Alle bingung ingin menjawab apa atas pertanyaan dari Raffa yang tidak pernah diduga sebelumnya. Bisa-bisanya lagi kondisi begini malah meminta hak suami.Apa Raffa sudah tidak tahan? Padahal bukannya Raffa sendiri yang bilang ingin melakukan ini setelah menikah resmi? Tapi apa, dia sendiri yang melanggar! Dasar cowok!“Kok nggak jawab? Kamu nggak mau? Kayaknya udah saatnya kita melakukan itu, All,” ujar Raffa seakan-akan Alle menolak. Padahal Alle hanya diam saja karena bingung menjawabnya gimana jika mau.“Kenapa tiba-tiba minta ini?” tanya Alle sambil merutuki pertanyaan bodohnya itu. Sudah pasti Raffa tidak kuat untuk menunggu terlalu lama lagi. Apalagi mereka berdua tinggal bersama dan tidur sekasur.“Ya, karena aku pengin menunaikan kewajibanku sebagai suami. Lagipula kamu bakalan ikut aku di sini, ‘kan? Hidup bareng aku?” Raffa tampak kembali memastikan jawaban dari Alle. Dan cewek itu mengangguk sebagai jawaban.Hening beberapa saat. Sampai akhirnya Alle mem
“Ah!”Alle mendesah panjang ketika telapak tangan milik Raffa menangkup bahkan meremas-remas seperti yang Alle inginkan.Tentu saja sebagai Raffa sangat senang mendapat tugas mengenakan seperti itu. Bahkan Raffa kini mengganti posisi menghisapnya agar tidak iri.Dada sebelah yang sudah memar merah karena bekas hisapan kuat dari Raffa kini dijepit di antara jari telunjuk dan tengahnya. Raffa terkadang menarik-narik puncak buah dada itu yang sudah mengacung keras.“Raff,” panggil Alle dengan suara serak bahkan nyaris tak terdengar. “Ngh!”Raffa yang merasa cukup bermain-main dengan kedua gunung kembar milik Alle kini kembali mengajak Alle untuk berciuman bibir.Merasa jika harus berpindah tempat, Raffa menggendong Alle menuju ke arah dalam kamar. Alle yang digendong dengan posisi ciuman, kedua kakinya melingkar kuat di bagian pinggang milik Raffa. Kedua tangannya pun ikut melingkar erat di bagian leher.“Kamu tau nggak, aku kalau di dekat kamu bawaannya selalu nafsu,” akui Raffa dengan
“Ngh!” ringis Alle ketika ujung junior milik Raffa tampak menendang pintu masuk lembah kenikmatan miliknya. “Pelan-pelan,” lanjut Alle sambil ikut menatap ke arah bawah sana yang mana Raffa masih terus berusaha untuk masuk ke dalamnya. “Sempit banget, All.” Raffa yang kesusahan untuk masuk membuatnya sedikit kelelahan. Keningnya penuh dengan keringat. Tidak hanya itu saja. Dada lebar serta otot tangannya pun penuh dengan keringat yang justru menambah kesan seksi. Alle pun merasakan hal yang sama dengan Raffa. Tubuhnya penuh dan banjir dengan keringat. Padahal suhu AC di dalam kamar ini sudah mencapai batas minimum. “Ah!” jerit Alle saat desakan milik Raffa begitu kuat menendang pintu lubang itu. Raffa bahkan terus memaksa masuk meski harus mengeluarkan tenaga yang begitu extra. “Ngh … sempit banget,” lenguh Raffa yang mulai merasa pening. Melihat wajah sayu milik Alle membuatnya buru-buru kembali mengajaknya berciuman. Bibir dan lidah mereka kembali bergulat. Raffa menghisap bahk
Raffa menggulingkan diri di samping tubuh milik Alle. Keduanya kini sama-sama menatap ke arah langit-langit kamar.Deru napas keduanya pun masih begitu tersengal. Alle sendiri tidak menyangka kalau dirinya sudah lepas perawan detik ini.Yang lebih tidak menyangka lagi, Alle memberikan kesucian tubuhnya untuk Raffa yang notabennya tidak ada dalam bayangan dalam dirinya. Apalagi Alle dan Raffa tidak pernah pacaran. Raffa juga tidak pernah menunjukkan gelagat suka kepada Alle, meski terkadang cowok itu selalu ada di saat Alle membutuhkan.“Ternyata capek,” komentar Alle masih terus menatap langit-langit kamarnya. “Kakiku bahkan lemas banget,” lanjutnya sambil mengubah posisi menjadi miring, menatap ke arah Raffa.Raffa yang merasa ditatap oleh Alle langsung ikut mengubah posisi tidurnya menjadi miring, membalas tatapan sayu dari istrinya.“Makasih banyak Alletheia,” ucap Raffa lirih bahkan terdengar begitu serak namun sangat seksi di dengar.Alle tersenyum lebar ketika Raffa terus menguc
Raffa memang tidak berjanji hingga saat permainan kedua selesai, mereka istirahat sebentar sampai akhirnya cowok itu mengajak Alle kembali bergulat.Awalnya Alle menolak, tapi Raffa terus saja memancing dengan menyentuh beberapa area sensitif milik Alle yang membuat cewek itu mulai hanyut akan permainan yang diciptakan suaminya.Kali ini Raffa mengajak Alle untuk berdiri di ujung ranjang. Raffa menyuruh Alle untuk berposisi nungging hingga Raffa bisa mengakses sesuatu yang membuat ketagihan itu begitu lebih menjepit.“Kakiku lemas banget,” adu Alle yang merasakan kedua kakinya terasa seperti jelly. Sangat lembek ingin terjatuh, namun pinggang miliknya dipegang kuat oleh Raffa.Di gaya ini Raffa bermain sangat gila sampai membuat wajah Alle beberapa kali menyungsep ke dalam kasur.Sama-sama mencapai puncak kenikmatan, tubuh Alle seperti akan terjatuh tapi Raffa langsung memegang tubuhnya erat. Alle bahkan tidak sanggup untuk berdiri saki
Alle merasakan jika sinar matahari mulai menembus masuk ke dalam kamarnya. Hal ini membuat tidur Alle menjadi terusik.Perlahan-lahan Alle mengerjapkan kedua matanya dan terbuka sempurna. Hal pertama yang Alle lihat tentu saja jam dinding yang memang peletakkannya sejajar dengan posisi ranjang.Alle juga merasa kalau kandung kemihnya terasa penuh. Namun, saat baru ingin bangun dari posisi tidurnya, seluruh tubuh Alle terasa sangat sakit.“Aw … kenapa rasanya aneh begini,” komentar Alle sambil beringsut turun ke bawah pelan-pelan.Saat kedua telapak kaki milik Alle sudah turun menapak lantai, Alle mencoba berdiri tetapi tubuhnya langsung limbung ke bawah. Bruk!“Huhuhu, sakit banget,” rengek Alle manja.Alle yang tidak tahan pengin pipis akhirnya ngompol di lantai. Apalagi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi.“Yaaah, ngompol. Huwaaaa!” Alle malah menangis melihat air seninya sendiri. Alle rasanya malu dan takut kalau Raffa akan marah jika tahu soal ini.Alhasil Alle memaksakan diri un
Alle bisa menebak bagaimana ekspresi dan reaksi dari Nindi di seberang telepon sana. Meski hanya mendengar dari suaranya yang heboh, namun Alle sudah mengetahui bagaimana girangnya Nindi.“Tapi emang beneran sakit, All?” tanya Nindi masih dengan rasa penasarannya yang tinggi.“Ya, sakit pas awalannya, Nin. Tapi lama-lama … ya gitu deh!” balas Alle sambil cengengesan, yang membuat Nindi mendecak sebal karena jawaban Alle kurang gamblang dan memuaskan.“Terus-terus gimana!?” desak Nindi yang masih saja ingin tahu bagaimana sahabatnya ini pecah telor. Nindi masih tidak menyangka kalau Alle sudah tidak perawan lagi. Mana yang memperawani adalah orang yang sangat Nindi kenal pula. Pokoknya nggak bisa Nindi bayangkan kedua orang itu dalam menyalurkan hasratnya. Pasalnya kalau di sekolah jarang sekali romantis dan bareng.“Terus apanya? Udah ah jangan bahas gituan mulu!” Alle merajuk, lebih tepatnya malu jika harus menceritakan bagaimana prosesnya bercinta tadi malam.“Hehehe iya deh iya! Ya
Tepat pukul dua malam waktu setempat, Raffa akhirnya pulang dengan kondisi sedikit mabuk. Ternyata dia menghadiri acara yang di dalamnya terdapat banyak minum-minuman beralkohol.Saat sudah sampai apartemen, yang dilakukan oleh Raffa justru mencari keberadaan Alle yang ternyata sudah tertidur di atas ranjang.Raffa melihat penampilan seksi dari Alle membuat pikirannya menjadi kotor. Bahkan cowok itu sampai mengusap kaki hingga paha dalam milik Alle dengan telapak tangannya.“Raffa, kamu udah pulang?” Alle yang merasa jika tubuhnya disentuh oleh seseorang membuatnya langsung terbangun dengan kondisi kaget, namun Alle sedikit lega ketika yang menyentuh ternyata suaminya sendiri. “Raff,” ulang Alle ketika tidak mendapat sahutan dari Raffa.“Aku pengen, All. Tubuhku panas banget,” rancau Raffa yang sudah memajukkan wajah mendekat ke arah Alle.“Raffa, mulut kamu bau alkohol! Kamu mabuk, ya!?” seru Alle yang buru-buru menghindari suaminya.Raffa yang sudah kepalang mabuk sampai tidak bisa
Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua
Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress
Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa
Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala
Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham
Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y
Setiba di Indonesia, pasangan muda itu disambut sangat meriah dan penuh kasih oleh kedua keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara itu.Alle yang kangen dengan Mamanya langsung memeluk Kaira sambil menangis bahagia. Ternyata hidup jauh membuatnya sadar akan pentingnya peran seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya setiap waktu.Meski terkesan cerewet tapi saat jauh selalu membuat kangen. Alle bahkan masa bodoh ketika menjadi pusat perhatian dari adik-adiknya karena sudah besar masih suka menangis seperti ini.“Kangen,” ucap Alle sambil menatap wajah Kaira yang ikut berkaca-kaca, namun Alle tahu betul kalau Mamanya sedang menahan diri untuk tidak menangis.“Mama juga kangen sama kamu,” balas Kaira sambil mengusap lembut pipi anaknya. Meski sudah menikah, tetap saja di mata Kaira dan Dipta, Alle tetap menjadi putri kecilnya.Alle tersenyum manis ketika Dipta tak mau kalah ingin meminta pelukan darinya. Perhatian Alle pun kini berpindah ke cinta pertamanya, Papa Dipta.Cukup l
“Serius kamu tanya ini?” Raffa tidak percaya kalau Alle bakalan menanyakan hal ini kepadanya. Kalau Raffa tidak normal, mana mungkin minta nambah berkali-kali. Alle ada-ada aja!“Iyakan teman-teman kamu aja gitu semua,” jawab Alle dengan wajah tanpa dosanya. Mukanya benar-benar gemesin sekaligus ngeselin pengin masukin karung.Raffa yang mendapat pertanyaan itu justru merasa bingung sendiri saat ingin menjawab. Yang dilakukan Raffa hanya menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.Sampai akhirnya Raffa mengajak Alle untuk benar-benar pergi dari ruang itu. Sebelumnya Raffa berpamitan kepada Noah dan teman-temannya terlebih dahulu.Ketika sudah berada di area parkiran, Raffa kembali menatap Alle yang masih saja menunggu jawabannya.“Gini All, kalau aku nggak normal sudah pasti nggak nafsu sama kamu. Ini lihat kamu begini aja bawaan pengen ajak ke atas ranjang. Ngadon anak tiap waktu. Masa kamu masih berpikiran kalau aku nggak normal, sih!?” jelas Raffa panjang lebar karena
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y