Setelah selesai mandi dan berdandan, Alle dibawa ke salah satu restoran yang dekat dengan tempat tinggal mereka.Meski hanya diajak pergi ke tempat seperti ini saja sudah membuat Alle senang. Apalagi Raffa semakin hari semakin menunjukkan rasa perhatiannya yang menurut Alle sangat manis.“Gimana, kamu senang?” tanya Raffa yang saat ini terus memandang wajah Alle hingga membuat sang empu tersipu malu.Alle pun mengangguk malu-malu sebagai jawaban. Raffa yang melihat wajah berseri-seri dari Alle merasa gemas sendiri.Sampai akhirnya Raffa memesankan beberapa menu untuk mereka makan nantinya. Saat sedang menunggu, Raffa mendadak kebelet ingin ke toilet yang membuat Alle terpaksa duduk sendirian.Tak disangka ketika Alle sedang sendirian, ada seorang pria yang melewati meja mereka dan sengaja menumpahkan segelas minuman di bagian paha milik Alle.“Awww!” Alle yang terkena siraman air dingin reflek berdiri kaget. Menatap ke arah bagian rok mini yang terasa basah juga lengket.“Sorry,” ucap
Melihat keseriusan Raffa membuat Alle nampak takut sendiri. Apalagi ancaman yang diberikan membuat Alle langsung terbayang soal kegiatan panasnya semalam. Alle merasakan kalau Raffa sangat begitu ahli jika urusan soal ranjang.Tatapan elangnya membuat Alle menciut, apalagi Raffa kini kian menarik pinggang rampingnya semakin mendekat bahkan menubruk dada bidang cowok itu.“Ayo katakan ada apa, hm!?” desak Raffa masih mode baik, belum mengeluarkan kenekatannya yang selama ini Raffa pendam.“Ta-ta-tadi aku ngerasa dejavu, Raff,” cicit Alle sedikit terbata-bata, takut jika semua ini hanya perasaan hatinya saja.“Dejavu? Sama apa?” tanya Raffa yang masih tidak mengerti arah pembicaraan Alle.“Kita omongin ini di apartemen aja, ya.”Raffa mengangguk setuju. Mereka pun melanjutkan perjalanan pulangnya dengan kondisi sama-sama diam.Raffa sendiri menggandeng erat tangan istrinya sampai ke dalam unit. Saat sudah sampai, Alle memilih duduk di sofa ruang tv.“Mau minum dulu?” tawar Raffa yang ka
Raffa menelepon polisi atas kasus yang dialaminya. Dia juga mengecek rekaman CCTV miliknya yang ternyata dirusak oleh seseorang sehingga tidak bisa merekam apapun kejadian sejak kemarin.Tidak hanya itu saja, Raffa juga komplen ke salah satu agensi yang menyediakan jasa bersih-bersih soal kelalaian dalam memberikan pelayanan. Mereka pun meminta maaf dan tidak mengetahui kalau yang datang ke apartemen Raffa ternyata seorang buronan polisi dengan kasus sering melecehkan para wanita muda untuk memuaskan hasratnya. Bisa dibilang memiliki fetish aneh, melihat adegan dewasa dari rekaman CCTV yang dipasangnya secara pribadi.Alle yang takut banyak kamera tersembunyi sampai tidak berani berganti pakaian. Raffa yang melihat istrinya mendapat tekanan seperti ini sampai merasa tidak tega sendiri.Alhasil Raffa menutupi tubuh Alle yang hanya terbalut bathdrobe dengan coat miliknya. Apalagi polisi sebentar lagi datang, dan Raffa tidak sudi berbagi keindahan tubuh istrinya dengan pria manapun.Ting
Raffa memang berniat ingin mengalahkan Alle supaya cewek itu menurut kepadanya. Tapi sayang niatnya gagal total ketika yang menang dalam permainan monopoli adalah Alle.Melihat air muka milik Alle yang bahagia membuat hati Raffa ikut merasa bahagia. Bahkan ketika Alle menyuruhnya untuk memejamkan kedua mata, Raffa begitu menurut.“Jangan melek! Kalau sampai melek, hukuman buat kamu nanti aku tambahin!” ancam Alle yang mulai sibuk membuka tas make-up miliknya.Sebelum mendandani wajah Raffa, Alle memasangkan bando berbentuk kepala mickey mouse di atas kepalanya.Mengingat wajah Raffa yang memiliki kulit putih bersih membuat cowok itu terlihat cantik. Hal ini membuat Alle terkikik bertubi-tubi.“Jangan aneh-aneh!” seru Raffa memberikan peringatan kepada Alle, namun cewek itu tampak tidak peduli.Alle mengeluarkan seluruh alat make-up miliknya. Hal pertama yang Alle lakukan membersihkan wajah milik Raffa terlebih dahulu sebelum nanti diberikan serum dan cream. Setelah itu dilanjut untuk
Selesai bercanda, keduanya memilih istirahat dengan tidur saling memeluk satu sama lain. Mengingat hari ini Raffa tidak memiliki jadwal acara kemana-mana membuatnya terus menemani Alle di apartemen.Ketika sedang asik-asiknya tidur, ponsel Raffa mendadak berdering nyaring. Sedikit mengusik istirahat mereka merdua.Apalagi setelah Raffa memenuhi keinginan Alle untuk berjoged blackpink, Raffa juga meminta jatah satu ronde. Untung Alle langsung mengabulkan meski sedikit tertipu oleh bujuk rayu dari Raffa. Tentu saja satu ronde tidak akan cukup dan puas untuk laki-laki sekelas Raffa.“Siapa, sih, yang telepon,” ucap Raffa menggerunyam sambil sebelah tangannya meraba-raba ke arah meja nakas, mengambil ponsel miliknya yang terus berdering.Mengingat sebelah lengan tangannya dibuat untuk bantalan tidur oleh Alle, kini Raffa pelan-pelan memindahkan kepala milik Alle ke atas bantal.Kening Raffa mengerut dalam ketika melihat layar ponselnya yang menunjukkan nomor tidak dikenal meneleponnya.Pe
Alle merasa sebal karena selalu mendapat ancaman dari Raffa. Hidupnya mulai banyak tekanan juga aturan. Meski senang dicemburui, namun lama-kelamaan suka sebal sendiri.Terpaksa Alle kembali menurut meski dalam hatinya ingin sekali mencari teman di kampus ini. Siapa tahu nanti Alle jadi berminat kuliah di kampus yang sama dengan Raffa meski tidak mungkin diterima karena otak Alle yang memiliki kapasitas pas-pasan.“Duduk di sini, aku masuk ke dalam dulu. Jangan ke mana-mana!” Raffa memberikan pesan ultimatum kepada Alle agar tetap duduk di tempat yang Raffa bisa lihat dari dalam kelas.Alle hanya manggut-manggut saja saat Raffa memberikan perintah kepadanya seperti sedang menasihati anak TK agar tidak kabur-kaburan.Ketika Raffa masuk ke dalam kelas, Alle tetap anteng duduk tapi ketika melihat cowok yang dirasa sangat tampan menurut penilaiannya, fokus Alle menjadi ke arah cowok itu.“Sumpah tampan banget!” gumam Alle sambil melongo kagum. Parahnya lagi arah jalan cowok itu tampak ber
Tiba di apartemen, ekspresi wajah Raffa membuat Alle selalu curiga. Alle masih saja terus merengek kepada Raffa kenapa dia mengizinkan dirinya menyukai cowok lain. Hal ini justru membuat Alle sebal dan kepikiran.“Kamu nggak punya selingkuhan, ‘kan?” tuduh Alle yang mulai merasa ketar-ketir sendiri. Padahal ia sendiri yang memulai dengan semua ini.“Enggak lah,” jawab Raffa santai bahkan sambil tersenyum yang membuat Alle kurang percaya.“Serius!?” tekan Alle terus mendesak. Bahkan mengekori kemanapun Raffa melangkah pergi, parahnya saat Raffa masuk ke dalam toilet, Alle pun ikut masuk.“Kamu mau ikut aku … pup?” Kedua alis Raffa menyatu di tengah-tengah karena heran sekali dengan Alle yang mendadak seperti anak ayam, selalu mengekori induknya.“Ih, ogah!”Alle langsung kabur ketika tahu tujuan Raffa masuk ke toilet untuk buang air besar. Alle juga heran kepada dirinya sendiri kenapa saat dibiarkan oleh Raffa justru hatinya tidak suka.Yang tadi awalnya kagum melihat Noah karena sanga
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y
Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua
Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress
Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa
Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala
Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham
Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y
Setiba di Indonesia, pasangan muda itu disambut sangat meriah dan penuh kasih oleh kedua keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara itu.Alle yang kangen dengan Mamanya langsung memeluk Kaira sambil menangis bahagia. Ternyata hidup jauh membuatnya sadar akan pentingnya peran seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya setiap waktu.Meski terkesan cerewet tapi saat jauh selalu membuat kangen. Alle bahkan masa bodoh ketika menjadi pusat perhatian dari adik-adiknya karena sudah besar masih suka menangis seperti ini.“Kangen,” ucap Alle sambil menatap wajah Kaira yang ikut berkaca-kaca, namun Alle tahu betul kalau Mamanya sedang menahan diri untuk tidak menangis.“Mama juga kangen sama kamu,” balas Kaira sambil mengusap lembut pipi anaknya. Meski sudah menikah, tetap saja di mata Kaira dan Dipta, Alle tetap menjadi putri kecilnya.Alle tersenyum manis ketika Dipta tak mau kalah ingin meminta pelukan darinya. Perhatian Alle pun kini berpindah ke cinta pertamanya, Papa Dipta.Cukup l
“Serius kamu tanya ini?” Raffa tidak percaya kalau Alle bakalan menanyakan hal ini kepadanya. Kalau Raffa tidak normal, mana mungkin minta nambah berkali-kali. Alle ada-ada aja!“Iyakan teman-teman kamu aja gitu semua,” jawab Alle dengan wajah tanpa dosanya. Mukanya benar-benar gemesin sekaligus ngeselin pengin masukin karung.Raffa yang mendapat pertanyaan itu justru merasa bingung sendiri saat ingin menjawab. Yang dilakukan Raffa hanya menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.Sampai akhirnya Raffa mengajak Alle untuk benar-benar pergi dari ruang itu. Sebelumnya Raffa berpamitan kepada Noah dan teman-temannya terlebih dahulu.Ketika sudah berada di area parkiran, Raffa kembali menatap Alle yang masih saja menunggu jawabannya.“Gini All, kalau aku nggak normal sudah pasti nggak nafsu sama kamu. Ini lihat kamu begini aja bawaan pengen ajak ke atas ranjang. Ngadon anak tiap waktu. Masa kamu masih berpikiran kalau aku nggak normal, sih!?” jelas Raffa panjang lebar karena
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y