Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam setengah, Ero dan Sellandra akhirnya sampai di tempat wisata tujuan mereka. Hutan, ya, hutan. Agak aneh memang. Namun Ero meyakini kalau tempat ini merupakan tempat yang paling cocok untuk membantu menenagkan hati istrinya yang tengah terluka. Ya meski sebenarnya orang yang berada di balik tempat wisata ini adalah Kai. Hehe.“Terima kasih,” ucap Sellandra saat Ero membukakan pintu mobil untuknya.“Sama-sama,” sahut Ero seraya tersenyum kecil.Begitu Sellandra memijakkan kaki di tanah, dia langsung merasakan kesejukan hutan dikala angin berhembus pelan. Rambut Sellandra nampak bergoyang-goyang tertiup angin sejuk yang seolah berhembus untuk menyambut kedatangannya dengan Ero. Tak lama setelah itu datang dua orang wanita menyapa mereka. Ero yang baru selesai mengeluarkan barang-barang dari dalam bagasi mobil tampak menganggukkan kepala ketika dua orang itu melirik ke arahnya.“Selamat datang Tuan dan Nyonya,”Sellandra mengangguk sambil m
Tok tok tok“Sell, apa kau sudah siap?” Ero bertanya setelah mengetuk pintu kamar mandi. Karena villa ini hanya menyediakan satu kamar, terpaksa Ero dan Sellandra menggunakan kamar mandi sebagai tempat untuk mengganti pakaian mereka. Status mereka memang suami istri, tapi hubungan mereka belum sampai pada tahap di mana Ero dan Sellandra bisa bersikap layaknya pasangan yang sebenarnya. Dan sebagai suami yang baik tentu saja Ero tidak akan memaksakan kehendaknya meski sebenarnya dia sangat ingin. Perasaan Sellandra adalah yang paling penting untuk sekarang ini. Jadi ya sudah, seperti ini saja Ero sudah merasa bahagia.“Sebentar lagi, Ero!” ucap Sellandra dari dalam kamar mandi.“Baiklah. Tidak usah buru-buru. Aku akan menunggumu di luar saja,” sahut Ero.“Iya,” ….Sambil tersenyum kecil Almero mengusap pelan pintu kamar mandi sebelum melangkah keluar dari dalam kamar. Bahagia, rasanya benar-benar bahagia sekali. Seharian ini dia dan Sellandra tak henti tertawa saat bermain di bawah air
Bima terus meringik kesakitan saat perutnya diinjak dengan kuat oleh beberapa preman yang berada dalam satu sel yang sama dengannya. Andai Tuhan memberinya pilihan, Bima seratus kali akan lebih memilih untuk langsung mati saja ketimbang harus merasakan penderitaan seperti ini. Setiap detik yang Bima lalui sejak berada di dalam penjara selalu penuh dengan jerit kesakitan dan juga pengabaian. Entah apa salahnya, Bima tidak tahu. Yang jelas para polisi yang berjaga di sini seperti sengaja membiarkan Bima dianiaya oleh preman-preman ini. Semua orang seolah menutup mata, yang mana membuat Bima serasa seperti sedang dikuliti hidup-hidup.“T-to … toloong,” ucap Bima lirih.“Tolong?” sahut salah satu preman. “Pada siapa kau ingin meminta tolong, anak muda?”“S-sakiittt. T-tolong aku,” jawab Bima penuh harap. Sekuat tenaga Bima berusaha meraih kaki preman tersebut kemudian memegangnya dengan erat. “T-Tuan, a-aku berasal dari ke-keluarga ka-kaya. K-kalau kau bersedia men-menolongku, aku berjanj
Davis terus memperhatikan ke sekeliling tempat acara tempat dia dan Kintan menggelar pesta pertunangan. Sejak sampai di rumah ini, Davis sama sekali tak melihat keberadaan Sellandra maupun Ero. Mau bertanyapun Davis merasa segan. Dia takut Kintan akan merasa kecewa dan berpikir kalau dia masih sangat berharap pada Sellandra. Walau sejujurnya hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi Davis cukup sadar diri kalau dia tidak akan sudi memperbaiki hubungan dengan wanita yang telah mengkhianati kesetiaannya. Dia sangat membenci Sellandra, tapi juga tidak bisa menampik perasaanya yang masih sangat merindukan mantan kekasihnya itu.Mereka dimana? Acara sudah mau dimulai, tapi kenapa Ero dan Sellandra masih belum terlihat juga? Mereka tidak mungkin tidak menghadiri acara ini ‘kan? ujar Davis bertanya-tanya dalam hati.Sejujurnya sejak tadi Kintan sangat menyadari kalau Davis tak henti mencari-cari keberadaan Ero dan Sellandra. Namun Kintan memilih untuk diam dan mengabaikannya saja karena dia
Saat Kintan terpaksa harus mereguk pahitnya racun yang dia racik sendiri, di lain tempat ada Ero dan Sellandra yang tengah menghabiskan waktu mereka dengan penuh kebahagiaan. Sesuai yang direncanakan oleh Ero dan Kai, dia dan Sellandra terpilih sebagai pemenang kostum terunik dari acara dinner in the forest yang di gelar tadi malam. Walaupun sebenarnya pakaian yang mereka kenakan semalam sama sekali tidak ada unik-uniknya, tetap mereka yang berhasil mendapatkan tiket. Dan tentu saja ini tak lepas dari campur tangan Kai yang telah bekerjasama dengan pemilik tempat wisata ini.“Kau senang?” tanya Almero seraya menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Sellandra agar tidak menutupi wajahnya yang basah keringat. Ya, bersama pemandu wisata, Ero dan Sellandra di bawa pergi mengelilingi tempat-tempat yang tentunya sangat memanjakan mata. Untung saja Ero dan Sellandra cukup rajin berolahraga, jadi mereka tidak banyak mengeluh ketika pemandu wisata mengajak mereka berjalan kaki saat ingin me
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Sellandra merebahkan tubuhnya di atas kasur yang tertutup sprei berwarna putih. Pikirannya kemudian melayang membayangkan kejadian manis dan juga lucu saat dia dan Ero pergi menikmati pemandangan hutan bersama dengan pemandu wisata. Saat sedang membayangkan hal menyenangkan tersebut, tiba-tiba terlintas di pikiran Sellandra tentang pengakuannya. Tersipu, wajah Sellandra sedikit merona mengingat bagaimana Ero yang langsung menggenggam tangannya sambil membisikkan sesuatu.“Kau mencuri start, Sell. Harusnya aku yang lebih dulu membuat pengakuan, bukan kau. Namun karena sudah terlanjur terjadi, dengan senang hati aku memberitahumu kalau mulai sekarang aku tidak akan lagi menahan perasaanku. Jadi Sellandra Latief, mohon beri kesempatan pada pria sederhana ini untuk mulai meraih cinta yang sebelumnya adalah milik pria lain. Bisa?”Kurang lebih seperti itulah kalimat yang dibisikkan Ero di telinga Sellandra hingga membuatnya tersipu malu. Beruntung
Nadia menunggu kepulangan Ero dan Sellandra dengan harap-harap cemas. Sejak mereka pergi Nadia tak henti berdoa agar kiranya hati Sellandra sudah membaik saja saat kembali ke rumah. Jujur, hatinya sempat berdesir sedih tatkala melihat Davis menyematkan cincin di jari manis wanita lain. Mungkin jika wanita itu benar adalah orang lain, Nadia pasti tidak akan merasa sedih hingga sedemikian rupa. Namun masalahnya adalah wanita yang bertunangan dengan Davis merupakan anak dari adik iparnya sendiri. Itulah mengapa Nadia merasa tak tenang menanti kepulangan Ero dan Sellandra di rumah ini.“Ekhmm!”Kintan berdehem kuat seraya memperhatikan sang bibi yang terlihat tak tenang sambil terus menatap keluar. Setelah berhasil melewati acara pertunangan yang begitu membosankan, Kintan akhirnya bisa bernafas lega karena tak harus melihat wajah menjijikkan milik Davis. Ya, seperti yang kalian tahu kalau dia sama sekali tidak pernah menyukai apalagi mencintai mantan kekasih sepupunya itu. Jadi rasanya s
Rasanya biji mata Yollanda seperti akan terbang keluar saat menonton satu video yang dibawakan oleh asistennya. Sungguh, tak sekalipun dia menyangka kalau pria yang sedang dicarinya ternyata berada dalam jangkauan yang cukup dekat. Almero, pewaris semua aset keluarga Smith yang menyamar sebagai pria miskin rupa-rupanya berteman akrab dengan Sellandra. Ini menarik. Kebetulan Yollanda sedang melakoni kerjasama dengan Latief Group. Dan secara tidak langsung keputusannya ini akan membawanya pada titik tujuan mengapa dia kembali ke Shanghai. Benar begitu teman-teman?“Dimana kau mendapatkan video ini?” tanya Yollanda menggebu. Dielusnya pelan wajah tampan dari pria itu yang terpampang nyata di layar ponsel.“Aku mendapatkannya dari salah satu karyawan yang bekerja di Latief Group. Sebenarnya kemarin itu aku ingin menanyakan tentang hubungan mereka, tapi kau sudah lebih dulu memintaku untuk segera pulang. Jadilah aku hanya membawakan video itu untukmu,” jawab sang asisten sembari mengemas a
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu