Davis dan Ero saling menatap dalam diam saat mereka tak sengaja berpapasan di dekat pintu keluar perusahaan. Dari tatapan mata keduanya jelas terlihat ada gurat kebencian terpendam yang begitu besar. Jika Davis bersikap demikian karena teringat akan pengkhianatan yang dilakukan Ero dan Sellandra, hal berbeda justru dirasakan oleh Ero. Kebenciannya berasal dari kebodohan Davis yang dengan ceroboh membangun hubungan dengan seorang wanita yang jelas-jelas hanya ingin memanfaatkannya saja. Dan yang membuat kebenciannya makin melebar adalah karena Davis seperti sengaja ingin melukai perasaan Sellandra, istri yang sangat di cintainya.“Kenapa kau dan perempuan pengkhaianat itu pergi saat aku dan Kintan menggelar pesta bertunangan? Tidak kuat melihat kebahagiaan kamikah?” tanya Davis penuh nada sindiran. Dia lalu menyeringai tipis karenanya.“Apanya dari acara kalian yang harus membuat kami merasa tak kuat?” sahut Ero dengan santai merespon sindiran yang dilayangkan oleh Davis. “Kebahagiaan?
Pagi harinya di kediaman keluarga Latief, terlihat Ziko, Felita dan juga Kintan yang tengah menatap sinis pada sepasang suami istri di hadapan mereka. Ero dan Sellandra, kelakuan kedua orang ini semakin menjadi-jadi saja sejak Ero di izinkan untuk keluar masuk rumah ini dengan bebas. Sedangkan Kasturi, dia tak terlalu mempedulikan apa yang sedang terjadi di meja makan. Fokusnya satu, cari aman. Secara, dia itukan sudah tahu latar belakang dari gembel miskin yang dulu sangat di bencinya. Jadi sekarang dia tak mau mencari masalah apapun dan mencoba untuk tidak ikut campur atas apa yang ingin Ero dan Sellandra lakukan di rumah ini. “Ekhmmm-ekhmm!” Ziko sengaja berdehem dengan sangat kuat. Ini dia lakukan dengan tujuan agar Ero dan Sellandra berhenti mempertontonkan kemesraan mereka yang sangat menjijikkan. “Sellandra, ini meja makan. Tolong bersikaplah sopan di hadapan kami. Hargai semua makanan yang sudah susah payah disiapkan oleh para pelayan. Tahu?”“Sejak kapan hati Paman tergerak
“Berhati-hatilah saat menyetir nanti dan jangan lupa kabari aku setelah sampai di perusahaan. Oke?’ pesan Ero sembari melepas seatbelt di tubuhnya. Dia kemudian duduk menyamping agar bisa menatap wajah cantik istrinya. “Apa hari ini kau baik-baik saja, Sell? Tidak sedihkan setelah sarapan bersama Davis?”“Ero, untuk sepenuhnya melupakan Davis aku mungkin tidak bisa. Akan tetapi aku bisa menjanjikan satu hal padamu kalau namanya sudah tidak ada lagi di hatiku. Sekarang yang tersisa hanyalah rasa iba karena selepas berpisah denganku Davis harus menjalin hubungan dengan wanita yang hanya ingin memanfaatkaannya saja. Kau paham bukan apa maksudku?” tanya Sellandra meyakinkan Ero bahwasanya dia sudah tidak memiliki rasa apapun lagi pada Davis. Hatinya sudah terisi kembali oleh nama pria lain, yaitu pria yang tengah duduk sambil menatapnya.“Hmmm, maaf. Aku hanya khawatir saja perasaanmu akan kembali tumbuh setelah melihat bagaimana Ibu memperlakukan Davis dengan cara yang sedikit berbeda. I
Sejak Sellandra di beritahu sang asisten kalau Yollanda diam-diam mencari tahu tentang Ero, sejak itu pula benaknya selalu di penuhi banyak pertanyaan tentang apa dan kenapa model internasional itu bisa tertarik pada diri suaminya yang hanya pria biasa. Dia kini menjadi lebih banyak diam saat sedang bersama Yollanda maupun Ero. Seperti sekarang contohnya. Apa yang sebenarnya sedang mengganggu pikiranmu sampai-sampai kau abai dan tak peduli akan kehadiranku, Sell? Mungkinkah hatimu tengah goyah karena Davis? batin Ero resah. Tadinya Ero pikir malam ini dia dan Sellandra akan mereguk kebersamaan manis seperti yang sering mereka lakukan akhir-akhir ini. Akan tetapi begitu dia masuk ke dalam mobil bukan kehangatan manis yang dia dapat, melainkan sikap acuh Sellandra yang hanya diam tak bersuara. Hal ini tentu membuat Ero merasa penasaran sekali. Dia bahkan sampai menduga-duga tentang sesuatu yang berhubungan dengan Davis, mantan kekasih istrinya. "Sell, kau kenapa? Apa aku telah melaku
“Komisaris, sepertinya Nona Yollanda semakin gencar saja mencaritahu tentang anda. Apakah tidak apa-apa jika dibiarkan begitu saja?” tanya Kai seraya membantu sang atasan melepas mantel di tubuhnya. Dia lalu menatap lama sebelum kembali melanjutkan perkataannya. “Saya khawatir itu akan berdampak pada hubungan anda dengan Nona Sellandra.”“Sebelumnya apa kau sudah mencaritahu dia pernah bertemu denganku atau tidak?” sahut Almero seraya menghela nafas.“Seharusnya Nona Yollanda tidak tahu siapa anda, Komisaris. Akan tetapi gerak-geriknya membuat saya merasa was-was. Sejauh saya mengawasi keamanan identitas anda, belum ada satu orangpun yang tahu siapa anda selain Nyonya Kasturi dan Bima. Namun tidak ada salahnya bukan kalau kita menaruh curiga pada model itu?” jawab Kai dengan mimik wajah yang begitu serius.Almero terdiam. Sebenarnya dia tidak terlalu tertarik untuk meladeni model pengganti di perusahaan Latief Group. Karena menurutnya wanita itu tidaklah penting selagi tidak mengetahu
Tangan Yollanda terus terkepal kuat saat seorang wanita cantik terus berbicara di hadapannya. Sungguh, tak sedikitpun mengira kalau pria yang menjadi alasan kuat dia kembali ke negara ini merupakan suami dari si wanita ini. Ya, Almero, pria-nya ternyata adalah suami Sellandra, direktur utama Latief Group. Ini benar-benar sangat menjengkelkan sekali. Bagaimana bisa Sellandra merebut Almero darinya? Tidak bisa dibiarkan. Yollanda tak terima miliknya direbut oleh orang lain.Apapun yang terjadi Almero hanya boleh menajdi milikku seorang. Dan kau Sellandra, cepat atau lambat aku pasti akan segera menyingkirkanmu dari hidupnya. Heh, geram Yollanda dalam hati.“Bagaimana, Yollanda? Apa kau keberatan jika saat peluncuran produk ini nanti aku meminta hak khusus agar kau tampil secara langsung di depan media?” tanya Sellandra seraya menatap lekat wajah model yang sejak tadi hanya diam tak berbicara. Agak aneh, tapi dia berusaha mengabaikan. Bisa saja Yollanda bersikap seperti ini karena sedang
“Yollanda, ternyata Nona Sellandra selama ini tidak tahu kalau suaminya adalah pemilik Aeron Group. Dari informasi yang aku dengar, Tuan Almero mengaku sebagai pria sederhana yang tinggal sebatang kara dan bekerja sebagai cleaning servis di perusahaannya sendiri. Tidakkah menurutmu ini adalah kabar yang sangat baik? Walaupun mereka sudah menikah, kau masih memiliki banyak kesempatan untuk merusak rumah tangga mereka. Aku berani jamin kalau Nona Sellandra pasti akan langsung menceraikan Tuan Almero begitu tahu kalau selama ini dia telah membohonginya. Benar tidak?”Tak ada kata sahutan yang keluar dari mulut Yollanda saat sang asisten bicara karena dia sudah mengetahu hal ini lebih dulu. Satu hal yang membuatnya merasa aneh. Orang sepintar Sellandra bagaimana mungkin menikahi pria yang jelas-jelas mengaku dan berpenampilan seperti orang miskin? Apa mungkin ada sesuatu hal yang mendasari pernikahan keduanya? Tapi apa? Mau sekeras apapun Yollanda berpikir, dia tetapi tidak bisa menemukan
Sellandra memekik tertahan saat seseorang menarik tangannya dari arah belakang. Dia yang hendak masuk ke dalam kamar mandi seketika memejamkan mata menunggu detik-detik tubuhnya jatuh ke lantai. Eh, kenapa tidak sakit? Aku tidak mungkin melayang 'kan? batin Sellandra heran. Senyum samar nampak tersungging di bibir pria tampan yang tengah menatap lekat wajah cantik wanita yang sedang memejamkan mata. Sangat mempesona, membuatnya jadi ingin mengecup kelopak mata tersebut. Almero, ya, dia pelakunya. Pagi-pagi sekali dia sudah datang ke kediaman keluarga Latief guna menemui sang istri yang sejak semalam sudah sangat dirindukannya. Dan karena nyonya si pemilik rumah sudah tahu tentang siapa dia, Almero datang ke kamar ini tanpa harus melalui drama menjijikkan. Untungnya wanita Sellandra tidak mengunci pintu kamar, membuatnya jadi bisa masuk dengan mudah. "Good morning, wanita cantik!"Kening Sellandra mengerut. Dia familiar dengan suara ini. Penasaran, Sellandra pun membuka mata. Dan be
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu