Alle bisa menebak bagaimana ekspresi dan reaksi dari Nindi di seberang telepon sana. Meski hanya mendengar dari suaranya yang heboh, namun Alle sudah mengetahui bagaimana girangnya Nindi.“Tapi emang beneran sakit, All?” tanya Nindi masih dengan rasa penasarannya yang tinggi.“Ya, sakit pas awalannya, Nin. Tapi lama-lama … ya gitu deh!” balas Alle sambil cengengesan, yang membuat Nindi mendecak sebal karena jawaban Alle kurang gamblang dan memuaskan.“Terus-terus gimana!?” desak Nindi yang masih saja ingin tahu bagaimana sahabatnya ini pecah telor. Nindi masih tidak menyangka kalau Alle sudah tidak perawan lagi. Mana yang memperawani adalah orang yang sangat Nindi kenal pula. Pokoknya nggak bisa Nindi bayangkan kedua orang itu dalam menyalurkan hasratnya. Pasalnya kalau di sekolah jarang sekali romantis dan bareng.“Terus apanya? Udah ah jangan bahas gituan mulu!” Alle merajuk, lebih tepatnya malu jika harus menceritakan bagaimana prosesnya bercinta tadi malam.“Hehehe iya deh iya! Ya
Tepat pukul dua malam waktu setempat, Raffa akhirnya pulang dengan kondisi sedikit mabuk. Ternyata dia menghadiri acara yang di dalamnya terdapat banyak minum-minuman beralkohol.Saat sudah sampai apartemen, yang dilakukan oleh Raffa justru mencari keberadaan Alle yang ternyata sudah tertidur di atas ranjang.Raffa melihat penampilan seksi dari Alle membuat pikirannya menjadi kotor. Bahkan cowok itu sampai mengusap kaki hingga paha dalam milik Alle dengan telapak tangannya.“Raffa, kamu udah pulang?” Alle yang merasa jika tubuhnya disentuh oleh seseorang membuatnya langsung terbangun dengan kondisi kaget, namun Alle sedikit lega ketika yang menyentuh ternyata suaminya sendiri. “Raff,” ulang Alle ketika tidak mendapat sahutan dari Raffa.“Aku pengen, All. Tubuhku panas banget,” rancau Raffa yang sudah memajukkan wajah mendekat ke arah Alle.“Raffa, mulut kamu bau alkohol! Kamu mabuk, ya!?” seru Alle yang buru-buru menghindari suaminya.Raffa yang sudah kepalang mabuk sampai tidak bisa
Setelah selesai mandi dan berdandan, Alle dibawa ke salah satu restoran yang dekat dengan tempat tinggal mereka.Meski hanya diajak pergi ke tempat seperti ini saja sudah membuat Alle senang. Apalagi Raffa semakin hari semakin menunjukkan rasa perhatiannya yang menurut Alle sangat manis.“Gimana, kamu senang?” tanya Raffa yang saat ini terus memandang wajah Alle hingga membuat sang empu tersipu malu.Alle pun mengangguk malu-malu sebagai jawaban. Raffa yang melihat wajah berseri-seri dari Alle merasa gemas sendiri.Sampai akhirnya Raffa memesankan beberapa menu untuk mereka makan nantinya. Saat sedang menunggu, Raffa mendadak kebelet ingin ke toilet yang membuat Alle terpaksa duduk sendirian.Tak disangka ketika Alle sedang sendirian, ada seorang pria yang melewati meja mereka dan sengaja menumpahkan segelas minuman di bagian paha milik Alle.“Awww!” Alle yang terkena siraman air dingin reflek berdiri kaget. Menatap ke arah bagian rok mini yang terasa basah juga lengket.“Sorry,” ucap
Melihat keseriusan Raffa membuat Alle nampak takut sendiri. Apalagi ancaman yang diberikan membuat Alle langsung terbayang soal kegiatan panasnya semalam. Alle merasakan kalau Raffa sangat begitu ahli jika urusan soal ranjang.Tatapan elangnya membuat Alle menciut, apalagi Raffa kini kian menarik pinggang rampingnya semakin mendekat bahkan menubruk dada bidang cowok itu.“Ayo katakan ada apa, hm!?” desak Raffa masih mode baik, belum mengeluarkan kenekatannya yang selama ini Raffa pendam.“Ta-ta-tadi aku ngerasa dejavu, Raff,” cicit Alle sedikit terbata-bata, takut jika semua ini hanya perasaan hatinya saja.“Dejavu? Sama apa?” tanya Raffa yang masih tidak mengerti arah pembicaraan Alle.“Kita omongin ini di apartemen aja, ya.”Raffa mengangguk setuju. Mereka pun melanjutkan perjalanan pulangnya dengan kondisi sama-sama diam.Raffa sendiri menggandeng erat tangan istrinya sampai ke dalam unit. Saat sudah sampai, Alle memilih duduk di sofa ruang tv.“Mau minum dulu?” tawar Raffa yang ka
Raffa menelepon polisi atas kasus yang dialaminya. Dia juga mengecek rekaman CCTV miliknya yang ternyata dirusak oleh seseorang sehingga tidak bisa merekam apapun kejadian sejak kemarin.Tidak hanya itu saja, Raffa juga komplen ke salah satu agensi yang menyediakan jasa bersih-bersih soal kelalaian dalam memberikan pelayanan. Mereka pun meminta maaf dan tidak mengetahui kalau yang datang ke apartemen Raffa ternyata seorang buronan polisi dengan kasus sering melecehkan para wanita muda untuk memuaskan hasratnya. Bisa dibilang memiliki fetish aneh, melihat adegan dewasa dari rekaman CCTV yang dipasangnya secara pribadi.Alle yang takut banyak kamera tersembunyi sampai tidak berani berganti pakaian. Raffa yang melihat istrinya mendapat tekanan seperti ini sampai merasa tidak tega sendiri.Alhasil Raffa menutupi tubuh Alle yang hanya terbalut bathdrobe dengan coat miliknya. Apalagi polisi sebentar lagi datang, dan Raffa tidak sudi berbagi keindahan tubuh istrinya dengan pria manapun.Ting
Raffa memang berniat ingin mengalahkan Alle supaya cewek itu menurut kepadanya. Tapi sayang niatnya gagal total ketika yang menang dalam permainan monopoli adalah Alle.Melihat air muka milik Alle yang bahagia membuat hati Raffa ikut merasa bahagia. Bahkan ketika Alle menyuruhnya untuk memejamkan kedua mata, Raffa begitu menurut.“Jangan melek! Kalau sampai melek, hukuman buat kamu nanti aku tambahin!” ancam Alle yang mulai sibuk membuka tas make-up miliknya.Sebelum mendandani wajah Raffa, Alle memasangkan bando berbentuk kepala mickey mouse di atas kepalanya.Mengingat wajah Raffa yang memiliki kulit putih bersih membuat cowok itu terlihat cantik. Hal ini membuat Alle terkikik bertubi-tubi.“Jangan aneh-aneh!” seru Raffa memberikan peringatan kepada Alle, namun cewek itu tampak tidak peduli.Alle mengeluarkan seluruh alat make-up miliknya. Hal pertama yang Alle lakukan membersihkan wajah milik Raffa terlebih dahulu sebelum nanti diberikan serum dan cream. Setelah itu dilanjut untuk
Selesai bercanda, keduanya memilih istirahat dengan tidur saling memeluk satu sama lain. Mengingat hari ini Raffa tidak memiliki jadwal acara kemana-mana membuatnya terus menemani Alle di apartemen.Ketika sedang asik-asiknya tidur, ponsel Raffa mendadak berdering nyaring. Sedikit mengusik istirahat mereka merdua.Apalagi setelah Raffa memenuhi keinginan Alle untuk berjoged blackpink, Raffa juga meminta jatah satu ronde. Untung Alle langsung mengabulkan meski sedikit tertipu oleh bujuk rayu dari Raffa. Tentu saja satu ronde tidak akan cukup dan puas untuk laki-laki sekelas Raffa.“Siapa, sih, yang telepon,” ucap Raffa menggerunyam sambil sebelah tangannya meraba-raba ke arah meja nakas, mengambil ponsel miliknya yang terus berdering.Mengingat sebelah lengan tangannya dibuat untuk bantalan tidur oleh Alle, kini Raffa pelan-pelan memindahkan kepala milik Alle ke atas bantal.Kening Raffa mengerut dalam ketika melihat layar ponselnya yang menunjukkan nomor tidak dikenal meneleponnya.Pe
Alle merasa sebal karena selalu mendapat ancaman dari Raffa. Hidupnya mulai banyak tekanan juga aturan. Meski senang dicemburui, namun lama-kelamaan suka sebal sendiri.Terpaksa Alle kembali menurut meski dalam hatinya ingin sekali mencari teman di kampus ini. Siapa tahu nanti Alle jadi berminat kuliah di kampus yang sama dengan Raffa meski tidak mungkin diterima karena otak Alle yang memiliki kapasitas pas-pasan.“Duduk di sini, aku masuk ke dalam dulu. Jangan ke mana-mana!” Raffa memberikan pesan ultimatum kepada Alle agar tetap duduk di tempat yang Raffa bisa lihat dari dalam kelas.Alle hanya manggut-manggut saja saat Raffa memberikan perintah kepadanya seperti sedang menasihati anak TK agar tidak kabur-kaburan.Ketika Raffa masuk ke dalam kelas, Alle tetap anteng duduk tapi ketika melihat cowok yang dirasa sangat tampan menurut penilaiannya, fokus Alle menjadi ke arah cowok itu.“Sumpah tampan banget!” gumam Alle sambil melongo kagum. Parahnya lagi arah jalan cowok itu tampak ber