Bagas mencoba meraih tangan Tasya namun berhasil di cekal oleh Varo."Lu dengerkan kalau Tasya minta lu pergi, kenapa masih disini dan mohon - mohon?" tanya Varo sedikit ketus."Berisik! Minggir lu, gua mau ketemu Tasya," ucap Bagas seraya mencoba melepaskan tangannya dan juga sedikit mendorong tubuh Varo.Namun, kelakuan Bagas itu malah membuat Varo tak bisa menahan senyumnya. Varo pun lalu menaruh kedua lengannya pada bahu Bagas."Bro, gua ingetin ya, Natasya itu sekarang udah jadi istri gua. Jadi, udah sewajarnya gua ngelarang lu gangguin Tasya. sampe sini paham?!" tanya Varo penuh penekanan sambil mencekal bahu Bagas.Bagas pun akhirnya hanya bisa menghembuskan napasnya kesal."Oke! Tapi Lu inget, suatu saat Gua pasti bakal rebut Tasya lagi dari lu!" seru Bagas seraya menepis lengan Varo dari bahunya."Coba aja kalau bisa. Gua yakin Tasya juga gak akan mau sama lu lagi," kekeh Varo sambil bersidekap dada.Kelakuan Varo yang nampak meremehkan itu membuat Bagas sangat kesal dan akhi
"Ke kontrakan aku, Bang," ucap Varo kemudian.Untuk sesaat Revan pun nampak menghela napas berat dan memijat pelan pelipisnya.Tasya pun segera menghampiri sang kakak dan segera berjongkok didepannya. Lalu, ia pun membelai lembut lengan sang Kakak."Bang, kita punya alasan kenapa kita pingin keluar dari rumah ini, dan Tasya rasa alasannya mungkin bisa masuk akal buat Abang," lirih Tasya pelan.Revan pun hanya bisa tersenyum samar sambil memandangi wajah sang adik yang nampak memelas itu."Apa alasannya, Sya?" tanya Revan akhirnya.Tasya pun kembali duduk di sebelah Varo dan menghembuskan napasnya berat."Ada beberapa alasan, Bang, salah satunya, sayang sama kontrakan yang udah aku sewa. Aku bayar kontrakan itu satu tahun full, dan aku baru tinggal disana 6 bulan, jadi masih ada waktu 6 bulan," ucap Varo memulai obrolannya."Gak cuma itu, Bang, aku juga kan jarang dirumah, beda sama Kakak dan Abang yang emang uda
Tasya yang nampak syok langsung ambruk saat melihat mobil sedan milik Varo. Hingga akhirnya, Varo pun langsung menghampiri sang istri kembali."Dek, kamu gak apa - apa?" tanya Varo.Untuk sesaat Tasya masih terdiam dan menggelengkan kepalanya pelan, hingga akhirnya ...."Arghh, sakit, Dek! Ampun," lenguh Varo sambil memegangi rambutnya yang di jambak oleh sang istri."Alvaro Bagaskara! Lu tuh bener - bener yak, demen banget bikin bini lu syok dan kaget! Untung aja gua gak punya penyakit jantung!" seru Tasya kesal sambil mengencangkan jambakanya sehingga membuat Varo makin mengaduh.Tak lama, Pak Daren pun nampak menghampiri mereka berdua lalu menyerahkan sebotol air mineral kepada Tasya."Tuh kan saya bilang juga apa, Mbak, jangan suka percaya sama omongannya Mas Varo," ucap Pak Daren nampak memanasi.Pak Daren sendiri terlihat sangat menikmati pemandangan didepannya itu. Kapan lagi, ia melihat bosnya yang sangat dingin itu tersiksa selain di tangan istrinya sendiri.Setelah merasa pu
"Kenapa, Dek? Kamu tau tempat ini?" tanya Varo seraya melepaskan salt beltnya."Tau, Mas. Mas yakin mau disini? Disini mahal loh katanya," jawab Tasya nampak ragu.Varo pun hanya tersenyum lalu segera keluar dari dalam mobilnya dan membuka pintu mobil istrinya."Gak papa, Dek, masih sanggup kok aku biayain perawatan kamu," ucap Varo seraya membantu sang istri keluar dari dalam mobilnya."Ta -- tapi, Mas," lirih Tasya masih dengan ragu.Tasya masih berdiam diri di samping pintu mobilnya. Hatinya benar - bener ragu untuk melangkah. Ia takut, jika itu akan membebankan Varo."Dek, kamu gak usah khawatir soal uang. Insya Allah ada kok, lagi pula bukannya dengan kamu boros dan bahagia, rejeki aku juga makin lancar? Bukankah istri salah satu penarik rejeki suami?" tanya Varo sambil tersenyum ramah.Tasya pun nampak berpikir sebentar lalu tersenyum dan mengangguk."Iya si, Mas. Ya udah deh, kalau Mas maksa mah, aku nurut aja, makasih ya,Mas," ucap Tasya dengan tulus dan hanya mendapat angguka
"Kenapa minta maaf, Le?" tanya Tasya semakin bingung dan mendapat gelengan dari Lea.Karena Lea tak kunjung menjawab, rasa canggung pun kembali menyelimuti mereka berdua. Tasya pun memilih untuk memejamkan matanya, sementara Lea meneruskan pijatannya.Tanpa sadar, ternyata Tasya pun tertidur mungkin karena saking enaknya pijatan Lea.Selang satu jam kemudian, pijatan Lea pun telah berakhir. Saat melihat sang kakak tertidur, Lea pun hanya tersenyum karenanya."Pantesan aja Abang jatuh cinta sama kamu, Kak. Kamu lagi tidur aja cantik gini, terus emang baik juga meskipun udah di ketusin aku. Ya ampun, kalau tau saingan aku begini, dah mundur aja aku mah, titip Abang aku ya Kak, dia tuh cinta pertama aku sebenernya, dan aku pun pingin milikin dia," lirih Lea pelan sambil memandang wajah Tasya yang nampak lelah."Kak, Kak Tasya bangun, Kak," ucap Lea seraya menepuk pelan punggung Tasya."Kak," ucap Lea kembali.Tasya yang tengah terlelap pun perlahan membuka matanya dan saat melihat wajah
Tasya terdiam dan tertunduk dalam mendengar pertanyaan sang suami itu."Dek," lirih Varo lembut sambil membelai mesra lengan sang istri."Sayang aja, Mas, uangnya. Lumayan loh 20 juta cuma buat perawatan gitu doang," lirih Tasya pelan.Varo pun hanya tersenyum melihat kelakuan sang istri itu. Ia pun kembali membelai lembut rambut panjang sang istri yang kini terlihat lebih halus dibanding dengan tadi."Sebanding dengan hasilnya, Dek. Kamu juga bukannya lebih seger dan rileks?" tanya Varo dan mendapat anggukan dari Tasya."Gak ada yang mahal selama kita emang mampu membayarnya, Dek. Doain aja, dengan Mas terus nyenengin kamu kek gini, rejeki Mas makin lancar ya," ucap Varo kembali sambil berusaha menenangkan sang istri.Tasya pun hanya mengangguk dan menghembuskan napasnya pasrah. Baginya, percuma berdebat dengan Varo. Entah mengapa, ia kini mulai melihat sisi lain dari diri Varo. Varo bukanlah orang lemah atau pecundang seperti yang orang - orang katakan. Namun, ia nampak seperti seor
"Haha, aww," seru Tasya saat melihat Varo menerkam tubuhnya.Setelahnya, malam pun mereka lalui dengan penuh gairah yang membara. Keduanya sama - sama imbang dalam melakukan permainan panas malam itu, seolah tak pernah ingin berhenti melakukannya. Selalu ingin melakukan lagi dan lagi."Mas, arghh, aku ... aku ...," engah Tasya."Be -- bentar, Dek ...," ucap Varo tertahan.Dan tak lama ..."Arghhh."Lenguhan panjang pun keluar dari mulut mereka berdua bersamaan dengan ambruknya tubuh Varo di atas tubuh sang istri.Setelah itu, keduanya sama - sama memejamkan matanya, tak kuat rasanya untuk sekedar bergeser saja. Tenaga keduanya nampak telah habis karena pergumulan panas yang hampir terjadi sepanjang malam itu.Sekitar pukul 10.00 WIB, Tasya pun mulai membuka matanya dengan perlahan karena mendengar ponselnya yang terus berdering.Saat matanya terbuka, yang terlihat pertama kali adalah wajah Varo yang nampak sedikit lelah. Sebenernya, ia pun masih lelah, tetapi deringan itu terus berbun
Varo yang awalnya sedikit kesal pun akhirnya tersenyum saat melihat caption sang istri itu."Gimana, Mas? Bagus gak, caption aku?" tanya Tasya dan hanya mendapat anggukan dari Varo."Sepertinya status itu mengandung kode juga haha," jawab Varo sambil terkekeh dan mendapat anggukan dari Tasya.Bagaimana tidak, Tasya membuat status yang sedikit membuka identitas Varo saat itu.'Sstt, sepertinya kemaren ada yang ngatain saya jalang dan lacur, ya? Oh jelas, jawabannya memang iya! Tapi, saya hanya melacurkan diri dengan suami saya, yang syudah jelas halal dan bisa dapet pahala juga!. Saya mah lacur mahal gengs, buktinya, buat dapetin saya, si Mas harus rogoh kocek yang gak main - main. Setelah kemaren pas akad dapet satu set perhiasan dan mahar 30 jeti, dilanjut mobil camry keluaran terbaru dan perawatan tubuh yang hampir 30 jeti juga and next, maybe rumah yang harganya lumayan juga, setara lah ya sama pelayanan plus plusnya juga. Liat aja ampe abis leher dan atas saya di merah - merahin s