"Senang?" Sellandra bertanya sambil menatap pria yang terus tersenyum sambil memeluknya. Mereka baru saja kembali setelah dari pengadilan. "Sangat," jawab Almero jujur mengakui. "Terima kasih banyak karena kau sudah bersedia untuk mencabut gugatannya. Aku lega sekali,"Setelah sarapan, Almero dan Sellandra bergegas pergi ke pengadilan guna mencabut gugatan. Meskipun Almero tahu kalau pengacara yang menangani gugatan cerai merupakan orang yang telah di bayar oleh Yollanda, dia memilih untuk membiarkan dan memaafkan orang tersebut. Hal ini Almero lakukan karena dia tak ingin Sellandra merasa curiga dan mencapnya sebagai suami yang buruk. Jadi dia merasa sudah cukup berpuas hati dengan di cabutnya gugatan tersebut sehingga hubungan dengan Sellandra sudah baik-baik saja. Akan tetapi ceritanya akan berbeda jika Sellandra sampai menolak untuk memaafkannya. Pengacara ini pasti mati di tangan Almero. "Karena sekarang sudah tidak adalagi masalah di antara kita, bisakah kau mengizinkan aku un
Seorang wanita terlihat berjalan keluar dari dalam minimarket sambil menutupi wajah menggunakan syal berwarna coklat. Tubuh wanita ini terlihat sangat tinggi meski dia hanya mengenakan sepatu jenis flat shoes. Walau memakai kaca mata hitam, hal itu tak bisa menutupi kegelisahan yang tersembunyi di dalam matanya. Ya, wanita ini sedang ketakutan akan sesuatu. Ini terlihat dari gerak-geriknya yang terus menoleh ke belakang seolah ada seseorang yang sedang membuntuti. Hmmm. Brengsek! Kenapa semuanya jadi seperti ini sih. Dan kenapa juga Sellandra malah menjadi akur dengan Almero. Dasar bodoh. Bukankah seharusnya gugatan itu sudah naik ke pengadilan ya? Tapi kenapa mereka malah berencana menggelar pesta resepsi pernikahan? Sialan! geram Yollanda dalam hati. Setelah penyamaran orang suruhannya di ketahui oleh Kai dan Almero, Yollanda bergegas pergi melarikan diri. Untungnya saat itu sambungan telepon tidak terputus, jadi dia masih mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri dari kejaran
Almero tidak main-main dengan perkataannya. Setelah mengumumkan pada seluruh karyawan Aeron Group tentang hubungannya dengan Sellandra, dia kembali melakukan konferensi pers di hadapan awak media. Almero memberitahu semua orang kalau selama ini dia sebenarnya sudah menikah. Sontak kabar tersebut membuat orang-orang kembali heboh. Akan tetapi setelah mereka di beritahu siapa wanita yang menjadi istrinya dan juga alasan kenapa pernikahannya terpaksa dirahasiakan, orang-orang itu akhirnya paham dan mau memaklumi. Kehebohan yang sempat terjadi langsung berubah menjadi sambutan penuh suka cita begitu Almero memberitahu akan mengundang semua orang untuk hadir di acara paling bahagia di hidupnya. Baik hati sekali, bukan? Tentu saja. Karena memang inilah yang Almero janjikan pada Sellandra. Dia akan membuat Sellandra menjadi satu-satunya wanita yang paling bahagia di muka bumi ini. Pasti. “Sayang, kau sedang apa? Kita makan malam dulu yuk,” tanya Nadia sambil melongokkan kepala ke dalam kama
Tepat pukul jam dua belas malam, Almero dan Sellandra masuk ke dalam kamar. Raut wajah keduanya terlihat lelah, tapi gurat kebahagiaan jelas tercetak di sana. Sambil membantu memegangi ekor gaun pengantin yang di pakai oleh Sellandra, Almero membimbingnya untuk duduk di pinggiran ranjang yang sudah dihias dengan sangat indah. Dia lalu berjongkok di hadapan wanita cantik yang tengah tersenyum manis. "Lelah?" tanya Almero sembari menyeka keringat di kening Sellandra. Dia kemudian tersenyum saat istrinya ini menggelengkan kepala. "Bagaimana mungkin aku bisa merasa lelah di saat kau menghadirkan pesta yang begitu megah?" jawab Sellandra. "Aku bahagia, Ero. Sangat amat bahagia sekali. Terima kasih.""Sebenarnya aku ingin melakukan sesuatu yang lebih daripada ini. Namun apa mau di kata. Sesuatu sudah lebih dulu terjadi sebelum niatku terlaksana. Dan seperti inilah kebahagiaan yang bisa ku berikan sekarang. Aku harap itu tidak melenceng jauh dari harapanmu, sayang."Setelah mengumumkan pad
"Ero, lepaskan aku dulu. Ini sudah siang, nanti kita terlambat masuk ke kantor," ucap Sellandra sambil memukul pelan lengan tangan Ero yang terus memeluk pinggangnya. Entahlah, sejak mereka menikah pria ini makin menjadi-jadi saja. Terkadang Sellandra bahkan sampai kesulitan untuk sekedar meminta izin keluar bersama dengan temannya. Ero sangat posesif. "Kau dan aku sama-sama bos di perusahaan kita, sayang. Mustahil ada orang yang berani memprotes keterlambatan kita," sahut Almero masih dengan menciumi leher belakang Sellandra. Dia suka sekali dengan posisi mereka saat ini. Hehehe. "Meskipun kita adalah bos, tetap saja kita tidak boleh memberikan contoh yang buruk pada mereka. Ayolah, biarkan aku bangun dan bersiap diri. Aku juga masih harus menyiapkan pakaian yang akan kau pakai hari ini. Ya?"Almero menggeleng. Dia dengan sengaja malah mengeratkan pelukannya di pinggang Sellandra. Terlalu enggan untuk melewatkan kehangatan ini. Biar saja kalau wanita cantik ini ingin mengamuk, dia
Tak terasa kini dua bulan sudah terlewat sejak Sellandra dan Almero menggelar pesta pernikahan mereka yang sangat megah. Sejak saat itu hubungan keduanya pun bertambah menjadi semakin mesra saja. Hingga di suatu pagi, Almero yang masih tertidur samar-samar seperti mendengar suara bising dari arah kamar mandi. Dia lalu meraba kasur di sebelahnya. Kosong. Sellandra tidak ada di sisinya. Segera kedua mata Almero terbuka lebar.“Sayang, kau di mana?” tanya Almero sembari mengusap mata.“D-di sini,” ….Suara lirih yang lebih cocok di sebut rintihan terdengar dari arah kamar mandi. Sadar ada yang tidak beres, Almero langsung melompat turun dari atas ranjang kemudian berlari masuk ke dalam sana. Dan betapa terkejutnya dia melihat Sellandra, istrinya, yang sedang terduduk di lantai sambil memegangi pinggiran kloset. Tanpa membuang waktu lagi Almero segera menghambur ke arahnya dan menangkup wajah istrinya yang bermandikan keringat dingin.“Astaga, sayang. Wajahmu pucat sekali. Kau kenapa?” ce
“Brengsek! Arggghhhh, Sellandra, aku akan membunuhmu!” teriak Yollanda histeris sambil melemparkan remot tv ke dinding. Setelah itu dia berdiri, berkacak pinggang sambil menengadahkan wajahnya ke atas.Kabar kehamilan menantu di keluarga Smith sedang riuh menjadi bahan perbincangan dari segala penjuru kota. Dan hal inilah yang membuat Yollanda terbakar emosi. Dia yang baru saja bangun dan ingin menonton televisi, seketika terbakar api amarah menyaksikan bagaimana Almero terlihat sangat bahagia saat mengumumkan kabar kehamilan istrinya di hadapan awak media. Sungguh, tak pernah Yollanda menyangka kalau rencana yang dia atur sedemikian manis malah mendatangkan kepahitan beruntun untuknya. Mulai dari dirinya yang menjadi bulan-bulanan anak buah Almero, juga dengan nasib cintanya yang terpaksa harus kandas karena pria itu malah mengumumkan pernikahannya dengan Sellandra. Kedua hal ini membuat Yollanda merasa sangat frustasi sekali. Dia mendendam, tapi tak tahu bagaimana cara untuk memelam
“Hati-hati!” ucap Almero sembari membantu Sellandra berbaring di ranjang. Dia dengan penuh perhatian menyelimuti tubuh istrinya kemudian duduk di tepian kasur. “Karena sekarang kau sedang hamil, untuk sementara waktu biar aku yang akan membantu mengurus pekerjaan di Latief Group. Kau tidak keberatan, bukan?”“Ero, aku hanya hamil. Bukan sedang sakit keras. Tolong biarkan aku tetap berangkat bekerja ya? Aku tidak terbiasa tinggal di rumah tanpa melakukan aktifitas apa-apa. Sangat membosankan. Ya?” ucap Sellandra merengek agar di izinkan untuk tetap beraktifitas seperti biasa.“No no no. Pekerjaan itu sangat beresiko untuk kehamilanmu yang masih sangat muda, sayang. Kau bisa kelelahan, dan itu akan berdampak pada kesehatanmu dan juga calon anak kita. Tidak bisa. Aku tidak akan mengizinkanmu bekerja. Titik!” tukas Almero sambil menggelengkan kepala.Setelah kabar kehamilan Sellandra di umumkan pada semua orang, sejak saat itu Almero menjadi sangat posesif padanya. Di keseharian Sellandra