Kintan dengan malas-malasan keluar dari dalam kamar setelah di beritahu pelayan kalau Davis datang berkunjung. Dia yang sedang kelelahan karena membantu pengacara kakaknya untuk mencari bukti, harus rela berpura-pura tersenyum sesaat sebelum dia sampai di ruang tamu rumahnya.Dasar sampah. Menyusahkan hidupku saja. Kalau bukan demi menghancurkan perasaan Sellandra, aku tidak akan sudi menghabiskan waktuku demi pria tak berguna sepertimu, Davis. Huh, keluh Kintan dalam hati.“Hai, Dav. Kapan kau datang?” sapa Kintan sambil tersenyum manis. Dia kemudian duduk di samping sang nenek. “Nek, aku sudah disini sekarang. Nenek istirahat saja di kamar.”“Tidak, ada hal penting yang ingin Nenek bicarakan dengan kalian,” sahut Kasturi menolak saat Kintan memintanya untuk masuk ke kamar. Setelah itu Kasturi menatap Davis dan Kintan secara bergantian. Jauh di lubuk hati Kasturi, dia sebenarnya sangat tidak rela Davis menjadi bagian dari keluarganya. Namun karena sebelumnya Kasturi telah menerima te
“Oh, jadi kau akan mengganti model yang lama dengan Yollanda Stewart?” tanya Almero sambil melirik Sellandra yang tengah menyeka keringat di keningnya. Hari ini hari libur, dan Almero mengajak Sellandra untuk berolahraga bersama. Sekalian dia ingin memberitahu Sellandra kalau istana yang dia inginkan sudah mulai di bangun.Ya, seperti yang Almero perintahkan. Sudah sejak beberapa hari yang lalu Kai mengatur pembangunan awal untuk mendirikan istana yang tadinya di janjikan mendiang Kakek Latief pada Sellandra, kini dia yang mengambil alih. Dikarenakan lokasinya yang cukup jauh dari kediaman keluarga Latief, jadi Almero perlu mencari alasan supaya bisa mengajak Sellandra untuk datang ke tempat ini. Dan cara yang dia gunakan adalah dengan mengajaknya lari pagi seperti sekarang. Agak kekanakan memang karena Almero tidak mengatakannya secara langsung. Ya mau bagaimana lagi. Sellandra tidak tahu kalau pemilik tanah ini adalah dirinya, jadi ya sudah. Cara ini adalah yang paling efektiv.“Iya
“Ayah, Ibu, Nenek. Aku dan Davis pergi dulu ya,” pamit Kintan sseraya menampilkan senyum palsu di hadapan Davis. “Pagi sekali kalian perginya. Apa sekalian ingin pergi jalan-jalan setelah fitting baju kalian?” ledek Felita sambil menatap bergantian ke arah Davis dan Kintan. Dia tentu saja tahu kalau putrinya hanya sedang bersandiwara saja. Anggaplah kalau dia sedang membantu rencana Kintan yang ingin menghancurkan Sellandra dari dalam. Karena jika ditanya, dengan senang hati Felita akan menjawab kalau dia tidak sudi mendapatkan menantu kelas bawah seperti Davis. Hanya menjadi manager di Aeron Group apanya yang perlu di banggakan. Benar tidak?“Itu tergantung bagaimana Kintan saja, Bibi. Kalau dia mau pergi jalan-jalan aku juga tidak keberatan untuk menemaninya,” jawab Davis sambil tersenyum kecil menyikapi ledekan yang dilayangkan oleh calon ibu mertuanya. Dia kemudian menoleh saat mendengar suara kikikan Kintan.“Dav, aku rasa kau perlu menguatkan mental agar tidak pingsan saat digo
Tak terasa hari pertunangan Davis dan Kintan pun tiba. Semua orang di kediaman keluarga Latief terlihat sibuk mempersiapkan segala kebutuhan karena acara pertunangan itu akan digelar di rumah. Kenapa di rumah? Karena ini semua atas saran Nyonya Kasturi yang tiba-tiba meminta agar tidak menggelar acara di tempat lain. Meski awalnya Ziko dan Felita merasa sedikit keberatan, mereka dengan berat hati akhirnya menerima keputusan itu setelah di ancam oleh ibu mereka.“Sampai kapanpun Kintan tidak akan pernah bisa menikah dengan Davis jika kalian menolak untuk menggelar acara di rumah. Tidak ada bantahan. Titik!”Kurang lebih seperti itulah bunyi ancaman Nyonya Kasturi pada Ziko dan Felita. Sedangkan Kintan, dia terlihat biasa saja ketika sang nenek memintanya agar menggelar acara di rumah saja. Menurut Kintan, acara pertungan ini hanya permainan belaka. Jadi dia tidak perlu memusingkan di mana acara tersebut akan digelar. Justru permintaan sang nenek secara tidak langsung malah mendatangkan
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam setengah, Ero dan Sellandra akhirnya sampai di tempat wisata tujuan mereka. Hutan, ya, hutan. Agak aneh memang. Namun Ero meyakini kalau tempat ini merupakan tempat yang paling cocok untuk membantu menenagkan hati istrinya yang tengah terluka. Ya meski sebenarnya orang yang berada di balik tempat wisata ini adalah Kai. Hehe.“Terima kasih,” ucap Sellandra saat Ero membukakan pintu mobil untuknya.“Sama-sama,” sahut Ero seraya tersenyum kecil.Begitu Sellandra memijakkan kaki di tanah, dia langsung merasakan kesejukan hutan dikala angin berhembus pelan. Rambut Sellandra nampak bergoyang-goyang tertiup angin sejuk yang seolah berhembus untuk menyambut kedatangannya dengan Ero. Tak lama setelah itu datang dua orang wanita menyapa mereka. Ero yang baru selesai mengeluarkan barang-barang dari dalam bagasi mobil tampak menganggukkan kepala ketika dua orang itu melirik ke arahnya.“Selamat datang Tuan dan Nyonya,”Sellandra mengangguk sambil m
Tok tok tok“Sell, apa kau sudah siap?” Ero bertanya setelah mengetuk pintu kamar mandi. Karena villa ini hanya menyediakan satu kamar, terpaksa Ero dan Sellandra menggunakan kamar mandi sebagai tempat untuk mengganti pakaian mereka. Status mereka memang suami istri, tapi hubungan mereka belum sampai pada tahap di mana Ero dan Sellandra bisa bersikap layaknya pasangan yang sebenarnya. Dan sebagai suami yang baik tentu saja Ero tidak akan memaksakan kehendaknya meski sebenarnya dia sangat ingin. Perasaan Sellandra adalah yang paling penting untuk sekarang ini. Jadi ya sudah, seperti ini saja Ero sudah merasa bahagia.“Sebentar lagi, Ero!” ucap Sellandra dari dalam kamar mandi.“Baiklah. Tidak usah buru-buru. Aku akan menunggumu di luar saja,” sahut Ero.“Iya,” ….Sambil tersenyum kecil Almero mengusap pelan pintu kamar mandi sebelum melangkah keluar dari dalam kamar. Bahagia, rasanya benar-benar bahagia sekali. Seharian ini dia dan Sellandra tak henti tertawa saat bermain di bawah air
Bima terus meringik kesakitan saat perutnya diinjak dengan kuat oleh beberapa preman yang berada dalam satu sel yang sama dengannya. Andai Tuhan memberinya pilihan, Bima seratus kali akan lebih memilih untuk langsung mati saja ketimbang harus merasakan penderitaan seperti ini. Setiap detik yang Bima lalui sejak berada di dalam penjara selalu penuh dengan jerit kesakitan dan juga pengabaian. Entah apa salahnya, Bima tidak tahu. Yang jelas para polisi yang berjaga di sini seperti sengaja membiarkan Bima dianiaya oleh preman-preman ini. Semua orang seolah menutup mata, yang mana membuat Bima serasa seperti sedang dikuliti hidup-hidup.“T-to … toloong,” ucap Bima lirih.“Tolong?” sahut salah satu preman. “Pada siapa kau ingin meminta tolong, anak muda?”“S-sakiittt. T-tolong aku,” jawab Bima penuh harap. Sekuat tenaga Bima berusaha meraih kaki preman tersebut kemudian memegangnya dengan erat. “T-Tuan, a-aku berasal dari ke-keluarga ka-kaya. K-kalau kau bersedia men-menolongku, aku berjanj
Davis terus memperhatikan ke sekeliling tempat acara tempat dia dan Kintan menggelar pesta pertunangan. Sejak sampai di rumah ini, Davis sama sekali tak melihat keberadaan Sellandra maupun Ero. Mau bertanyapun Davis merasa segan. Dia takut Kintan akan merasa kecewa dan berpikir kalau dia masih sangat berharap pada Sellandra. Walau sejujurnya hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi Davis cukup sadar diri kalau dia tidak akan sudi memperbaiki hubungan dengan wanita yang telah mengkhianati kesetiaannya. Dia sangat membenci Sellandra, tapi juga tidak bisa menampik perasaanya yang masih sangat merindukan mantan kekasihnya itu.Mereka dimana? Acara sudah mau dimulai, tapi kenapa Ero dan Sellandra masih belum terlihat juga? Mereka tidak mungkin tidak menghadiri acara ini ‘kan? ujar Davis bertanya-tanya dalam hati.Sejujurnya sejak tadi Kintan sangat menyadari kalau Davis tak henti mencari-cari keberadaan Ero dan Sellandra. Namun Kintan memilih untuk diam dan mengabaikannya saja karena dia