hampir dua puluh perusahaan, sepuluh cafe, dan juga beberapa bar.Namun nyatanya Nesa tak yang bisa menunggu lebih lama lagi, dengan kesal gadis itu kembali menegakkan punggungnya, lalu mencatat beberapa alamat yang akan ia kunjungi.Bermodal nekat dan juga uang hutang pada Misel sebagai modal untuk pergi keluar, Nesa kini s

  • Suami Pilihan Papa   07

    Senyum Nesa kian melebar, walaupun semalam gadis itu tak bisa tidur akibat rasa senang yang berlebihan, namun gadis itu tetap semangat untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari pertamanya, sudah pasti gadis itu merasa sangat antusias.Kemarin, setelah Rafli mengatakan bahwa ia akan menjadikan Nesa sebagai pegawai di kantor miliknya, sontak membuat gadis itu semakin kegirangan, ia pikir sang ayah akan benar benar menelantarkan dirinya, setelah Nesa mengatakan jika gadis itu tak mau di jodohkan. Namun, faktanya, sang ayah masih mau perduli kepada dirinya.Benar benar definisi anak yang di sayang!Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Nesa saat ia bercerita kepada Misel.Memastikan jika riasan di wajahnya tak terlalu cetar, kini gadis itu sudah siap berangkat kerja. Seperti biasa, nesa harus meminjam baju milik Misel, karena gadis itu tak membawa banyak baju, toh untuk kembali ke rumah yang ada hanya akan menjadi bahan ledekan sang papa, dan mungkin ini akan menjadi kebiasaan N

  • Suami Pilihan Papa   08

    Nesa sebisa mungkin hanya terfokus pada makanan yang ada di hadapannya. Ia sangat merasa menyesal karena telah berfikir baik tentang David, nyatanya, kini pria di hadapannya terus menatapnya dengan tatapan yang menurut gadis itu terlihat sangat menjijikan, sesekali Nesa melirik ke arah Misel, berharap temannya itu melihat tingkah menjijikan sang pacar, namun nyatanya Misel seolah sibuk dengan makanan di hadapannya.Rasa lapar Nesa meluap begitu saja, Nesa kesal sendiri, ia tak bisa terus berlama lama di sini, akhirnya ia memutuskan untuk segera melahap semua makanannya yang terlihat seperti orang rakus."Laper Bun?""Iya!" Jawab Nesa seenaknya, dalam hati gadis itu terus memaki David kesal karena pria itu kini dirinya seperti ini.Prang!! Dengan sedikit kesal, Nesa meletakkan sendok dan garpu miliknya, lalu segera menegak air mineral di hadapannya, mengabaikan tatapan aneh Misel dan juga tatapan David yang masih sama."Kesambet apa sih lu Nes?""Laper anjir!"Misel hanya terkekeh, la

  • Suami Pilihan Papa   09

    Sepulang kerja, Nesa segera menghampiri ruangan sang Papa, namun saat ia hendak membuka pintu, suara dari Ria membuat gadis itu berhenti."Mau cari pak Rafli?" Nesa mundur beberapa langkah sebelum ia mengangguk sebagai jawaban.Nafas gadis itu memburu, bukan karena emosi, namun karena pekerjaan yang ia kerjakan membuat seluruh tenaganya terkuras habis, bahkan saat ini Nesa merasa punggungnya sakit."Pak Rafli ngga datang ke kantor.""Bolos gitu? Papa bolos? Loh, papa kan rajin, masa iya bolos?" Ria hanya terkekeh, apa yang Nesa ucapkan benar, Rafli tergolong pria yang rajin bekerja, selama bekerja dengan Rafli, baru kali ini pria itu ijin bolos."Mending kamu pulang aja, terus kamu ngomong sama papa kamu."Pulang? Yang benar saja, ia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan kini ia tak memiliki sebuah bangunan yang membuatnya benar benar pulang.Namun Nesa tetap mengangguk sebagai jawaban, gadis itu segera berpamitan dengan Ria sebelum tubuhnya menghilang dari hadapan wanita

  • Suami Pilihan Papa   10

    Setelah mendengar permintaan sang mama, Nesa pun memutuskan untuk tinggal di sini sampai selesai acara makan malam, sejujurnya ia juga tak akan menolak, mengingat ia telah lama tidak mengonsumsi makanan enak dan juga bergizi, setiap harinya ia hanya memakan mie instan sampai sampai rasanya enek."Rumah sepi tau Nes, ngga ada kamu." Nesa yang kini tengah menata kursi pun menoleh, ia menatap Amanda dengan tatapan tak enak hati. Gadis itu merasa bersalah, karena dirinya yang terlalu keras kepala mamanya harus mempunyai kesabaran ekstra."Dia lebih milih hidup tanpa kita, sayang. Soalnya dia ngga mau di atur, padahal mah kalo di atur pasti udah kembali kejalan yang benar."Rafli yang baru saja tiba segera menarik kursi di samping istrinya, pria itu menatap istrinya dengan lembut, Nesa yang melihat itu hanya menghembuskan nafas lelah, jiwa jomblonya meronta."Kejalan yang benar, emang aku ikut aliran sesat apa." Selain iri karena papa nya yang selalu menunjukkan sisi romantis, ia juga kes

Latest chapter

  • Suami Pilihan Papa   10

    Setelah mendengar permintaan sang mama, Nesa pun memutuskan untuk tinggal di sini sampai selesai acara makan malam, sejujurnya ia juga tak akan menolak, mengingat ia telah lama tidak mengonsumsi makanan enak dan juga bergizi, setiap harinya ia hanya memakan mie instan sampai sampai rasanya enek."Rumah sepi tau Nes, ngga ada kamu." Nesa yang kini tengah menata kursi pun menoleh, ia menatap Amanda dengan tatapan tak enak hati. Gadis itu merasa bersalah, karena dirinya yang terlalu keras kepala mamanya harus mempunyai kesabaran ekstra."Dia lebih milih hidup tanpa kita, sayang. Soalnya dia ngga mau di atur, padahal mah kalo di atur pasti udah kembali kejalan yang benar."Rafli yang baru saja tiba segera menarik kursi di samping istrinya, pria itu menatap istrinya dengan lembut, Nesa yang melihat itu hanya menghembuskan nafas lelah, jiwa jomblonya meronta."Kejalan yang benar, emang aku ikut aliran sesat apa." Selain iri karena papa nya yang selalu menunjukkan sisi romantis, ia juga kes

  • Suami Pilihan Papa   09

    Sepulang kerja, Nesa segera menghampiri ruangan sang Papa, namun saat ia hendak membuka pintu, suara dari Ria membuat gadis itu berhenti."Mau cari pak Rafli?" Nesa mundur beberapa langkah sebelum ia mengangguk sebagai jawaban.Nafas gadis itu memburu, bukan karena emosi, namun karena pekerjaan yang ia kerjakan membuat seluruh tenaganya terkuras habis, bahkan saat ini Nesa merasa punggungnya sakit."Pak Rafli ngga datang ke kantor.""Bolos gitu? Papa bolos? Loh, papa kan rajin, masa iya bolos?" Ria hanya terkekeh, apa yang Nesa ucapkan benar, Rafli tergolong pria yang rajin bekerja, selama bekerja dengan Rafli, baru kali ini pria itu ijin bolos."Mending kamu pulang aja, terus kamu ngomong sama papa kamu."Pulang? Yang benar saja, ia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan kini ia tak memiliki sebuah bangunan yang membuatnya benar benar pulang.Namun Nesa tetap mengangguk sebagai jawaban, gadis itu segera berpamitan dengan Ria sebelum tubuhnya menghilang dari hadapan wanita

  • Suami Pilihan Papa   08

    Nesa sebisa mungkin hanya terfokus pada makanan yang ada di hadapannya. Ia sangat merasa menyesal karena telah berfikir baik tentang David, nyatanya, kini pria di hadapannya terus menatapnya dengan tatapan yang menurut gadis itu terlihat sangat menjijikan, sesekali Nesa melirik ke arah Misel, berharap temannya itu melihat tingkah menjijikan sang pacar, namun nyatanya Misel seolah sibuk dengan makanan di hadapannya.Rasa lapar Nesa meluap begitu saja, Nesa kesal sendiri, ia tak bisa terus berlama lama di sini, akhirnya ia memutuskan untuk segera melahap semua makanannya yang terlihat seperti orang rakus."Laper Bun?""Iya!" Jawab Nesa seenaknya, dalam hati gadis itu terus memaki David kesal karena pria itu kini dirinya seperti ini.Prang!! Dengan sedikit kesal, Nesa meletakkan sendok dan garpu miliknya, lalu segera menegak air mineral di hadapannya, mengabaikan tatapan aneh Misel dan juga tatapan David yang masih sama."Kesambet apa sih lu Nes?""Laper anjir!"Misel hanya terkekeh, la

  • Suami Pilihan Papa   07

    Senyum Nesa kian melebar, walaupun semalam gadis itu tak bisa tidur akibat rasa senang yang berlebihan, namun gadis itu tetap semangat untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari pertamanya, sudah pasti gadis itu merasa sangat antusias.Kemarin, setelah Rafli mengatakan bahwa ia akan menjadikan Nesa sebagai pegawai di kantor miliknya, sontak membuat gadis itu semakin kegirangan, ia pikir sang ayah akan benar benar menelantarkan dirinya, setelah Nesa mengatakan jika gadis itu tak mau di jodohkan. Namun, faktanya, sang ayah masih mau perduli kepada dirinya.Benar benar definisi anak yang di sayang!Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Nesa saat ia bercerita kepada Misel.Memastikan jika riasan di wajahnya tak terlalu cetar, kini gadis itu sudah siap berangkat kerja. Seperti biasa, nesa harus meminjam baju milik Misel, karena gadis itu tak membawa banyak baju, toh untuk kembali ke rumah yang ada hanya akan menjadi bahan ledekan sang papa, dan mungkin ini akan menjadi kebiasaan N

  • Suami Pilihan Papa   06

    Nesa terus memandangi laptop milik Misel yang berhasil ia pinjam dengan cara merayu selama hampir satu jam. dengan tatapan menanti, setiap kali ia menggulir halaman website yang sedang ia buka, detak jantungnya berdetak tak karuan.Sudah hampir dua jam gadis itu terus memandangi layar laptop namun tak ada satu pesan pun yang masuk, gadis itu mengerang frustasi. Ia memutuskan untuk menutup website lowongan pekerjaan lalu dengan kesal ia membanting tubuhnya ke belakang, sehingga kini punggungnya dengan kasar menyentuh dinding."Gila ini gua, beneran gelandangan." Gadis itu benar benar di buat frustasi, semua usahanya terlihat sia sia, ia sudah mengirimkan CV kepada hampir dua puluh perusahaan, sepuluh cafe, dan juga beberapa bar.Namun nyatanya Nesa tak yang bisa menunggu lebih lama lagi, dengan kesal gadis itu kembali menegakkan punggungnya, lalu mencatat beberapa alamat yang akan ia kunjungi.Bermodal nekat dan juga uang hutang pada Misel sebagai modal untuk pergi keluar, Nesa kini s

  • Suami Pilihan Papa   05

    Pengusiran Rafli sangat begitu nyata bagi Nesa, kini gadis itu hanya memandangi pintu apartemennya dengan tatapan penuh kekesalan, beberapa kali juga nesa harus menghembuskan nafas kasar karena mencoba bersabar menghadapi hal konyol yang baru saja ia lewati. Kini ia benar benar tak ada tujuan, bahkan tabungan yang ia punya hanya cukup untuk makan dua hari, gadis itu benar benar merasa seperti gembel sekarang. Sejujurnya Nesa juga merasa penasaran dengan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya bagaimana bisa pria asing itu membawa dampak cukup besar bagi hidupnya. Seistimewa apa pria itu sampai membuat dirinya di tendang oleh sang papa karena menolak perjodohan.Setelah tadi ia mencoba merayu sang papa namun hasilnya nol besar, keputusan Rafli ternyata cukup kuat, dan keputusan Nesa untuk tak menikah dengan sembarang orang pun sudah bulat. "Aku pacaran sama Dicky, cowo yang jelas jelas aku kenal aja, ujungnya apa pa? Aku di selingkuhi, dan papa dengan santainya menyuruh ku menikah

  • Suami Pilihan Papa   04

    Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari, namun sampai detik ini Nesa masih enggan keluar dari kamarnya, niatnya ingin hidup mandiri semakin lama semakin luntur, hal itu membuat gadis itu ingin kembali menarik kata katanya.Namun membayangkan ia akan menikah dengan pria asing membuat kepala gadis itu menggeleng cepat. "Ngga, ngga boleh, kamu tuh engga tinggal di jaman situ nur baya!"Segera gadis itu mengeluarkan ponselnya dari tas kecil miliknya, dengan cepat gadis itu mencari kontak Misel, ia harus segera menghubungi temannya.Setelah dering ketiga panggilan itu kini telah di angkat, suara kesal dari Misel jelas terdengar di telinga Nesa, namun gadis itu tetap mengabaikan, ia tahu jika Misel saat ini berada di Club."Apaan sih anjir! Udah kabur lu?" Suara dentuman musik amat sangat jelas hal itu membuat gadis di sebrang sana harus sedikit berteriak."Belom njir, ini gimana cara gua mau kabur, kalo gua aja tadi ijin sama nyokap bokap."Suara gelak tawa menyapa telinga Nesa, ia sudah

  • Suami Pilihan Papa   03

    Gadis cantik bertubuh tinggi itu kini tengah memandang papanya dengan tatapan kesal, ia benar benar kesal sekarang, pasalnya sang papa benar benar akan menjodohkan mereka, terbukti dari sang papa yang kini meminta Nesa untuk meluangkan waktunya di hari Jum'at karena ia akan di pertemukan dengan pria yang sama sekali tidak Nesa kenal."Ngga! Nesa ngga mau!" Amanda menatap sang anak dengan tatapan geli, ia tahu, di balik topeng sang anak yang kini sedang mencoba memberontak ada secuil rasa takut.Rafli hanya diam menatap anaknya yang kini menatap dirinya jengkel, pria itu tak akan mempermasalahkan apapun, bagi dirinya pernikahan antara Nesa dan juga Naufal akan segera berlangsung.Setelah menemui Naufal seminggu yang lalu, pria tampan itu memberitahu dirinya jika jawaban dari mimpinya adalah iya, namun Naufal tetap masih belum yakin, bagi pria itu ia akan melamar Nesa setelah gadis itu juga menyetujui perjodohan ini."Kamu mau memberontak?"Pertanyaan Rafli langsung di jawab anggukan k

  • Suami Pilihan Papa   02

    "Kalau tidak maka papa akan menjodohkan kamu." Misel terbahak setelah menirukan kalimat yang menurut gadis itu terlalu konyol. Sedangkan Nesa hanya duduk dengan mengaduk aduk es kopi miliknya tanpa ada niatan untuk meminumnya, gadis itu merasa sangat malas sekarang, pikirannya menerawang jauh, ia benar benar ketakutan jika sang papa menjodohkan dirinya dengan pria yang ia tak tahu asal usulnya."Ngga lu tolak beb?"Nesa menjatuhkan kepalanya di atas meja, gadis itu bergumam pelan namun masih bisa Misel dengarkan. "Udah, bahkan kayanya bokap beneran mau jodohin gua deh, apes banget nasib cecan."Ingatan Nesa terputar obrolan dengan sang papa tadi pagi, di mana sang papa terlihat sangat serius membahasnya, hal itu membuat Nesa ketakutan bukan main, harus dengan cara bagaimana dia menolak papanya, walaupun ia menolak Rafli juga tak bisa di bantah, namun Nesa tetaplah nesa, ia akan mencoba memberontak semoga hasil menguntungkan yang ia dapat.Terlebih baginya, usia matang adalah dua pulu

DMCA.com Protection Status